Liputan6.com, Jakarta - Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya 2012-2018, Prof Abd A'la Basyir, mengatakan pendidikan bermutu adalah modal utama untuk melahirkan sumber daya manusia atau SDM bermutu. Sehingga negara semakin maju.
Ini sudah menjadi hukum dalam membangun peradaban yang gemilang bagi bangsa-bangsa di dunia. SDM yang punya ilmu dan juga berakhlak mulia.
Advertisement
Prof Abd A'la Basyir menyebut salah satu tokohnya tersebut adalah Amich Alhumami. Dia adalah alumnus Universitas Indonesia (UI). Juga pernah menempuh pendidikan di George Mason University Amerika, dan University of Sussex Inggris.
Diakuinya, sosok Amich sebagai pribadi yang sangat serius mengembangkan pendidikan nasional sudah lebih dari 30 tahun.
Dia menceritakan saat masih menjabat sebagai rektor. Kala itu masih berupa Institut Agama Islam Negeri atau IAIN. Keinginan bertransformasi menjadi UIN, Universitas Islam Negeri, sangat kuat.
Bukan pekerjaan mudah. Banyak dokumen yang harus disiapkan. Juga meyakinkan banyak orang dan lembaga kalau IAIN harus menjadi UIN Sunan Ampel.
Diskusi, rapat dan menyusun serta melengkapi dokumen, dinas lua kota untuk presentasi, dilakukan. Ini agar IAIN bertransformasi menjadi UIN.
Dia bercerita, Guru Besar Fakultas Adab dan Humaniora itu datang ke Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Di sana bertemu Amich Alhumami, yang kini menjabat Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas). Yang menjadi topik pembicaraan adalah sampai mana progres transformasi IAIN menjadi UIN.
Karena keterbatasan waktu, tetap berlanjut dengan telepon. Terutama terkait dengan berbagai syarat lain dan apa yang harus dilakukan lagi untuk transformasi tersebut.
“Saya ingat betul perjuangan untuk menjadi UIN itu dikawal serius oleh Amich Alhumami,” kata Prof Abd A'la Basyir, yang kini menjadi anggota Majelis Masyayikh dan Rois PBNU.
Kerja keras tersebut berakhir dengan indah. Hingga pada 1 Oktober 2013, jadilah UIN Sunan Ampel Surabaya (UINSA).
Pertemanan Abd A'la Basyir dengan Amich, yang juga Anggota Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani, PP Muhammadiyah (2022 – 2027), terus berlanjut. Ini menunjukkan pendidikan nasional tidak ada sekat golongan. Tetapi untuk semua.
Amich sendiri tumbuh dari keluarga berkultur Nahdliyin. Ia pernah mengenyam pendidikan di Pesantren Maskumambang Gresik, Jawa Timur. Semasa dewasa berorganisasi di HMI dan Muhammadiyah.
Amich menjadi penyemangat berkolaborasi bersama dengan lembaga di mana Prof A'la saat ini mengabdi. Berkolaborasi dengan sejumlah instansi pemerintah dan ormas. Dia menyebut, yang didorong oleh Amich adalah pembangunan kapasitas pesantren menjadi lebih baik.
Dimana alumninya bisa melanjutkan ke perguruan tinggi di dalam hingga luar negeri. Serta pesantren difasilitasi untuk mengembangkan sains dengan tetap melestarikan akhlak mulia.
Cocok Menjadi Mendikbudristek
Menurut A’la Basyir, banyak pemikiran yang bisa dibaca dari Amich. Baik itu opini di media massa, hingga jurnal ilmiah. Laku Amich juga diperhatikannya dari yang pernah mereka bicarakan.
Menurutnya, jebolan University of Sussex ini adalah sosok yang menulis, berkata, merencanakan sesuatu, sekaligus melakukannya
“Tidak banyak orang yang seperti itu, saya tahu persis komitmen Amich mengembangkan dunia pendidikan di negeri ini. Saya selalu mendukungnya untuk dapat berkiprah lebih luas lagi agar dapat berkontribusi lebih banyak, ruang pengabdiannya menjadi lebih besar lagi, untuk pendidikan nasional,” jelasnya.
“Maka tokoh seperti Amich harus terus dipromosikan sehingga lahan pengabdiannya lebih luas lagi kebijakannya bukan hanya dalam bidang tertentu tapi juga lebih berkekuatan lagi,” jelas A’la Basyir, yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah Sumenep, Madura.
Advertisement