Rute Balkan Jadi Jalur Gemuk Pengungsi dan Pendatang Gelap ke Eropa Barat

Rute Balkan menjadi jalur utama bagi pengungsi dan pendatang gelap menuju Eropa Barat. Di perbatasan Sungai Drina, tiga pemuda Maroko mencoba menyeberangi perbatasan, mengungkapkan tantangan dan realitas di lapangan.

Oleh DW.com diperbarui 08 Sep 2024, 19:40 WIB
Ilustrasi imigran. (AP Photo/Gregorio Borgia)

, Bosnia - Di perbatasan Sungai Drina antara Serbia dan Bosnia-Herzegovina, tiga pemuda Maroko baru saja keluar dari sungai dengan pakaian yang masih basah.

"Kami baru saja berenang,” ujar Aman Haruel, salah satu dari mereka yang berusia 20 tahun seperti dikutip dari DW Indonesia, Minggu (8/9).

"Kami melihat tidak ada orang yang berdiri di seberang, lalu kami berangkat. Bahkan di beberapa tempat sungainya kering. Kami basah, tapi matahari bersinar dan kami akan segera kering lagi."

Ketiganya lalu tertawa.

Mereka adalah pengungsi yang sedang dalam perjalanan menuju Eropa Barat, setelah melalui Yunani dari Turki dan Serbia melalui Makedonia Utara. Hingga beberapa hari lalu, mereka berada di pusat penerimaan dekat Beograd. Kini, di perbatasan Sungai Drina, mereka menunggu kesempatan untuk menyeberang. "Tidak ada masalah, tidak ada masalah,” kata mereka berulang kali.

Namun, salah satu dari mereka mengalami luka lecet di kakinya saat menyeberangi sungai. Seorang anggota tim relawan Palang Merah Bosnia yang berada di lokasi segera membalut lututnya yang terluka.

Perbatasan Sungai Drina sepanjang 100 kilometer dengan Serbia menjadi bagian dari jalur Balkan bagi para pengungsi. Puluhan orang datang ke Bosnia secara ilegal setiap hari melalui jalur ini, hampir tanpa ada yang menghentikan mereka. "Semuanya tampak terorganisir,” ujar Nihad Suljic, seorang aktivis hak asasi manusia di Kota Tuzla, Bosnia timur.

Suljic mencatat peningkatan tajam jumlah pengungsi di Drina dalam beberapa bulan terakhir. "Dalam hal migrasi, Bosnia sekali lagi menjadi pusat perhatian,” katanya kepada DW.

"Tetapi tidak seperti pada tahun-tahun Corona dan sebelumnya, penyelundup manusia kini tampaknya terintegrasi sempurna ke dalam struktur tersebut."

Suljic menuturkan bahwa dulu pengungsi berjalan dalam kelompok kecil menuju pusat penerimaan atau langsung melanjutkan perjalanan menuju Kroasia. Sekarang, mereka hampir tidak terlihat lagi di jalanan. "Segala sesuatunya tampak terorganisir dengan sempurna," tambahnya.

 

 

 


Kurangnya Polisi Perbatasan

Ilustrasi Polisi Perbatasan (AFP)

Miroslav Radisic, pemilik penginapan dekat perbatasan Bosnia-Serbia di Sepak, sekitar 20 kilometer di utara Zvornik, mengatakan bisnis dengan pengungsi sedang booming. Mereka memanjat balok-balok baja di bawah jembatan dan turun dengan tali di sisi kami, yang tidak dijaga oleh siapa pun,” jelas Radisic. Dia menambahkan bahwa pengawasan perbatasan hanya bisa efektif jika polisi perbatasan memiliki personel yang cukup.

"Petugas Polisi Perbatasan telah mencatat 5.477 orang melintasi atau mencoba melintasi perbatasan secara ilegal sejak awal tahun,” menurut pernyataan Polisi Perbatasan. "Ini biasanya melibatkan penyelundup manusia yang membawa orang melintasi Drina baik dengan mobil pribadi atau perahu.”

Ketiga pemuda Maroko itu sepertinya datang sendiri ke Bosnia, tanpa bantuan penyelundup manusia. Mereka mengatakan ingin melanjutkan perjalanan ke ibu kota Bosnia, Sarajevo, kemudian melintasi perbatasan hijau ke Kroasia dekat Bihac. Tujuan mereka adalah Jerman.

"Kami tidak bisa hidup normal di Maroko,” jelas mereka. Ketiganya lalu naik taksi menuju Kota Zvornik.

 

Infografis Indonesia, Tempat Transit Pengungsi Global. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya