9 September 1976: Pemimpin Revolusi Komunis China Mao Zedong Meninggal Dunia

Beberapa bulan jelang kematian Mao Zedong, kondisi kesehatan sang pemimpin itu dilaporkan terus menurun.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 09 Sep 2024, 06:00 WIB
Pekerja melakukan sentuhan akhir pada tampilan Olimpiade Musim Dingin Beijing, dekat potret Mao Zedong di Gerbang Tiananmen di Beijing, China (18/1/2022). China telah mengunci sebagian distrik Haidian Beijing menyusul deteksi tiga kasus COVID-19. (AP Photo/Ng Han Guan)

Liputan6.com, Beijing - Pada 9 September 1976 seantero Republik Rakyat China (RRC) berduka. Pendiri dan otak revolusi Tiongkok, Mao Zedong mengembuskan nafas terakhir di usia 82 tahun.

Kematian Mao -- 10 menit setelah pergantian hari -- diumumkam Komite Pusat Partai Komunis China, Dewan Negara, Kongres Rakyat Nasional dan Komisi Urusan Militer Partai Komunis. Demikian dilansir dari BBC, Senin (9/9/2024).

Beberapa tahun bahkan beberapa bulan jelang kematian Chariman Mao, panggilan akrabnya, kondisi kesehatan sang pemimpin besar dilaporkan terus menurun.

Rokok menjadi penyebab utama kesehatan Mao Zedong menurun. Sudah bukan rahasia lagi, pria ini merupakan perokok berat.

Paru-paru dan jantungnya bermasalah akibat rokok. Beberapa informasi lainnya menyebut, Mao menderita parkinson di masa tuanya.

Sebelum meninggal, Mao terakhir kali menampakan diri di muka publik pada 27 Mei 1976 saat menerima lawatan Perdana Menteri Pakistan, Zulfikar Ali Bhutto.

Di tahun yang sama pula, tepatnya pada Mei dan Juli serta September serangan jantung hebat menerjang dirinya.

Serangan jantung terakhir pada 5 September 1976, memaksanya dirawat intensif sebelum akhirnya mengembuskan nafas terakhir.

Hingga hari ini, Mao tidak hanya diingat sebagai pendiri China modern namun, juga dianggap sang pemimpin besar.

Meski demikian, hal tersebut tidak membuat Mao lolos dari kritik. Pria kelahiran 26 Desember 1893 itu dituding memimpin dengan cara otoriter. Sejumlah kebijakannya disebut telah menyebabkan jatuhnya banyak korban jiwa.

Salah satu kebijakan kontroversial Mao adalah 'lompatan jauh ke depan' atau 'great leap forward'.

Dalam kebijakan tersebut Mao mendorong transformasi pertanian kolektif dan industrialisasi bertransformasi dengan cepat.

Akibatnya fatal. Kelaparan nasional menerjang China. Sebanyak 10 sampai 35 juta orang tewas.

 

 


Permasalahan Baru Usai Mao Meninggal

Pengunjung berdiri di dekat lukisan Mao Zedong karya seniman Andy Warhol selama Modern and Contemporary Art Evening Sale di Hongkong, Jumat (31/3). Lukisan ini diharapkan bisa laku seharga USD 15 juta (sekitar Rp 200 miliar). (AP Photo / Vincent Yu)

Setelah Mao meninggal, kekosongan kepemimpinan menimbulkan masalah baru. Beberapa orang termasuk janda dari Mao mencoba merebut kekuasaan.

Tapi, langkah tersebut gagal. Janda Mao ditangkap dan diadili atas dakwaan kejahatan terhadap negara.

Akhirnya, setelah kekosongan terjadi kurang lebih dua tahun, Deng Xiaoping resmi menggantikan Mao dan mulai memimpin China pada 1978.

Tanggal 9 September juga menjadi penting dalam sejarah karena sejumlah peristiwa.

Pada 1543, Mary Stuart dimahkotai sebagai Ratu Skotlandia pada usia sembilan bulan. Sementara pada 9 September 1948 Kim Il-sung menyatakan secara resmi pendirian Republik Demokratik Rakyat Korea.

Infografis Amerika Serikat dan China Terancam Perang Dingin? (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya