Kisah Sayyid Ahmad Al-Badawi Bertemu Nabi SAW Setiap Saat meski Beda Zaman

Syekh Ahmad hidup setelah 5 abad zaman Rasulullah SAW. Kendati begitu, ia dikisahkan selalu bertemu dengan Nabi Muhammad SAW setiap saat meski beda zaman.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 10 Sep 2024, 08:30 WIB
Ilustrasi (Sumber: Pinterest.com/kalbarsatu id)

Liputan6.com, Jakarta - Sayyid Ahmad Al-Badawi merupakan seorang sufi dari Maroko dan wali qutub di zamannya . Ia adalah putra bungsu dari pasangan Syaikh Ali bin Ibrahim Al-Husaini dan Fathimah binti Muhammad bin Ahmad As-Syarif. 

Ada kisah yang menyebutkan bahwa ketika Fathimah sedang mengandung ia bermimpi mendengar seruan malaikat, bunyinya seperti ini: “Berbahagialah, engkau akan melahirkan seorang anak istimewa yang berbeda dengan yang lain”.

Pada 596 Hijriah, lahirlah seorang Syekh Ahmad Al-Badawi dari keluarga ulama. Nasabnya tersambung hingga Rasulullah SAW melalui Ali bin Husain bin Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad SAW.

Syekh Ahmad hidup setelah 5 abad zaman Rasulullah SAW. Kendati begitu, ia dikisahkan selalu bertemu dengan Nabi Muhammad SAW setiap saat meski beda zaman.

Kisah ini dituturkan oleh ulama kharismatik sekaligus Pengasuh LPD Al Bahjah, KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya. Berikut kisah selengkapnya dan semoga terdapat hikmah yang dapat dipetik, disarikan dari tayangan YouTube Al Bahjah TV.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:


Saat Sayyid Ahmad Al-Badawi jadi Orang Alim

Ilustrasi bulan purnama, masjid, Islami. (Photo by Yasir Gürbüz from Pexels)

Diceritakan, setelah Sayyid Ahmad Al Badawi telah menjadi orang yang alim, ia lapor ke ibundanya. Menurut Buya Yahya, memang ketika diperintah oleh ibunda atau ayahanda untuk melaksanakan tugas, maka dianjurkan untuk melaporkan tugasnya agar orang tua senang. 

“Umi aku udah siap menjadi orang besar,” kata Sayyid Ahmad Al-Badawi yang diceritakan kembali oleh Buya Yahya.

“Apa yang didapat nak?” tanya sang ibu.

Wali qutub itu menjawab pertanyaan sang ibu bahwa ia sudah memiliki semua ilmu dan menjadi alim. Mendengar jawaban dari anaknya, sang ibu bertanya lagi.

“Kau sudah bertemu dengan Rasulullah nak?” tanya sang ibu.

“Umi, baginda nabi sudah wafat dalam ratusan tahun yang lalu, bagaimana bertemu dengan baginda nabi,” ujar Sayyid Ahmad Al-Badawi.

Sang ibu mengatakan, tidak akan menjadi orang besar kecuali kalau sudah bertemu dengan Rasulullah SAW. Sayyid Ahmad Al-Badawi pun bingung dan kembali bertanya kepada ibundanya.

“Lalu bagaimana aku bisa bertemu dengan Rasulullah ya umi?” tanyanya.

“Lho, katanya kamu jadi orang alim. Apakah kamu selama ini tidak mengamalkan sunah nabi?” tanya balik sang ibu.


Mengamalkan Sunnah Nabi agar Bertemu Rasulullah SAW dalam Mimpi

Ilustrasi maulid Nabi Muhammad saw. (Gambar oleh Mohammad Sheyriyar Shah dari Pixabay)

Sayyid Ahmad Al-Badawi mengatakan bahwa dirinya selalu menjalankan sunnah nabi. Namun, ibundanya mempertanyakan kenapa anaknya masih bingung belum bertemu dengan Rasulullah SAW.

“Kalau kamu belum merasa bertemu dengan nabi, berarti cara kamu mengamalkan sunnah yang salah. Kalau kamu melakukan sunah nabi, yang kamu ingat siapa? Karena kehadiran nabi di mata dan hatimu ketika melakukan sunah,” tuturnya.

Sang ibu menyarankan agar anaknya mengamalkan sunah nabi sekaligus menghadirkan nabi di mata dan hatinya.

“Jadi, kalau melaksanakan sunnah nabi biasakan kita ingat Rasulullah,” katanya.

“Ya ibu, tidak akan aku melaksanakan sunnah nabi kecuali aku seolah-olah melihat Rasulullah. Minum lihat Rasulullah, jalan lihat Rasulullah, terus seperti itu,” kata Sayyid Ahmad Al-Badawi.


Sayyid Ahmad Al-Badawi Bermimpi dengan Rasulullah SAW

Ilustrasi Maulid Nabi Muhammad saw. (Gambar oleh Mohammad Sheyriyar Shah dari Pixabay)

Suatu ketika, Sayyid Ahmad Al-Badawi bertemu Rasulullah SAW dalam mimpi. Kemudian ia pun lapor lagi kepada ibunya.

“Umi, aku sudah bertemu Rasulullah,” katanya.

‘Maksudmu apa nak?” tanya ibunda.

“Aku sudah bermimpi,” jawabnya.

“Kamu mimpi ketemu Rasulullah nak?” tanya sang ibu lagi.

“Iya, berarti aku sudah menjadi orang besar mi ya?” ujar wali kelahiran Maroko ini.

Ibunda Sayyid Ahmad Al-Badawi berkata, “Ahmad-Ahmad kalau mimpi ketemu Rasulullah, ibu-ibu tua di kampung biasa melihat Rasulillah. Ente mengaku orang gede, baru mimpi. Ibu-ibu di rumah banyak ketemu Rasulullah,” katanya.

Sang ibu menambahkan, bertemu dengan Rasulullah SAW bukan dalam mimpi. Namun, bertemu yang sesungguhnya.

“Bagaimana aku bisa bertemu?” tanya Sayyid Ahmad Al-Badawi.

“Ahmad apa kau lupa hadis, siapa yang ketemu denganku dalam mimpi akan bertemu secara langsung,” sang ibu mengingatkan.


Bertemu Nabi SAW Setiap Saat

Kaligrafi Nabi Muhammad SAW | Via: flickr.com

Sang ibu meminta Sayyid Ahmad Al-Badawi melanjutkan sunnah–sunah nabinya. Sejak saat itu, Sayyid Ahmad Al-Badawi lebih khusyuk menjalankan sunnah nabi. Misalnya, ketika minum ingat nabi, mau ke toilet sesuai cara nabi, dan sunnah lainnya.

Sampai suatu ketika, Sayyid Ahmad Al-Badawi bertemu dengan Rasulullah secara langsung. Ia pun berkata kepada ibunya, “Ibu, aku bertemu nabi di alam nyata.”

“Berapa kali nak ketemu (Rasulullah)?” tanya sang ibu lagi.

Sayyid Ahmad Al-Badawi pun kembali bertanya, “Umi, harus berapa kali bertemu dengan Rasulullah supaya bisa menjadi orang besar?”

“Ahmad, orang besar akan bertemu dengan baginda nabi setiap saat,” jawabnya. 

Lalu sang ibu menjelaskan maksud dari bertemu dengan Rasulullah SAW setiap saat. Yakni dalam gerak-geriknya harus dihubungkan dengan Rasulullah SAW.

“Kau tidak boleh putus. Kau tidak akan melangkahkan kaki kecuali hadir bersama Rasulullah. Kau tidak  akan berbaring kecuali hadir bersama Rasulullah. Kau tidak akan melihat sesuatu seolah-olah melihat Rasulullah. Lakukan seperti itu. Itulah nabi hadir bersamamu setiap saat,” jelas sang ibu.

Wallahu a’lam.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya