Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan penghentian sementara atau suspensi pada saham PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) dan PT Mineral Sumberdaya Mandiri Tbk (AKSI) pada Senin, 9 September 2024.
Penghentian sementara saham DNET dan AKSI lantaran terjadi peningkatan harga kumulatif yang signifikan. Suspensi pada saham DNET dilakukan dalam rangka cooling down. Sementara pada saham AKSI, sebelumnya Bursa telah meakukan suspensi pada 5 September 2024 atas sebab yang sama.
Advertisement
Namun, bursa mencabut suspensi saham AKSI pada 6 September 2024. Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (9/9/2024), penghentian sementara perdagangan saham PT Indoritel Makmur Internasional Tbk dan PT Mineral Sumberdaya Mandiri Tbk dilakukan di pasar reguler dan pasar tunai.
Tujuannya, yakni untuk memberikan waktu yang memadai bagi pelaku pasar dalam mempertimbangkan secara matang berdasarkan informasi yang ada dalam setiap pengambilan keputusan investasinya di saham DNET dan AKSI.
Merujuk data RTI, saham DNET naik signifikan pada pekan lalu. Pada penutupan 6 September 2024, DNET naik 19,89 persenn ke posisi 10.700 pada. Selama sepekan, saham DNET naik 105,77 persen. Sejak awal tahun atau secara year to date (YTD), saham DNET naik 127,66 persen.
Sementara saham AKSI melanjutkan penguatan, hingga pada 6 September saham AKSI ditutup naik 24,79 persen ke posisi 302. Dalam sepekan, saham DNET naik 123,70 persen dan naik 114,18 persen ytd. Saham AKSI mulai naik signifikan pada 27 Agustus 2024.
Saham AKSI
Saat itu, AKSI naik 34,21 persen ke posisi 153. Penguatan berlanjut pada 28 Agustus 2024, membawa AKSI ke posisi 163. Namun, pada 29 Agustus sampai dengan 2 September 2024, saham AKSI turun hingga ke posisi 135.
Pada Selasa, 3 September 2024 saham AKSI kembali hijau. AKSI ditutup naik 33,33 persen ke posisi 180. Penguatan berlanjut, pada 4 September AKSI ditutup naik 34,44 persen ke posisi 242. Pada 5 September 2024, saham AKSI disuspensi dan dibuka pada 6 September 2024.
Sebelum suspensi, Bursa mengumumkan adanya pergerakan harga saham DNET dan AKSI di luar kebiasaan (unusual market activity/UMA). Sehubungan hal itu, Bursa mengimbau kepada para investor untuk memperhatikan jawaban perusahaan tercatat terkait atas permintaan konfirmasi bursa.
Selain itu, juga mencermati kinerja perusahaan tercatat dan keterbukaan informasinya. Investor juga diimbau untuk mengkaji kembali rencana corporate action perusahaan tercatat apabila rencana tersebut belum mendapatkan persetujuan RUPS. Serta mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul kemudian hari sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi.
Advertisement
IPO Semester II Sepi, Bisakah Target BEI Tercapai?
Sebelumnya, pencatatan saham lewat penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini masih sepi.
Direktur Utama BEI, Iman Rachman menjelaskan, kebanyakan perusahaan yang lakukan IPO merujuk pada data keuangan per Juni atau Desember.
Iman menjelaskan, perusahaan memiliki tenggat sekitar 3 bulan untuk pelaporan keuangan auditan. Asumsinya, jika perusahaan menggunakan laporan keuangan per Juni, maka kemungkinan IPO akan ramai pada kuartal IV.
"Ramai itu pakai buku Desember, pakai buku Juni. Buku Juni itu kalau dia awal, dia perlu 3 bulan. Pasti rame-nya di kuartal keempat. Jadi kuartal keempat yang ramai-nya itu, itu rule of thumbnya," jelas Iman kepada wartawan, ditulis Sabtu (7/9/2024).
Total Dana Himpunan
Sampai dengan 5 September 2024, terdapat 34 Perusahaan Tercatat Saham dan mash terdapat 25 perusahaan dalam pipeline.
Total dana dihimpun sampai dengan saat ini adalah sebesar Rp 5,2 triliun, jumlah tersebut terlihat mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.
Namun bila dibandingkan Bursa lainnya di kawasan ASEAN, jumlah pertumbuhan perusahaan tercatat baru di BEl masih menjadi yang paling tinggi sepanjang tahun 2024. BEl secara konsisten mencatatkan jumlah pertumbuhan perusahaan tercatat tertinggi di kawasan ASEAN sejak tahun 2018.
Sayangnya, slih-alih memberi sinyal apakah target IPO akan tercapai atau tidak, Nyoman menegaskan bahwa Bursa menargetkan 340 pencatatan pada tahun ini dari berbagai instrumen.
"Jadi jangan fokus ke (target IPO) 60. Totalnya itu adalah 340 instrumen. Di dalamnya itu ada saham, ETF, DIRE, DINFRA, obligasi, EBA, EBUS, dan sebagainya. Sampai saat ini sudah 353. Sudah 104 persen tercapai," kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna pada kesempatan yang sama.
Jaminan BEI
Berkaitan dengan proses IPO, BEI memastikan seluruh perusahaan tercatat telah memenuhi ketentuan persyaratan yang berlaku.
Dalam melakukan evaluasi, BEl tidak hanya melihat dari aspek formal persyaratan pencatatan saja, lebih dalam lagi akan dievaluasi juga terkait aspek substansi seperti going concern, reputasi pengendali, reputasi BoD BoC, dan prospek pertumbuhan dari calon perusahaan tercatat.
Peraturan pencatatan yang dimiliki oleh BEI selalu dijaga relevansinya dengan memperhatikan kondisi terkini dalam dinamika pasar modal.
Berbagai inisiatif dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas Perusahaan Tercatat. Saat ini BEI sedang dalam proses penyesuaian peraturan pencatatan yang intinya menaikan persyaratan minimum untuk dapat menjadi perusahaan tercatat di BEI.
Advertisement