Liputan6.com, Jakarta - Pemimpin Gereja Katolik Sedunia dan Kepala Negara Vatikan Paus Fransiskus telah tiba di Dili, Timor Leste, pada Senin (9/9/2024) sekitar pukul 12.28 waktu setempat.
Dilansir CNA, Senin (9/9), Timor Leste menjadi negara ketiga yang dikunjungi Paus Fransiskus dalam perjalanan apostoliknya selama 12 hari ke Asia Pasifik. Sebelumnya, ia telah lebih dulu berkunjung ke Indonesia dan Papua Nugini.
Advertisement
Kunjungan ini menjadi kunjungan pertama Paus Vatikan sejak Timor Leste, negara dengan mayoritas penduduk Katolik merdeka pada tahun 2002. Sebelumnya, Paus Yohanes Paulus II berkunjung saat negara itu masih bernama Timor Timur pada tahun 1989.
Penduduk Timor Leste juga berharap agar kedatangan Paus Fransiskus ke negara mereka turut dapat menyuarakan keharmonisan dan perdamaian, seperti yang dilakukannya di Indonesia.
"Saya berharap melalui kunjungan ini, Paus Fransiskus akan menyampaikan pesan perdamaian," kata Francisco Amaral da Silva (58).
Antusiasme Umat Katolik di Timor Leste
Umat Katolik di sana pun menyambut kedatangan paus ke-266 itu dengan antusias.
"Saya sangat gembira dengan kunjungan Paus ke negara kami," kata Evan Pereir (22), yang ikut melukis mural sebelum kedatangan Paus Fransiskus.
Selain penduduk lokal, umat Katolik dari Nusa Tenggara Timur (NTT) juga akan menghadiri misa Bersama Paus Fransiskus di Timor Leste. Kantor imigrasi setempat di NTT memperkirakan sekitar 1.000 orang akan menyeberangi perbatasan untuk mengikuti misa bersama.
Bagi umat Katolik di sana, perjalanan bus selama berjam-jam ke Dili merupakan perjalanan yang lebih singkat dan lebih murah daripada ke Jakarta.
Sama halnya seperti kegiatan di Jakarta, Paus Fransiskus dijadwalkan akan melakukan pertemuan dengan anggota Serikat Yesus atau Jesuit, anak-anak hingga memimpin misa akbar yang rencananya akan dihadiri 700 ribu umat Katolik.
Advertisement
Kunjungan Paus Fransiskus Dibayangi Sejumlah Masalah
Persiapan menyambut kunjungan Paus Fransiskus di Timor Leste dibayangi sejumlah masalah.
Salah satunya dugaan bahwa rumah penduduk setempat, yang menurut kelompok sayap kanan, dihancurkan untuk persiapan misa.
Rumah-rumah di daerah Tasitolu dilaporkan diratakan menggunakan buldoser untuk mempersiapkan jalan, sementara pemerintah mengklaim bahwa rumah-rumah itu dibangun secara ilegal.
Masalah lainnya, Timor Leste adalah salah satu negara termiskin di dunia yang sangat bergantung pada pendapatan minyak dan gasnya, meski menurut para ahli dapat habis dalam beberapa tahun.
Meski demikian, pemerintah mengalokasikan anggaran senilai USD12 juta untuk kunjungan paus, termasuk USD1 juta hanya untuk altar misa.
Masalah paling sensitif yang juga akan membayangi kunjungan Paus Fransiskus adalah kasus pelecehan anak kontroversial yang melibatkan Uskup Carlos Ximenes Belo, pemenang Nobel yang membantu membebaskan Timor Leste dari pendudukan Indonesia.
Kelompok advokasi telah meminta Paus Fransiskus untuk berbicara tentang masalah ini. Ia diharap dapat menyebutkannya dalam pidato atau bertemu dengan para korban secara pribadi, seperti yang telah dilakukannya sebelumnya dalam beberapa perjalanan.
Namun, jadwal resminya saat ini tidak mencakup pertemuan dengan para korban.