Liputan6.com, Yogyakarta - Setiap 10 September diperingati sebagai Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia atau World Suicide Prevention Day. Ini menjadi momen penting untuk lebih peduli dengan kondisi mental orang terdekat yang mungkin membutuhkan bantuan.
Melalui Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia, masyarakat bisa berdiskusi seputar kesehatan mental. Dengan demikian, orang-orang yang sedang mengalami masa sulit akan lebih mudah untuk berbicara.
Pada kenyataannya, langkah kecil ini mampu membantu seseorang melewati masa-masa sulitnya. Mereka yang merasa didengar pun akan mencari bantuan profesional jika diperlukan.
Baca Juga
Advertisement
Mengutip dari National Today, Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia muncul sebagai upaya untuk mengurangi angka kematian. Menurut data WHO, setiap 40 detik ada seseorang yang mengambil nyawa mereka sendiri.
Jumlah tersebut mencatat angka hingga 800.000 orang di seluruh dunia setiap tahunnya. Bunuh diri menjadi penyebab utama kematian di rentang usia 15 hingga 29 tahun. Bahkan, bunuh diri menempati posisi ke-10 untuk penyebab utama kematian di Amerika Serikat.
Meski demikian, perlu digarisbawahi bahwa bunuh diri dapat dicegah. Isu kesehatan mental yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati menjadi alasan terbesar di balik keputusan bunuh diri.
Pada 2003, The International Association for Suicide Prevention (IASP) memulai Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia dengan disponsori oleh World Federation for Mental Health dan WHO. Tujuannya untuk meneliti dan mengumpulkan data tentang perilaku bunuh diri, menentukan berbagai penyebabnya, alasan mengapa tanda-tandanya tidak diperhatikan, serta mengembangkan praktik dan kebijakan yang baik untuk upaya pencegahan bunuh diri.
IASP ingin menciptakan kesadaran publik tentang bagaimana mengidentifikasi tanda-tanda peringatan seseorang yang sedang mempertimbangkan untuk bunuh diri. Dengan demikian, setiap orang dapat menjangkau mereka sebelum terlambat.
Sebelumnya, WHO telah memulai kampanye pencegahan bunuh diri secara global sejak 1999. Hal itu disebutkan pada Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia pertama pada 2003.
Melalui Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia, IASP dan WHO ingin mengomunikasikan kepada masyarakat bahwa siapa pun dapat mencegah seseorang untuk mengakhiri hidup mereka. Hingga hari ini, IASP telah memiliki ahli dan sukarelawan dari hampir 77 negara.
Penulis: Resla