, Hamburg - Empat kereta regional jarak dekat atau S-Bahn di kota Hamburg di Jerman menjadi pilot proyek digitalisasi dan akan beroperasi secara otonom.
Perusahaan Siemens, Deutsche Bahn dan pemerintah kota Hamburg menanamkan investasi 60 juta Euro dalam proyek kereta api digital ini.
Advertisement
Direncanakan, sistem digital otonom S-Bahn di Hamburg sudah siap diujicoba tahun 2025, dikutip dari laman DW.com. Selasa (10/9/2024).
Birgit Milius dari Technische Universität Berlin menjelaskan, lalu lintas kereta api memang sangat rumit sejak jaman dulu. Kepala proyek Digital S-Bahn Hamburg, Christoph Gonçalves mengemukakan, pada dasarnya, dengan digitalisasi mereka ingin mencapai kapasitas dan stabilitas lebih besar dalam pengoperasian kereta api.
Untuk perjalanan jarak dekat regional dengan kendaraan umum proyek ini jadi langkah besar, karena tidak ada keharusan menambah jalur dan panjang rel kereta, akan tetapi bisa lebih banyak kereta beroperasi dalam jarak dekat.
Otonom Dalam Sistem Lalu Lintas Kereta Terbuka
"Yang membuatnya istimewa, dalam proyek ini untuk pertama kalinya kami punya kereta yang bergerak otomatis dan otonom di dalam sistem kereta api terbuka," ujar kepala proyek Christoph Gonçalves.
Kereta dioperasikan dengan teknologi yang tidak hanya dibuat bagi kereta jarak dekat S-Bahn. Namun teknologi itu juga bisa dialihkan untuk pengoperasian sistem lalu lintas kereta barang, kereta angkutan penumpang, atau juga sistem kereta super cepat jarak jauh.
Dioperasikan oleh Automatic Train Operation (ATO).
Jantung pengoperasian kereta disebut ATO singkatan dari Automatic Train Operation. Sistem keamanan dengan nama yang rumit ini saling berkomunikasi dan menjamin, bahwa kereta api berfungsi dengan aman dan tidak ada kecelakaan yang terjadi:
Christoph Gonçalves menambahkan, ATO adalah sistem standar Eropa bagi kereta agar bisa beroperasi otomatis. Itu diintegrasikan dengan ETCS atau European Train Control System, sebuah sistem keamanan perjalanan kereta di Eropa, yang menjaga agar kereta, tidak melaju terlalu cepat atau terlalu jauh.
Dengan menggunakan gabungan sistem ini, lalu lintas kereta tidak hanya akan lebih tepat waktu dan efisien, melainkan juga menghemat energi sebanyak 30 persen. Dan perusahaan operator kereta berharap, lewat fungsi otonom, kerusakan dan keausan sukucadang seperti pada fungsi rem bisa dikurangi. Tapi faktor yang paling penting tetaplah keamanan.
Advertisement
Pengemudi Masih Tetap Dibutuhkan
Elena Queck, pakar lalulintas dari sekolah tinggi Westsächsische Hochschule Zwickau menjelaskan, pengendalian kereta secara otonom, seperti akselerasi atau mengurangi kecepatan bukan masalah, dan bisa direalisasikan. Yang jadi masalah adalah proses operasional, dan yang paling utama adalah langkah yang harus diambil jika terjadi gangguan.
Bagaimana langkahnya saat situasi ada gangguan atau kejadian tidak terduga di dalam sistem lalu lintas otomatis dan otonom, kalau tidak ada lagi pengemudi? Itu pertanyaan, yang diajukan sekarang.
Oleh sebab itu, dalam proyek kereta regional S-Bahn otonom di Hamburg, pengemudi masih akan tetap ada di kabin pengemudi di depan.
Karena kapan saja, sesuatu yang tak terduga bisa terjadi, dan kereta harus mengerem mendadak. Jadi pengemudi dibutuhkan bukan hanya dari segi teknis, melainkan juga secara hukum. UU Jerman sejauh ini juga belum memperbolehkan, bahwa kereta beroperasi tanpa pengemudi.
Namun tidak bisa disangkal, dalam waktu dekat ini ada kebutuhan untuk penerapan sistem kereta jarak dekat otonom. "Setidaknya di daerah padat penduduk, akan semakin banyak orang meninggalkan mobil pribadi dan beralih menggunakan kereta otonom yang lebih tepat waktu dan aman", pungkas para pakar.