Menanti Hilal Pemangkasan Suku Bunga, Bagaimana Prospek Sektor Batu Bara?

Pemangkasan suku bunga Fed dan kemungkinan melemahnya Indeks Dolar AS (DXY) akan berdampak positif pada harga minyak. Lalu bagaimana dengan batu bara?

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 09 Sep 2024, 19:23 WIB
Suasana kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/11). Dari 538 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia, 181 saham menguat, 39 saham melemah, 63 saham stagnan, dan sisanya belum diperdagangkan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Sinyal pemangkasan suku bunga The Fed makin menguat jelang kuartal IV 2024. Pasar saat ini didorong oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed karena inflasi terus mereda.

Penurunan inflasi AS lebih lanjut dapat memberi Federal Reserve fleksibilitas untuk memangkassuku bunga.

Tim analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia memperkirakan, The Fed akan menurunkan suku bunga dana federal (FFR) sebesar 25bps pada September menjadi 5,25%, dengan potensi pemangkasan 25 bps lagi pada bulan November atau Desember, sehingga suku bunga menjadi 5,0%.

"Berdasarkan analisis kami, pemangkasan suku bunga Fed dan kemungkinan melemahnya Indeks Dolar AS (DXY) akan berdampak positif pada harga minyak. Analisis sensitivitas kami menunjukkan kenaikan DXY sebesar 1 poin dapat menyebabkan penurunan harga minyak per barel sebesar 1,2%.

Meskipun hubungan terbalik ini jelas, faktor-faktor seperti dinamika permintaan-penawaran, risiko geopolitik, dan spekulasi dapat mempengaruhi harga minyak," kata Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rizkia Darmawan dalam risetnya, Senin (9/9/2024).

Secara keseluruhan, Mirae Asset Sekuritas Indonesia memperkirakan harga minyak akan diperdagangkan antara USD 70-80 per barel pada tahun 2025, setelah rata-rata USD 85 per barel pada tahun 2024. Hal itu karena permintaan terutama dari Tiongkok dan India, tumbuh secara stabil di tengah pemangkasan produksi OPEC+ dan kebijakan energi AS yang dapat membatasi pertumbuhan produksi.

Sementara, impor batu bara Tiongkok telah menurun karena pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat setelah lonjakan pada tahun 2023. Meskipun demikian, permintaan batu bara Tiongkok diperkirakan akan naik 12% YoY pada tahun 2024, dengan potensi moderasi pada tahun 2025.


Harga Acuan Batu Bara

Sebanyak 206 saham naik, 337 saham turun, dan 190 saham stagnan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Di sisi lain, dolar yang lebih lemah dan peningkatan pembangkit listrik tenaga termal di Asia Tenggara diperkirakan akan mendukung permintaan batu bara hingga tahun 2025.

Dengan harga minyak mentah Brent yang diproyeksikan sekitar USD 70-80 per barel, Mirae Asset Sekuritas Indonesia memperkirakan harga acuan batu bara Newcastle akan berkisar sekitar USD 130 per ton, yang menunjukkan dampak moderat pada perusahaan batu bara.

Dengan demikian, pertumbuhan volume dan efisiensi biaya tetap menjadi pendorong utama bagi sektor batu bara Indonesia tahun depan.

"Mengingat dinamika perdagangan yang telah disebutkan, kami yakin pendorong utama bagi penambang Indonesia tahun depan adalah pertumbuhan volume dan efisiensi biaya. Oleh karena itu, kami mempertahankan rekomendasi Netral kami untuk sektor ini," kata Rizkia.

Untuk sektor baru bara, Mirae Asset Sekuritas Indonesia jagokan saham ADRO karena diposisikan dengan baik untuk memanfaatkan faktor-faktor ini. Stripping ratio (SR) yang rendah memastikan biaya tunai terendah di sektor ini, dan transisi dari PKP2B ke IUPK memberikan manfaat tambahan dari pengurangan royalti dan pajak.

"Kami telah merevisi target harga ADRO menjadi Rp 3.650 per saham," ungkap Rizkia.

 


Proyeksi Pendapatan

Suasana di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/11/2015). Pelemahan indeks BEI ini seiring dengan melemahnya laju bursa saham di kawasan Asia serta laporan kinerja emiten triwulan III yang melambat. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Revisi tersebut mencerminkan kinerja keuangan terkini ADRO. Estimasi pendapatan tahun buku 2024 terbaru dari Mirae Asset adalah USD 5,85 miliar atau tumbuh 8,6%, dengan laba bersih diproyeksikan sebesar USD 1,42 miliar atau tumbuh 25,6%.

Untuk tahun buku 2025, Mirae Asset meningkatkan proyeksi pendapatan sebesar 7,2% menjadi USD 5,73 miliar, yang mencerminkan ASP dan volume penjualan yang lebih tinggi, sembari menyesuaikan biaya tunai karena tarif royalti IUPK baru dan perubahan pajak.

"Akibatnya, TP kami dinaikkan menjadi Rp 3.650 per saham, berdasarkan P/E 5,2x (-0,5 SD dari rata-rata 5 tahun ADRO). Karena potensi kenaikan yang terbatas, kami mempertahankan rekomendasi Hold," jelas Rizkia.

Adapun posisi keuangan ADRO yang kuat menunjukkan bahwa perusahaan akan mempertahankan rasio pembayaran dividen sebesar 40-50%, yang menyiratkan dividen per saham sebesar Rp 305-380, dengan yield 9-11% pada harga saham saat ini. Secara historis, ADRO mendistribusikan dividen interim pada akhir tahun, memberikan nilai tambah bagi pemegang saham.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya