Saham Agensi K-pop Lesu saat Efek Industri Hiburan Korea Selatan Makin Populer

Saham empat agensi K-pop terbesar di Korea Selatan melemah dan berbeda dengan performa bintang pop Korea Selatan yang menduduki puncak tangga lagu dan tampil di festival musik.

oleh Agustina Melani diperbarui 10 Sep 2024, 07:00 WIB
Bintang pop Korea Selatan memecahkan rekor, tampil di festival musik utama di Barat dan menduduki puncak tangga lagu. Akan tetapi, kesuksesan yang luar biasa itu tidak tercermin dalam kinerja saham agensi manajemen bintang pop. (Foto: Laman SM Entertainment)

Liputan6.com, Jakarta - Bintang pop Korea Selatan memecahkan rekor, tampil di festival musik utama di Barat dan menduduki puncak tangga lagu. Akan tetapi, kesuksesan yang luar biasa itu tidak tercermin dalam kinerja saham agensi manajemen bintang pop tersebut.

Mengutip CNBC, Selasa (10/9/2024), agensi K-pop "empat besar” Korea Selatan semuanya terdaftar di bursa saham. Hybe Corporation termasuk yang terbesar dan tercatat di Kospi. Sedangkan SM Entertainment, JYP Entertainment, dan YG Entertainment berada di indeks Kosdaq yang kapitalisasi kecil.

Sepanjang 2024, saham Hybe merosot 29 persen, saham SM Entertainment susut 36 persen dan YG Entertainment terpangkas 37 persen. Sementara itu, saham JYP Entertainment catat kinerja penurunan terdalam dengan merosot 56 persen.

Koreksi saham agensi K-pop ini dinilai membingungkan karena artis K-pop memperkuat posisi industri di panggung music global, memecahkan rekor di Youtube, Spotify, hingga Billboard.

Kepada CNBC, Spotify mengungkapkan, sejak 2018, streaming K-pop di platform itu telah meroket lebih dari 180 persen di Amerika Serikat (AS). Kemudian lebih dari 420 persen di Asia Tenggara, dan lebih dari 360 persen di seluruh dunia, per 3 September 2024.

Layanan streaming music itu juga mengatakan, pada 2023 saja, artis Korea Selatan telah didengar oleh pendengar pertama kali hampir, 2,2 miliar

“Bahkan jika Anda tidak tahu nama saya, Anda mungkin tahu BTS dan Blackpink,” ujar Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol dalam siding gabungan kongres pada April 2023.

Grup BTS adalah selebritas terlaris dalam sejarah Korea Selatan dan Blackpink menjadi artis K-pop pertama yang tampil di Coachella pada 2019.

Blackpink juga merupakan band Korea Selatan pertama yang menjadi bintang utama festival musik besar di Inggris, tampil di festival BST Hyde Park di London pada 2023. Grup pendatang baru NewJeans dan Stray Kids juga tampil di Lollapalooza tahun ini.


Hambatan yang Rumit

Desain kantor baru Big Hit Entertainment, HYBE. (dok. HYBE/Soompi)

Tak ada satu alasan pun yang menjelaskan kesenjangan antara antusiasme penggemar dan investor yang pesimistis. Gabungan kompleks dari masalah tata kelola dan penurunan laba telah menganggu empat besar, menurut Analis Keuangan Mirae Asset Securities, Kim Gyuyeon.

Sementara itu, BTS dan Blackpink memecahkan rekor, ia menuturkan, hanya sedikit grup yang baru debut saat ini mampu meniru kesuksesan itu di Barat.

Hal itu meredam sentiment karena menunjukkan pasar belum berkembang sejak 2020-2021. Selain itu, grup-grup inovatif itu telah alami kekacauan sendiri. Para anggota BTS tengah menjalankan tugas wajib militer dan baru akan Bersatu kembali pada 2025. Sedangkan anggota Blackpink memperbarui kontrak mereka dengan YG Entertainment untuk kegiatan grup pada akhir 2023, dan telah memutuskan untuk mengejar proyek solo di luar label itu.

Pada saat yang sama, laba perusahaan empat besar agensi K-pop tersebut menurun. Masing-masing mencatat kerugian operasional tahun ke tahun pada kuartal II. Laba operasional YG anjlok 94,5 persen, sedangkan JYP merosot 79,6 persen. SM dan Hybe mencatat penurunan lebih kecil masing-masing 30,7 persen dan 37,4 persen.

Media Korea Selatan melaporkan, laba merosot seiring penjualan album ekspor turun untuk pertama kalinya dalam sembilan tahun pada paruh pertama 2024. Seoul Economic Daily melaporkan, pada Juli, pengiriman album Big Four pada paruh pertama 2023 susut menjadi 44,74 juta, turun dari 53,45 juta pada paruh pertama 2023.

 


Elemen Unik di Industri Hiburan Korsel

DAY6 di acara fansign. (Twitter.com/@day6official)

Kim menuturkan, penjualan fisik secara historis menyumbang bagian terbesar dari pendapatan label dan juga segmen yang paling menguntungkan. Ia mengatakan, penjualan fisik yang tinggi menunjukkan jumlah penggemar yang dengan demikian mengukur pasar yang dapat dijangkau oleh suatu perusahaan.

Salah satu elemen unik dari industri hiburan Korea Selatan adalah “fansigns”. Penggemar mengikuti undian untuk bertemu artis dan mendapatkan tanda tangan di albumnya. Undian ini memberikan peluang lebih tinggi bagi penggemar yang membeli lebih banyak album fisik dalam kurun waktu tertentu sehingga meningkatkan peluang mereknya untuk hadiri fansign dan bertemu artis.

Sederhananya, semakin banyak album yang dibeli, semakin banyak pula tiket yang didapatkan untuk fansign. Dengan demikian, acara ini memberikan insentif kepada penggemar untuk membeli lebih banyak album bahkan di era streaming.

Penurunan penjualan album fisik tidak hanya berdampak terhadap laba tetapi menimbulkan pertanyaan mengenai pertanyaan apakah investasi tentang pertumbuhan tinggi yang berkelanjutan telah runtuh.


Apakah Streaming Menekan Penjualan CD?

Investor terus memakai penjualan album fisik sebagai tolok ukur utama meski streaming mendominasi. “Album fisik tidak berguna dan bahkan menjadi beban karena memakan tempat. Ini berarti terlepas dari semua kekurangan ini, orang yang membelinya adalah penggemar berat artis itu yang juga habiskan banyak uang,” ujar Kim.

Kepada CNBC, Spotify mengungkapkan royalti yang dihasilkan oleh artis Korea Selatan melebihi 180 miliar won atau USD 138 juta per 3 September, menandai peningkatan tiga kali lipat dari 2019 dan peningkatan 780 persen yang mengejutkan sejak 2017.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya