RI Deflasi 4 Bulan Berturut-turut, Pertanda Bahaya ke Pertumbuhan Ekonomi

Terjadinya deflasi selama 4 bulan berturut-turut disebabkan oleh pelemahan daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 09 Sep 2024, 20:00 WIB
Pembeli membeli sayuran di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

 

Liputan6.com, Jakarta Ekonom sekaligus Direktur Pengembangan Big Data INDEF, Eko Listyanto, mengatakan bahwa terjadinya deflasi selama 4 bulan berturut-turut disebabkan oleh pelemahan daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah.

"Deflasi selama 4 bulan berturut-turut sudah pasti menunjukkan pelemahan daya beli. Karena harga pangan cenderung turun. Namun, gambaran deflasi selama 4 bulan ini menunjukkan bahwa daya beli kita sedang bermasalah," kata Eko dalam diskusi publik bertajuk "Kelas Menengah Turun Kelas", Senin (9/9/2024).

Menurutnya, secara agregat, masalah ini sudah terlihat pada kuartal I dan kuartal II-2024. Meskipun ada momen besar seperti Pemilu Presiden, bulan puasa, dan Lebaran, ternyata hal tersebut tidak mampu mendorong peningkatan daya beli.

Data BPS

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi rumah tangga tumbuh 4,93 persen secara tahunan pada kuartal II-2024. Sementara pada kuartal I-2024, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tercatat sebesar 4,91 persen secara tahunan.

Eko menilai bahwa dengan terjadinya deflasi dan penurunan angka konsumsi rumah tangga tersebut, seharusnya menjadi alarm bagi pemerintah bahwa daya beli masyarakat di Indonesia sedang bermasalah.

"Mei, Juni, Juli, dan Agustus mengalami deflasi berturut-turut, ini sudah sangat jelas menunjukkan adanya persoalan pada daya beli masyarakat," ujarnya.

 


Konsumsi Rumah Tangga Terancam

Aktivitas pedagang pasar di Jakarta, Senin (28/10/2019). Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta mencatat sebagian harga komoditi di Jakarta mengalami penurunan yang menyebabkan deflasi sebesar 0,04 persen selama September 2019. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Oleh karena itu, Eko menekankan bahwa pemerintah harus lebih memperhatikan deflasi dan penurunan daya beli masyarakat ke depannya.

Ia pun memprediksi bahwa jika tidak segera ditangani, konsumsi rumah tangga tidak akan mengalami perbaikan hingga akhir tahun 2024.

"Sepertinya, kalau saya lihat, sampai akhir tahun tidak ada tanda-tanda perbaikan. Kemungkinan, mungkin baru di triwulan 4 nanti. Tapi kita harus lihat lagi," pungkasnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya