Liputan6.com, Cilacap - Ulama kondang asal Rembang, KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) menjelaskan hakikat orang cerdas.
Menurutnya, orang cerdas tidak sebagaimana selama ini dipahami oleh orang banyak, seperti memiliki segudang prestasi yang ia peroleh.
Bukan pula label ini disematkan kepada seseorang yang memiliki kemampuan menyerap pengetahuan dengan sangat cepat dan karakteristik-karakteristik yang tergolong fantastis.
Baca Juga
Advertisement
Namun, definisi cerdas menurut Gus Baha tidak sebagaimana karakteristik yang dijelaskan di atas. Dia mengutip pendapat salah seorang ulama pendiri mazhab Syafi’i, yaitu Imam Syafi’i.
Simak Video Pilihan Ini:
Orang Cerdas versi Imam Syafi’i
Murid Mbah Moen ini menegaskan, menurut Imam Syafi’i orang yang cerdas ialah mereka yang memiliki perilaku zuhud.
Sebagai informasi, zuhud ialah memalingkan atau meninggalkan hal-hal yang bersifat kemewahan duniawi yang akan melalaikan manusia kepada Allah SWT.
Berdasarkan penuturan Gus Baha, Imam Syafi’i mengatakan jikalau ada wasiat hartanya agar diberikan kepada orang cerdas, maka Imam Syafi’i akan memberikan kepada orang yang zuhud.
“Seumpama ada wasiat hartanya suruh dikasihkan orang cerdas, itu menurut Imam Syafi’i akan saya berikan kepada orang zuhud,” terangnya sebagaimana dikutip dari tayangan YouTube Short @alqolbumutayyam89, Selasa (10/09/2024).
“Sebab menurut Imam Syafi’i orang yang paling cerdas di dunia itu orang zuhud,” tegasnya.
Gus Baha juga menerangkan sisi baik memberikan harta kepada orang yang zuhud yakni tentu saja akan digunakan hal-hal yang sangat positif seperti untuk membangun tempat ibadah, lembaga pendidikan dan biaya perjuangan di jalan Allah SWT.
“Maka akan aku kasihkan ke orang zuhud, zuhud sekali, misalnya ada orang zuhud kamu beri uang 1 milyar dan dia seorang ulama, misalkan” terangnya.
“Pasti dia berfikir untuk membangun masjid, pondok atau dipakai berjuang,” terangnya menjelaskan dampak positifnya.
Advertisement
Amalan Agar Diberikan Kecerdasan
Ketika bekerja atau mengerjakan tugas sekolah terkadang kita dihadapkan pada kondisi pikiran yang buntu dan macet. Padahal kita dituntut untuk selalu berinovasi dan melahirkan ide-ide yang cerdas atau cemerlang.
Dalam Majmu' Syarif ada doa yang dapat dibaca ketika kita menghadapi situasi demikian. Doa ini diharapkan dapat membuat terang pikiran dan diberikan kecerdasan.
اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ لِيْ نُوْرًا فِيْ قَلْبِيْ، وَنُوْرًا فِيْ قَبْرِيْ، وَنُوْرًا فِيْ سَمْعِيْ، وَنُوْرًا فِيْ بَصَرِيْ، وَنُوْرًا فِيْ شَعْرِيْ، وَنُوْرًا فِيْ بَشَرِيْ، وَنُوْرًا فِيْ لَحْمِيْ، وَنُوْرًا فِيْ دَمِيْ، وَنُوْرًا فِيْ عِظَامِيْ. وَنُوْرًا مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَنُوْرًا مِنْ خَلْفِيْ، وَنُوْرًا عَنْ يَمِيْنِيْ، وَنُوْرًا عَنْ شِمَالِيْ، وَنُوْرًا مِنْ فَوْقِيْ، وَنُوْرًا مِنْ تَحْتِيْ. اَللّٰهُمَّ زِدْنِيْ نُوْرًا، وَاَعْطِنِيْ نُوْرًا، وَاجْعَلْ لِيْ نُوْرًا، وَاجْعَلْنِيْ نُوْرًا
Allāhummaj‘al lī nūran fī qalbī, wa nūran fī qabrī, wa nūran fī sam‘ī, wa nūran fī basharī, wa nūran fī sya‘rī, wa nūran fī basyarī, wa nūran fī lahmī, wa nūran fī damī, wa nūran fī ‘izhāmī, wa nūran min bayni yadayya, wa nūran fī khalfī, wa nūran ‘an yamīnī, wa nūran ‘an syimālī, wa nūran min fawqī, wa nūran min tahtī. Allāhumma zidnī nūrā. Wa a‘thinī nūrā. Waj‘al lī nūrā. Waj‘alnī nūrā.
Artinya: "Ya Allah jadikanlah cahaya pada hatiku, kuburku, pendengaranku, penglihatanku, rambutku, kulitku, dagingku, darahku, tulang-tulangku, di hadapanku, belakangku, sisi kananku, sisi kiriku, sisi atasku, dan pada sisi bawahku. Ya Allah tambahkanlah cahaya bagiku. Berikanlah cahaya kepadaku. Jadikanlah cahaya bagiku. Jadikanlah diriku bercahaya."
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul