Liputan6.com, Jakarta - Orang yang merasa hebat dan alim sering kali dapat jatuh dalam perangkap merendahkan orang lain, meskipun mereka mungkin memiliki pengetahuan atau pencapaian yang mengesankan.
Merasa lebih unggul bisa memunculkan sikap sombong dan penilaian negatif terhadap orang lain, padahal sikap seperti ini bertentangan dengan ajaran agama yang menekankan pentingnya kerendahan hati dan saling menghargai.
KH Yahya Zainul Ma'arif, atau Buya Yahya, memberikan pesan penting tentang sikap merendahkan orang lain dalam video yang diunggah di kanal YouTube @Andhap_asor.
Dalam video tersebut, Buya Yahya mengingatkan agar berhati-hati jika merasa diri sendiri hebat dan cenderung memandang rendah orang lain.
“Hati-hati jika Anda merasa hebat dan memandang rendah orang lain,” tegas Buya Yahya dalam video tersebut.
Menurutnya, meskipun seseorang merasa sangat ahli dalam ibadah atau kesalehan, jika dia memandang orang lain dengan merendahkan, maka itu bisa menjadi bahaya bagi dirinya sendiri.
Buya Yahya menjelaskan bahwa perasaan hebat dan kesalehan seseorang tidak boleh menjadikannya merasa lebih unggul dari orang lain.
“Sehebat apapun diri Anda, bahkan jika kesalehan Anda sudah tidak bisa diukur lagi, jika Anda merendahkan hamba Allah, apapun statusnya, entah itu pemabuk, penjudi, atau yang lainnya, ini bisa berdampak negatif pada diri Anda sendiri,” katanya.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Merendahkan Orang Lain Risikonya Direndahkan Allah SWT
Menurut Buya Yahya, memandang rendah orang lain dapat menyebabkan seseorang direndahkan oleh Allah.
“Awas jika Anda memandang mereka dengan pandangan merendahkan. Ini bisa menjadi sebab Anda akan direndahkan oleh Allah,” peringatannya.
Buya Yahya mengingatkan bahwa sikap sombong dan merasa lebih baik dari orang lain tidak akan membawa manfaat.
“Sombong hanya akan membuat seseorang merasa lebih unggul dari yang lain, namun pada kenyataannya, ini justru akan menjauhkan dari keberkahan Allah,” jelasnya.
Dalam penjelasannya, Buya Yahya juga menegaskan bahwa setiap hamba Allah memiliki hak yang sama untuk dihargai.
“Apapun latar belakang atau kesalahan seseorang, mereka tetap hamba Allah yang patut dihargai. Merendahkan mereka tidak akan pernah dibenarkan,” ujarnya.
Buya Yahya mengingatkan bahwa merendahkan orang lain sering kali berkaitan dengan sifat sombong. “Sifat sombong ini adalah salah satu hal yang sangat dibenci Allah. Jika seseorang merasa dirinya lebih baik dari yang lain, ini merupakan tanda-tanda kesombongan yang harus dihindari,” tambahnya.
Advertisement
Pentingnya Jaga Sikap
Buya juga menggarisbawahi pentingnya menjaga sikap agar tidak terjebak dalam perasaan superioritas. “Jangan biarkan perasaan hebat membuat Anda merasa lebih dari orang lain. Selalu ingat bahwa semua manusia memiliki kelemahan dan kekurangan masing-masing,” katanya.
Buya Yahya mengajak umat Islam untuk lebih fokus pada perbaikan diri daripada merendahkan orang lain. “Alihkan energi Anda untuk memperbaiki diri dan memperdalam ibadah, daripada menghabiskan waktu dengan memandang rendah orang lain,” jelasnya.
Dalam video tersebut, Buya Yahya juga memberikan penekanan bahwa sikap rendah hati adalah kunci untuk meraih keridhaan Allah.
“Dengan bersikap rendah hati, kita bisa mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan kebahagiaan yang sejati,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa setiap amal kebaikan yang dilakukan dengan niat tulus dan rendah hati akan lebih dihargai oleh Allah.
“Ibadah dan kebaikan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan rendah hati akan mendapatkan balasan yang lebih baik,” katanya.
Buya Yahya berharap pesan ini bisa menjadi pengingat bagi setiap orang untuk selalu menjaga sikap dan menghindari perasaan merendahkan orang lain.
“Semoga kita semua bisa memahami pentingnya sikap rendah hati dan menjauhi sikap sombong dalam kehidupan sehari-hari,” tutupnya.
Sebagai penutup, Buya Yahya mengajak semua umat Islam untuk terus meningkatkan kualitas diri tanpa merasa lebih baik dari orang lain. “Dengan cara ini, kita bisa hidup dalam harmoni dan mendapatkan keridhaan Allah dalam setiap aspek kehidupan,” pungkasnya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul