Saham Barang Mewah Burberry Tak Lagi Jadi Perusahaan Berharga di Inggris

Merek mewah Burberry mencatat kapitalisasi pasar senilai USD 2,9 miliar.

oleh Agustina Melani diperbarui 11 Sep 2024, 06:00 WIB
Merek mewah Burberry keluar dari indeks saham utama Inggris yakni FTSE 100. (NIKLAS HALLE'N / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Merek mewah Burberry keluar dari indeks saham utama Inggris. Hal ini setelah valuasi saham yang turun tajam akibat penjualan dan laba yang merosot.

Mengutip CNN, ditulis Rabu (11/9/2024). Merek berusia 168 tahun itu akan meninggalkan FTSE 100 yang terdiri dari 100 perusahaan paling berharga yang terdaftar di Bursa Efek London sebagai hasil dari tinjauan kuartalan, demikian disampaikan bursa.

Rumah mode itu sekarang bernilai 2,23 miliar poundsterling atau USD 2,93 miliar (sekitar Rp 45,32 triliun, asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.467). Kapitalisasi pasar itu lebih rendah 56 persen dari kapitalisasi pasarnya pada akhir tahun lalu. Hal ini seiring sahamnya yang merosot. Analis menuturkan, koreksi saham itu seiring penjualan dan laba yang turun dalam jangka panjang.

Pengeluaran untuk barang-barang mewah telah melambat secara global terutama di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia yakni China. Perlambatan itu tidak hanya memukul perusahaan seperti Burberry tetapi juga merek-merek kelas atas.

Pada Juli, perusahaan mengganti Chief Executivenya yang baru habiskan dua tahun dalam jabatan itu setelah kuartal yang mengecewakan lainnya. Ia memperingatkan laba pada tahun keuangan yang berakhir pada awal 2025 kemungkinan lebih rendah dari yang diharapkan dan membatalkan dividen untuk tahun tersebut.

Perusahaan yang terkenal dengan jas panjang dan tasnya itu alami penurunan penjualan hingga 20 persen pada April-Juni yang menandakan tahun yang sulit di tepan. Pada 30 Maret 2024, laba Burberry anjlok 34 persen.

"Kami mengambil tindakan tegas untuk kembali seimbangkan penawaran kami agar lebih dikenal dengan pelanggan inti Burberry sekaligus hadirkan hal-hal baru yang relevan,” ujar Chairman Burberry Gerry Murhphy.

Meskipun masalah merek tersebut sebagian besar disebabkan oleh arahnya, banyak perusahaan mewah paling terkenal di dunia sedang berjuang. Tekanan terhadap perusahaan barang mewah itu seiring sebagian besar mencerminkan perubahan tajam dalam pengeluaran oleh pembeli China, yang telah berbelanja barang-barang premium setelah pembatasan pandemi di negara itu akhirnya dicabut.


Saham Burberry Tersungkur Setelah CEO Marco Gobbeti Umumkan Pengunduran Diri

Seorang model mempersembahkan kreasi rumah mode Inggris Burberry selama koleksi peragaan busana Musim Gugur/Musim Dingin 2023 pada hari keempat London Fashion Week, di London, pada 20 Februari 2023. (NIKLAS HALLE'N / AFP)

Sebelumnya, Chief Executive Officer (CEO) Burberry, produsen barang mewah asal Inggris Marco Gobbetti akan mengundurkan diri pada akhir 2021. Ia mundur untuk mengambil kesempatan lain yang akan membuatnya lebih dekat dengan keluarganya di Italia.

Gobbeti akan mundur pada akhir 2021 setelah hampir lima tahun bersama perusahaan. "Dengan Burberry berenergi kembali dan dengan kuat berada di jalur pertumbuhan yang kuat, saya merasa sekarang adalah waktu yang tepat bagi saya untuk mundur,” ujar Gobbetti dilansir dari CNBC, Senin (28/6/2021).

Saham Burberry tersungkur 6,6 persen setelah mengumumkan pengunduran diri dan mengambil kesempatan di perusahan barang mewah.

Pada awal perdagangan, indeks acuan saham Eropa Stoxx600 turun 0,3 persen yang dipicu penurunan saham perjalanan dan wisata 2,7 persen. Saham perawatan kesehatan naik 0,4 persen.

Bursa saham Eropa melemah seiring bursa saham Asia yang bervariasi pada awal pekan ini. Bursa saham Asia bervariasi setelah data laba perusahaan industri China melambat pada Mei.

Pemerintah China mengumumkan laba perusahaan industri China naik 36,4 persen pada Mei 2021. Angka ini melambat dibandingkan pertumbuhan year on year (YoY) 57 persen pada April 2021.

 


Lepas Sebagian Saham Apple, Warren Buffett Incar Saham Ini

Peringkat kedua diikuti oleh pemilik Berkshire Hathaway, Warren Buffett. Kekayaan pria 86 tahun ini mencapai US$ 75,6 miliar atau sekitar Rp 1.005 triliun. (NYC)

Sebelumnya, investor kondang, Warren Buffett telah mengungkapkan penjualan saham yang signifikan oleh Berkshire Hathaway Inc. (NYSE:BRK) pada kuartal II, termasuk pengurangan substansial dalam kepemilikannya di Apple Inc (NASDAQ:AAPL).

Menurut pengajuan terbaru ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS, Perusahaan investasi Buffett, Berkshire Hathaway Inc menjual lebih dari 389 juta saham Apple pada kuartal kedua. Meskipun begitu, Berkshire Hathaway masih memegang 400 juta saham Apple.

Selain Apple, Berkshire Hathaway juga memangkas investasinya di Bank of America Corp (NYSE:BAC). Chevron Corporation (NYSE:CVX), Capital One Financial Corp. (NYSE:COF), Floor & Decor Holdings Inc (NYSE:FND), T-Mobile US, Inc. (NASDAQ:TMUS), dan Louisiana-Pacific Corporation (NYSE:LPX).

Sementara, perusahaan telah meningkatkan kepemilikannya di Chubb Limited (NYSE:CB) menjadi 27.033.784 saham dan Occidental Petroleum Corporation (NYSE:OXY) menjadi 255.281.524 saham.

Melansir Yahoo Finance, Sabtu (17/8/2024), perusahaan telah melakukan investasi baru yang lebih kecil di produsen suku cadang kedirgantaraan Heico Corp (NYSE:HEI) dengan 1.044.242 saham dan ritel kosmetik Ulta Beauty Inc (NASDAQ:ULTA) sebanyak 690.106 saham.

 

 

 


Keputusan Investasi Warren Buffett

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Keputusan investasi Buffett selalu menarik dikawal karena rekam jejaknya yang luar biasa dalam dunia investasi. Langkah terbaru ini terjadi pada saat saham Berkshire Hathaway naik lebih dari 20% tahun ini. Pada awal Agustus, keputusan Buffett untuk menjual hampir setengah dari saham Apple milik Berkshire dinilai oleh Elon Musk sebagai indikasi koreksi pasar yang akan datang.

Volatilitas pasar global juga telah menguji investasi Buffett. Meskipun mengalami penurunan awal yang signifikan, investasi Berkshire sebesar USD 20 miliar di perusahaan perdagangan raksasa Jepang memulihkan sebagian besar kerugiannya. Gejolak pasar global yang dipicu oleh kenaikan suku bunga Jepang berdampak terbatas pada investasi ini.

Penjualan saham Warren Buffett baru-baru ini juga berkontribusi pada peningkatan cadangan kas Berkshire hingga mencapai rekor USD 277 miliar. Peningkatan cadangan kas ini terjadi meskipun laba bersih perusahaan pada kuartal kedua turun 15,5% dari tahun ke tahun, sebagian besar disebabkan oleh penurunan keuntungan investasi di tengah kondisi pasar yang bergejolak.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya