Liputan6.com, New York - 23 tahun setelah 11 September 2001 (9/11), penyakit yang terkait dengan serangan teroris di World Trade Center (WTC) tercatat telah menewaskan lebih banyak anggota New York City Fire Department (FDNY) atau Departemen Pemadam Kebakaran Kota New York daripada yang tewas pada saat tragedi terjadi.
Menurut pihak berwenang, pada hari runtuhnya Twin Towers (Menara Kembar), 343 anggota FDNY tewas.
Advertisement
Dalam 23 tahun sejak itu, mengutip laporan ABC News, Rabu (1/9/2024), tercatat lebih dari 360 anggota FDNY telah meninggal karena penyakit yang terkait dengan World Trade Center, kata departemen pemadam kebakaran tersebut.
28 dari kematian FDNY tersebut terjadi selama tahun 2023 lalu, menurut FDNY Uniformed Firefighters Association (Asosiasi Pemadam Kebakaran Berseragam FDNY).
"Kerugian yang tidak dapat diatasi itu tidak berakhir di lokasi World Trade Center," kata Komisaris Pemadam Kebakaran Kota New York Robert Tucker. "Sebaliknya, kami telah melihat anggota kami jatuh sakit karena waktu yang mereka habiskan untuk bekerja dalam penyelamatan dan pemulihan."
Dari 2.753 orang yang tewas di World Trade Center, sekitar 40% -- 1.103 orang -- masih belum teridentifikasi secara resmi. Sejauh ini tidak ada identifikasi jenazah baru sejak Januari.
Upacara peringatan tahunan tragedi 9/11 atau September 11 Memorial & Museum's annual commemoration akan berlangsung pada Rabu (11/9), mulai pukul 8:30 pagi waktu setempat.
Tiga Terdakwa Serangan 9/11 Mengaku Bersalah, Setuju Dihukum Seumur Hidup
Terkait peristiwa 9/11, Pentagon mengumumkan pada Rabu (31/7) bahwa tiga terdakwa yang terkait dengan serangan 11 September 2001 atau serangan 9/11 telah mencapai kesepakatan pembelaan. Dalam pernyataan resminya, Pentagon menyebut bahwa syarat dan ketentuan khusus dari perjanjian praperadilan tidak tersedia untuk umum saat ini.
Menurut laporan The New York Times, ketiga terdakwa tersebut setuju untuk mengaku bersalah dengan imbalan hukuman seumur hidup.
Mengutip DW Indonesia, Kamis (1/8/2024), disebutkan bahwa salah satu terdakwa yang disebutkan dalam pernyataan Pentagon adalah Khalid Sheikh Mohammed, yang diduga sebagai perencana utama serangan tersebut. Mohammed bersama dua terdakwa lainnya telah ditahan di penjara Teluk Guantanamo.
Khalid Sheikh Mohammed dan empat orang lainnya sebelumnya hadir dalam sidang praperadilan untuk menghadapi dakwaan hukuman mati. Mereka didakwa dengan tuduhan konspirasi, terorisme, dan pembunuhan terhadap 2.976 orang pada 11 September 2001 di World Trade Center, New York City, Pentagon, dan di sebuah lapangan di Shanksville, Pennsylvania.
Pengacara pembela berpendapat bahwa interogasi yang dilakukan FBI pada tahun 2007 seharusnya tidak dapat diterima dengan alasan bahwa para terdakwa telah disiksa saat dalam tahanan. Dalam pernyataan yang sama, Pentagon juga menyebut Walid Bin 'Attash dan Mustafa al-Hawsawi sebagai dua terdakwa lainnya dalam kesepakatan pembelaan ini.
Adapun Bin Attash dituduh membantu Mohammed merencanakan serangan 11 September 2001 dan mengirimkan uang kepada para pembajak, sementara al-Hawsawi diduga membantu para pembajak dalam hal perjalanan dan menangani transfer uang.
Advertisement
Damkar hingga Pramugari, Ini 5 Orang Paling Beruntung Bisa Selamat Tragedi 9/11
Korban berjatuhan dari beragam kalangan, mulai akibat kecelakaan pesawat, bangunan runtuh, serta orang-orang yang melompat dengan putus asa dari bangunan setinggi 417 meter itu.
Layaknya bencana lain, ada upaya penyelamatan yang dilakukan. Beberapa korban memiliki keberuntungan yang lebih banyak. Bisa selamat.
Berikut ini lima kisah orang paling beruntung yang selamat dari tragedi WTC 9/11, dikutip dari Listverse.com:
1. Josephine Harris (Menara Utara, Lantai 73)
Berada di posisi pertama, Josephine Harris dianggap sebagai malaikat pelindung oleh seluruh anggota petugas pemadam kebakaran. Ia mengalami cedera kaki yang membuat evakuasinya lebih lambat.
Petugas pemadam kebakaran menemukan Harris sedang menangis karena kelelahan dan tidak dapat melanjutkan evakuasi.
Sekretaris Port Authorithy yang berumur 59 tahun itu telah meminta petugas untuk meninggalkannya dan menyelamatkan diri mereka sendiri. Namun, Kapten Jonas yang memimpin penyelamatan kelompok itu mengatakan bahwa mereka tetap akan membawa Harris. Kemudian terdengarlah gemuruh yang sangat bising dan mereka berlindung sambil berdoa, lalu berhenti.
Dilansir dari The Packet, Kapten Jonas mengatakan bahwa Menara Utara WTC runtuh layaknya pisang yang dikupas dan mereka selamat ditengah-tengahnya. Ketika menara runtuh, secara ajaib lantai tujuh, satu lantai di atas mereka menjadi pelindung seperti helm yang sangat kuat. Menyelamatkan Harris juga merupakan penyelamatan bagi 14 orang yang terjebak di satu banding satu miliar kesempatan untuk selamat.
2. Stanley Praimnath (Menara Selatan, Lantai 81)
Di Menara Utara, tidak ada yang dapat selamat dari tabrakan American Airlines Flight 11. Pesawat tersebut secara permanen menutup nasib sekitar 1.400 orang yang berada di lantai 93 ke atas. Sementara itu, di Menara Selatan, hanya 18 orang selamat dari tabrakan United Airlines Flight 175 yang menghantam lantai 78-84 Menara Selatan WTC.Salah satu di antaranya adalah Stanley Praimnath seorang karyawan Bank Fuji yang saat itu berada di lantai 81.
Penyelamatan Praimnath harusnya tidak semenakjubkan itu. Setelah pesawat pertama menabrak gedung di seberang, Praimnath sempat turun ke lobi Menara Selatan yang akhirnya merenggut banyak nyawa, termasuk bosnya Kenichiro Tanaka. Setelah seorang penjaga keamanan mengatakan bahwa gedung aman, Praimnath kembali ke kantornya yang berada di lantai 81.
Saat sedang berbicara di telepon sambil melihat ke luar gedung, dia melihat sebuah pesawat, terbang ke arah gedung tempat ia berdiri. Beberapa detik kemudian Praimnath terjun ke bawah mejanya, seketika pesawat menabrak menembus dinding dan menyapu seluruh meja di lantai itu kecuali miliknya. Seseorang mendengar tangisannya dan membantunya keluar dari reruntuhan. Dia selamat dan mendapati dirinya berdiri dikelilingi bagian kantor yang terbakar.
3. Genelle Guzman (Menara Utara, Lantai 64)
Seorang Asisten Administrasi Port Authorithy, Genelle Guzman berada di kantornya di lantai 64 saat dia merasakan tabrakan besar pada lantai di atasnya. Dia melihat ke luar jendela dan menemukan bola api yang sangat besar. Pada kejadian itu, orang-orang yang berada di dalam Menara Kembar memiliki informasi lebih sedikit, Guzman serta rekannya tidak tahu penyebab ledakan sampai mereka menyalakan televisi.
Public Address System (PA System) atau interkom menyuruh semua orang untuk tetap di tempat sampai pemberitahuan lebih lanjut. Orang-orang berlarian ke pintu keluar, tetapi Guzman bersama 15 rekannya tetap tinggal karena instruksi dari interkom. Ketika United Airlines Flight 175 menabrak gedung di seberangnya, mereka baru pergi.
Tangga evakuasi penuh dengan orang-orang yang berlari turun ditambah dengan petugas kebakaran yang berlari naik. Menara Utara mulai dipenuhi gumpalan asap dan puing, kiriman dari Menara Selatan yang runtuh. Saat mencapai lantai 13 pada pukul 10.28 pagi, Menara Utara runtuh dan menewaskan semua orang di dalamnya, kecuali Genelle Guzman.
Guzman ditemukan oleh petugas pemadam kebakaran, Paul Somin dan anjing penyelamatnya setelah 27 jam terjebak dalam rangkaian baja yang bengkok. Saat ditemukan, Guzman berada dalam kondisi kepala terjepit di antara dua pilar beton, kedua kakinya hancur, dan bernapas.
4. Ling Young (Menara Selatan, Lantai 78, Floor Sky Lobby)
Lobi lantai 78 dipenuhi dua ratus orang yang mengantre lift, saat United Airlines Flight 175 menabrak lantai 78-84 Menara Selatan. Hanya segelintir orang yang selamat, salah satunya Ling Young.
Saat itu Young harus mendorong barang-barang yang menimpanya dengan kondisi penglihatan terhalang kacamatanya yang berlumuran darah. Dia melihat orang-orang di sekitarnya terbaring tidak bergerak, beberapa dengan kondisi tidak utuh, ada pula pria yang kepalanya tercukur menampakkan sebagian tengkoraknya.
Kemudian dia mendengar suara, "Saya menemukan tangga," kata seorang pria. "Ikuti aku."
Yang diingat Young tentang pria tersebut adalah; pertama dia menggendong seorang wanita dan kedua, dia mengenakan bandana merah. Saat berada di lantai 61, pria tersebut menurunkan wanita yang digendongnya dan menyuruh Young serta wanita tersebut untuk turun. Itulah terakhir kali pria tersebut terlihat.
Setelah berbulan-bulan, barulah diketahui identitas pahlawan yang dikenal sebagai 'Pria Berbandana Merah' (Man in the Red Bandana). Pria tersebut bernama Welles Crowther berusia 24 tahun, seorang pedagang ekuitas di Sandler O'Neil and Partners (sebuah perusahaan layanan perbankan dan investasi).
5. Elise O'Kane (Pramugari, United Airlines)
United Airlines memiiki sistem penugasan berbasis komputer. Jadwal penerbangan biasanya ditentukan sebulan sebelumnya. Elise O'Kane masuk untuk mendaftar penerbangan dari Boston ke Los Angeles. Saat itu O'Kane keliru memasukkan nomor penerbangan dan tidak mendapatkan jadwal yang direncanakan.
Umumnya, pramugari dapat bertukar jadwal penerbangan. Namun, ada satu penerbangan O'Kane tidak mendapatkan kesempatan tukar yaitu Penerbangan Nomor 175 (United Airlines Flight 175), 11 September. Saat itu sistem penukaran jadwal mengalami pembekuan membuat O'Kane terlambat satu menit saja dari tenggat waktu. Permintaannya ditolak.
Pesawat O'Kane berangkat menuju Denver dari Bandara Logan Boston setelah keberangkatan American Airlines Flight 11 (yang menabrak Menara Utara WTC) dan sebelum United Airlines Flight 175 (yang menabrak Menara Selatan WTC). O'Kane kemudian berhenti menjadi pramugari dan akhirnya menjadi perawat.