Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia diperdagangkan di atas USD 2.515 pada perdagangan Rabu ini. Harga emas bertahan dalam kisaran familiar yang telah terlihat selama beberapa minggu terakhir.
Seiring dengan semakin dekatnya pertemuan Federal Reserve (The Fed) pada 17-18 September, Analis dan pelaku pasar menilai prospek kebijakan moneter dan arah suku bunga di Amerika Serikat (AS).
Advertisement
Analisis Dupoin Indonesia Andy Nugraha menlai, data tenaga kerja AS yang beragam baru-baru ini menimbulkan keraguan pada ekspektasi pasar mengenai potensi penurunan suku bunga oleh The Fed sebesar 0,50% (50 basis poin).
"Ketidakpastian ini semakin diperkuat oleh pernyataan dari Presiden Fed New York, John Williams, dan Gubernur Fed, Christopher Waller, yang tidak memberikan sinyal dukungan terhadap pemangkasan suku bunga yang signifikan pada bulan ini," jelas dia dalam keterangan tertulis, Rabu (11/9/2024).
Berdasarkan analisis teknikal, tren bullish semakin mendominasi pergerakan harga emas dunia. Kombinasi indikator Moving Average menunjukkan bahwa momentum kenaikan harga emas masih kuat, dan ada potensi harga emas untuk melanjutkan kenaikannya hingga mencapai level USD 2.529.
"Namun, jika harga emas gagal untuk mempertahankan momentum kenaikannya dan berbalik arah (reverse), maka ada kemungkinan harga emas akan terkoreksi hingga level USD 2.511 sebagai target terdekat," kata dia.
Kebijakan moneter The Fed menjadi salah satu faktor utama yang diperhatikan oleh para pelaku pasar dalam menentukan arah pergerakan harga emas.
Saat ini, peluang The Fed untuk melakukan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin diperkirakan sebesar 67%, sementara peluang pemangkasan sebesar 50 basis poin berada pada kisaran 33%.
Menariknya, peluang pemangkasan 50 basis poin sempat meningkat hingga 50% pada akhir pekan lalu, menyusul laporan ketenagakerjaan AS yang menunjukkan hasil yang bervariasi.
Menunggu Pemangkasan Suku Bunga
Namun, para analis termasuk Andy Nugraha masih mempertanyakan besarnya pemangkasan suku bunga yang akan dilakukan oleh The Fed.
Meskipun data tenaga kerja AS memberikan sinyal yang beragam, The Fed telah mengindikasikan bahwa fokus mereka kini lebih tertuju pada kondisi lapangan kerja daripada inflasi.
Oleh karena itu, laporan indeks harga konsumen (IHK) AS yang akan dirilis pada hari Rabu ini kemungkinan tidak akan terlalu mempengaruhi keputusan The Fed.
Selain kebijakan moneter, faktor eksternal seperti pemilihan presiden AS juga turut mempengaruhi pergerakan harga emas.
Pada hari Selasa (10/9), debat presiden AS yang disiarkan televisi antara calon dari Partai Republik Donald Trump dan saingannya, Wakil Presiden dari Partai Demokrat Kamala Harris, akan menjadi sorotan utama para investor.
Hasil dari debat ini dapat memberikan dampak signifikan terhadap sentimen pasar dan arah pergerakan harga emas.
Advertisement
Harus Waspada
Jika Donald Trump berhasil memenangkan pemilihan, ada kemungkinan dolar AS akan menguat, mengingat kebijakan tarif dan pengeluaran fiskal yang lebih tinggi dapat mendukung penguatan mata uang tersebut.
Sebaliknya, jika Kamala Harris memenangkan pemilihan, pasar mungkin akan bereaksi dengan lebih berhati-hati, yang dapat memberikan tekanan tambahan terhadap harga emas.
Secara keseluruhan, menurut Nugraha, harga emas diperkirakan akan tetap dalam tren bullish, dengan potensi kenaikan menuju USD 2.529.
Namun, investor harus tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya koreksi jika harga emas gagal mempertahankan momentum kenaikannya. Selain itu, perkembangan kebijakan moneter The Fed dan hasil pemilihan presiden AS akan menjadi faktor utama yang mempengaruhi pergerakan harga emas dalam beberapa hari mendatang.