Analogi Perempuan dan Cermin Pecah Menurut Ustadz Adi Hidayat

UAH menjelaskan bahwa seperti halnya cermin pecah, masalah dalam hubungan yang telah berlalu sering kali sulit untuk dihilangkan sepenuhnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Sep 2024, 11:30 WIB
Ustadz Adi Hidayat (UAH) (SS TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Kalimat "cermin jatuh dan pecah, sulit diperbaiki" sering digunakan sebagai metafora untuk menggambarkan situasi atau hubungan yang telah mengalami kerusakan signifikan dan sulit untuk diperbaiki sepenuhnya.

Seperti cermin pecah, meskipun mungkin ada usaha untuk memperbaiki atau menyusun kembali, bekas kerusakan tetap ada dan hasil akhirnya tidak akan pernah sama seperti sebelum pecah.

Kalimat ini mengingatkan kita bahwa beberapa kerusakan, terutama dalam konteks hubungan atau situasi yang sangat penting, bisa menjadi sangat sulit untuk diperbaiki dan mungkin meninggalkan dampak jangka panjang

Dikutip dari video singkat yang diunggah di kanal YouTube @Dakwahislam1222, Ustadz Adi Hidayat (UAH) memberikan penjelasan mengenai analogi perempuan dan cermin pecah.

Dalam ceramahnya, Ustadz Adi Hidayat menggunakan analogi ini untuk menggambarkan beberapa aspek penting dalam hubungan suami-istri dan penanganan masalah masa lalu.

Ustadz Adi Hidayat memulai dengan menjelaskan bagaimana cermin yang pecah tidak dapat digunakan lagi untuk bercermin dengan baik.

“Ketika sebuah cermin pecah, meskipun bisa disusun kembali, ia tidak akan memantulkan bayangan dengan jelas seperti sebelumnya,” ujar UAH.

Simak Video Pilihan Ini:


Cermin Pecah Sulit Diperbaiki

Ilustrasi cermin pecah. (Photo by Savannah B. on Unsplash)

Analogi ini menggambarkan bagaimana peristiwa atau konflik masa lalu dalam hubungan bisa sulit untuk diatasi. Terutama yang terjadi pada perempuan, yang digambarkan mudah memafkan, namun luka terus diingat.

Ia menjelaskan bahwa seperti halnya cermin pecah, masalah dalam hubungan yang telah berlalu sering kali sulit untuk dihilangkan sepenuhnya.

“Cermin yang pecah tidak bisa memantulkan gambar dengan baik lagi, sama halnya dengan masalah yang sudah terjadi dalam hubungan, meskipun dicoba untuk diselesaikan, mungkin tetap ada jejaknya,” kata Ustadz Adi Hidayat.

Namun, Ustadz Adi Hidayat menekankan bahwa mengungkit kembali masalah masa lalu dalam percakapan adalah hal yang wajar dan sering terjadi.

“Dalam hubungan suami istri, sering kali ada kejadian lama yang diungkit kembali. Ini adalah hal yang normal dan bagian dari proses dialog,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa ketika sebuah masalah diungkit kembali, penting untuk menghadapinya dengan sikap positif.

“Berbahagialah dan tersenyumlah saat menghadapi hal ini. Ketika masa lalu diungkit kembali, itu bisa menjadi kesempatan untuk menyelesaikan masalah dengan lebih baik,” jelasnya.


Kuncinya Bersyukur

Ilustrasi becermin, cermin pecah. (Photo by Random Thinking on Unsplash)

Ustadz Adi Hidayat juga menekankan bahwa proses ini merupakan bagian dari dinamika hubungan dan tidak perlu dianggap sebagai hal yang negatif.

“Jangan melihatnya sebagai masalah, tapi sebagai bagian dari proses untuk memperbaiki dan memperkuat hubungan,” katanya.

Ia mengingatkan bahwa meskipun masa lalu mungkin sulit untuk dihilangkan sepenuhnya, penting untuk tetap bersyukur dan menjaga sikap positif.

“Alhamdulillah, syukur kepada Allah atas segala hal. Bersikap positif dan bersyukur akan membantu kita menghadapi setiap tantangan dengan lebih baik,” ujarnya.

Menurut Ustadz Adi Hidayat, cara pandang ini dapat membantu mengurangi stres dan konflik dalam hubungan.

“Dengan sikap yang positif dan penuh syukur, kita dapat mengatasi masalah dengan lebih tenang dan bijaksana,” jelasnya.

Dalam konteks ini, Ustadz Adi Hidayat juga menyebutkan bahwa nama dan sifat dalam Al-Qur’an menjadi pengingat penting.

“Nama-nama diabadikan dalam Al-Qur’an adalah bentuk penghargaan dan pengingat bahwa setiap individu memiliki nilai dan kehormatan,” katanya.

Ia menegaskan bahwa dalam setiap hubungan, penting untuk memahami dan menghargai nilai-nilai yang ada. “Memahami nilai-nilai ini akan membantu kita untuk lebih menghargai pasangan dan menghadapi masalah dengan lebih bijaksana,” tambahnya.

Ustadz Adi Hidayat juga menekankan pentingnya dialog terbuka dan komunikasi yang baik dalam hubungan.

“Berbicara secara terbuka dan jujur akan membantu menyelesaikan masalah dan memperkuat hubungan,” ujarnya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya