Liputan6.com, Jakarta - PT Golden Westindo Tbk akan segera mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jika tak ada aral melintang, saham perseroan akan tercatat dan diperdagangkan pada 3 Oktober 2024.
Setelah resmi tercatat di Bursa, perseroan telah menyiapkan sejumlah rencana pengembangan. Sebagai bagian dari strategi ekspansi, Direktur PT Golden Westindo Artajaya Tbk, Karolina Leo, menyampaikan Perseroan berencana untuk mendirikan dua "Artemia Hatching Facility" dengan total investasi sekitar 40,5% dari dana hasil IPO.
Advertisement
"Fasilitas ini nantinya akan memproduksi pakan pembenihan alami siap pakai (ready-to-use) dalam bentuk 'nauplii. Pendirian Artemia Hatching Facility merupakan inovasi produk yang dikembangkan Perseroan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan industri,” jelas dia, Rabu (11/9/2024).
Artemia Hatching Facility akan didirikan di Lampung dan Situbondo, Jawa Timur. Artemia Hatching Facility yang berlokasi di Lampung ditargetkan akan mulai beroperasi pada kuartal IV 2025, sedangkan unit kedua yang berlokasi di Situbondo, Jawa Timur, ditargetkan akan mulai beroperasi pada kuartal II 2026.
Saat ini, perseroan memiliki gudang penyimpanan persediaan yang terletak di Tangerang, Banten, dengan luas 6.464 m2 dan kapasitas penyimpanan sebesar 1.760 ton. Kemudian pabrik produksi pakan beku ikan hias yang dioperasikan oleh entitas anak perseroan, PT Kyorin Group Indonesia, berlokasi di Dayeuhkolot, Bandung, Jawa Barat, dengan luas 1.645 m2 dan kapasitas produksi mencapai 250 ton per tahun.
Dalam rangka penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO), perseroan menawarkan sebanyak-banyaknya 685.714.300 lembar saham, atau 30% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO dengan nilai nominal Rp 25 per saham, harga indikatif antara Rp 100 hingga Rp 120 per saham.
Dengan demikian, jumlah dana dari IPO ini sebanyak-banyaknya adalah Rp 82,28 miliar. Dana IPO akan digunakan untuk belanja modal perseroan yaitu pembelian lahan, pembangunan dan pembelian peralatan dan peralatan yang seluruhnya untuk Artemia Hatching Facility.
Dana hasil IPO juga akan digunakan untuk modal kerja perseroan, serta investasi dalam bentuk penyertaan modal pada PT Kyorin Group Indonesia.
Sekilas Golden Westindo
Didirikan pada 1994, PT Golden Westindo Artajaya Tbk merupakan pemain utama di dalam industri perdagangan pakan pembenihan udang dan ikan, pakan ikan hias, peralatan akuarium, dan pakan beku ikan hias. Perseroan mengoperasikan dua segmen bisnis utama, yaitu Aquaculture dan Aquatic.
"Dalam segmen Aquaculture, Perseroan menyediakan produk pakan pembenihan alami (artemia) dengan merek terkemuka "Golden West Artemia" dan pakan pembenihan buatan berkualitas dengan merek unggulan "BernAqua”," ujar Direktur Utama PT Golden Westindo Artajaya Tbk, Rusdi Djamil Lioe.
Sementara itu, untuk segmen Aquatic, Perseroan menawarkan produk pakan ikan hias dengan merek "Hikari", produk pakan beku ikan hias yang diproduksi oleh Entitas Anak Perseroan yakni PT Kyorin Group Indonesia, serta berbagai peralatan akuarium dengan merek ternama "Eheim,".
Rusdi menjabarkan, produk perseroan yang mencakup pakan pembenihan alami (artemia), pakan pembenihan buatan, pakan ikan hias, dan peralatan akuarium, menyasar kepada pasar domestik di berbagai wilayah Indonesia, termasuk Jawa Timur, Bali, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, Lampung, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Aceh, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara.
Sementara itu, produk pakan beku ikan hias yang diproduksi Entitas Anak PT Kyorin Group Indonesia, menyasar segmen pasar ekspor, dengan wilayah pemasaran saat ini mencakup Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan. Pada 31 Desember 2023, pendapatan usaha perseeoan tercatat sebesar Rp 98.53 miliar dan laba periode berjalan sebesar Rp 16,14 miliar.
Advertisement
Kinerja Perseroan
Dengan nilai tersebut, perseroan mencatatkan nilai Net Profit Margin (NPM) sebesar 16,38%, lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 10,18%. Peningkatan NPM ini didorong oleh pengelolaan biaya yang efektif oleh Perseroan, mencakup beban pokok pendapatan dan beban usaha.
Rasio keuangan Perseroan lainnya juga terus tumbuh dengan sangat baik, dengan Return on Equity (ROE) mencapai 20,37% dan Return on Asset (ROA) sebesar 14,73% pada tahun 2023. Per 31 Maret 2024, PT Golden Westindo Artajaya Tbk menunjukkan pertumbuhan yang signifikan bila dibandingkan dengan periode 31 Maret 2023.
Pendapatan usaha tercatat sebesar Rp 25,06 miliar atau naik 9,30 persen yoy. Sementara laba periode berjalan perseroan pada 31 Maret 2024 tercatat sebesar Rp 3,85 miliar atau naik 59,40 persen yoy. Peningkatan ini terutama dikontribusi oleh meningkatnya pemdapatan usaha dari pendapatan atas segmen aquatic.
Golden Westindo Artajaya Siap IPO, Incar Dana Rp 82,3 Miliar
Sebelumnya, PT Golden Westindo Artajaya Tbk (GWAA) berencana mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Pada aksi tersebut, Golden Westindo Artajaya menawarkan sebanyak-banyaknya 685.714.300 lembar saham dengan nilai nominal Rp 25 per saham.
Jumlah saham yang ditawarkan itu sebanyak-banyaknya setara 30 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan setelah IPO. Harga penawaran dipatok pada kisaran Rp 100- Rp 120 per saham. Dengan demikian, perseroan berpotensi mengantongi sebanyak-banyaknya Rp 82,3 miliar dari IPO.
Rencananya, sekitar 40,5 persen dana hasil IPO akan digunakan untuk belanja modal perseroan yaitu pembelian lahan, pembangunan, dan pembelian peralatan artemia hatching facility. Lalu sekitar 44,2 persen akan digunakan untuk modal kerja perseroan antara lain namun tidak terbatas untuk pembelian barang dagang pakan ikan hias, pembelian bahan baku artemia dan biaya operasional.
Sisanya sekitar 15,3 persen akan digunakan untuk investasi dalam bentuk penyertaan modal pada PT KGI. Selanjutnya, PT KGI akan menggunakan dana tersebut untuk keperluan modal kerja PT KGI atas pabrik pakan beku ikan hias yang saat ini telah beroperasi. antara lain namun tidak terbatas untuk pembelian bahan baku (berupa bloodworm, tubifex, atau daphnia) dan biaya operasional.
Mulai tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2024 dan seterusnya, perseroan akan membagikan dividen tunai secara kas kepada pemegang saham dalam jumlah sebanyak-banyaknya 40 persen dari laba bersih perseroan dengan mengacu pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas serta peraturan perundang-undangan Pasar Modal yang berlaku dan kebijakan Perseroan dalam pembagian dividen tersebut yang akan diputuskan oleh para Pemegang Saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST).
Advertisement