Liputan6.com, Jakarta Nama Desa Semboro mungkin belum banyak dikenal masyarakat, tapi menyimpan potensi besar dengan cerita yang begitu inspiratif. Letaknya di Kabupaten Jember, Jawa Timur, desa kecil yang sebelumnya dikenal sebagai daerah penghasil padi, kini menjelma sebagai pusat budidaya jeruk berkualitas tinggi.
Menurut Ketua Klaster Budidaya Jeruk Semboro Imam Sobari, budidaya jeruk ini berawal dari inisiatif seorang petani yang melihat potensi jeruk di lahannya. Karena berhasil dikelola dengan baik, kini hampir seluruh masyarakat Desa Semboro beralih ke pertanian jeruk.
Advertisement
“Setelah pertanian buah jeruk dikelola dengan baik dan berhasil berbuah, hasilnya menjadi tumpuan ekonomi masyarakat”. Keberhasilan tersebut mendorong masyarakat untuk turut melakukan budidaya jeruk.
Kehadiran Klaster Petani untuk Mendukung Produksi
Klaster Petani Jeruk pun dibentuk di Desa Semboro. Tujuannya adalah untuk meningkatkan produksi, membuka akses pasar yang lebih luas, serta menjaga kestabilan harga.
Salah satu keunggulan Jeruk Semboro adalah rasa yang manis segar dan teksturnya yang khas. Kualitas ini diperoleh melalui proses budidaya yang memperhatikan aspek keberlanjutan. Petani Semboro memanfaatkan limbah organik dari proses produksi jeruk sebagai pupuk kompos, sehingga mengurangi penggunaan pupuk kimia dan menjaga kesuburan tanah.
Bermitra dengan BRI untuk Permodalan dan Pemberdayaan Masyarakat
Menjalankan usaha sebagai petani bukan berarti tanpa halangan. Biasanya, modal menjadi kendala utama untuk memajukan usaha. Namun, para petani Jeruk Semboro berhasil mendapatkan bantuan dari BRI sebagai mitra strategis. Lewat penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR), petani jeruk Semboro mendapatkan dukungan permodalan yang mudah dan terjangkau.
Tak hanya lewat pinjaman, BRI juga melakukan berbagai kegiatan pemberdayaan. Misalnya dengan memperkenalkan transaksi menggunaan BRImo dan QRIS. Dengan transaksi digital, tentunya dapat meningkatkan efisiensi dan memberikan rekam jejak keuangan yang jelas sehingga membantu petani dalam mengelola keuangan dengan lebih baik.
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengungkapkan bahwa Klaster Usaha merupakan pemberdayaan kepada kelompok usaha yang terbentuk berdasarkan kesamaan usaha dalam satu wilayah, sehingga tercipta keakraban dan kebersamaan dalam peningkatan maupun pengembangan usaha para anggotanya.
Hingga akhir Juli 2024 tercatat BRI telah memiliki 31.488 klaster usaha yang tergabung dalam program Klasterku Hidupku. BRI juga telah menyelenggarakan 2.184 pelatihan dalam program Klasterku Hidupku tersebut.
Supari menambahkan bahwa program Klasterku Hidupku menjadi salah satu bentuk strategi yang mengutamakan pada pemberdayaan.
"Secara umum, strategi bisnis mikro BRI di 2024 akan fokus pada pemberdayaan berada di depan pembiayaan. BRI sebagai bank yang berkomitmen kepada pelaku UMKM telah memiliki kerangka pemberdayaan yang dimulai dari fase dasar, integrasi, hingga interkoneksi,” ujar Supari.
Advertisement