Tuberkulosis Masih Jadi Ancaman Serius, Kenali Lebih Jauh Mulai dari Sejarah hingga Pencegahannya

TB masih dinilai sebagai ancaman serius terutama dengan munculnya jenis yang resisten terhadap obat-obatan (MDR-TB).

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 12 Sep 2024, 10:30 WIB
Petugas mengecek hasil ronsen mobile X-Ray Artificial Intelligence saat kegiatan skrining penyakit tuberkulosis (TBC) di Kantor Kecamatan Cipayung, Depok, Jawa Barat, Rabu (4/1/2023). Penyakit tuberkulosis (TBC) di Indonesia menempati peringkat ketiga setelah India dan Cina dengan jumlah kasus 824 ribu dan kematian 93 ribu per tahun atau setara dengan 11 kematian per jam. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Tuberkulosis atau TB masih menjadi ancaman serius meski sudah ada kemajuan dalam upaya pengendaliannya.

TB masih dinilai sebagai ancaman serius terutama dengan munculnya jenis yang resisten terhadap obat-obatan (MDR-TB).

Menurut epidemiolog sekaligus ahli kesehatan global Dicky Budiman, di Indonesia, TB menjadi salah satu prioritas kesehatan utama, mengingat tingginya jumlah kasus yang terus meningkat setiap tahunnya.

Pada semester pertama tahun 2024, Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat 30.000 kasus TB baru di Jakarta selama enam bulan pertama. Angka ini mencerminkan beban besar yang dihadapi Indonesia dalam pengendalian penyakit ini.

Bagaimana Sejarah TB di Indonesia?

Dicky memaparkan, penyakit TB pertama kali tercatat di Indonesia pada masa kolonial. Pada saat itu, TB dikenal sebagai penyakit yang sangat mematikan. Terutama di kalangan orang miskin dan padat penduduk.

Pada era kemerdekaan, pemerintah Indonesia mulai melakukan upaya pengendalian TB secara lebih serius dengan pembentukan Program Nasional Pengendalian TB (NTP). Program ini bertujuan meningkatkan deteksi dini, pengobatan yang tepat, serta pencegahan penularan melalui edukasi kesehatan masyarakat.

Bagaimana Sebaran TB di Dunia, ASEAN, dan Indonesia?

Secara global, TB merupakan salah satu penyakit menular paling mematikan. Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada 2021, TB menginfeksi sekitar 10,6 juta orang dan menyebabkan hampir 1,6 juta kematian.

Sejak 2022, negara dengan beban kasus tertinggi infeksi TB di dunia adalah India dan Indonesia. Di ASEAN, Indonesia menempati peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus TB terbanyak.

Di Indonesia, Kementerian Kesehatan mencatat lebih dari satu juta kasus TB setiap tahun. Penyebaran TB meliputi semua kelompok umur, tapi sebagian besar terjadi pada orang dewasa produktif.

“Selain itu, angka resistensi terhadap obat (MDR-TB) juga meningkat, menambah kompleksitas pengendalian penyakit ini,” kata Dicky dalam keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, Kamis (12/9/2024).


Bagaimana Cara Penularan TB?

Dicky menambahkan, TB menular melalui udara, ketika seseorang menghirup droplet kecil yang mengandung bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Droplet ini dapat dikeluarkan saat pasien batuk, bersin, atau berbicara. Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti pengidap HIV/AIDS, diabetes, atau malnutrisi, memiliki risiko lebih tinggi untuk tertular.

Penularan TB juga dapat terjadi di tempat-tempat umum dengan ventilasi buruk. Seperti rumah sakit, puskesmas, dan sarana transportasi publik yang padat. Hal ini memperkuat pentingnya pengendalian infeksi di tempat-tempat tersebut.


Apa Saja Faktor yang Berkontribusi pada Kasus TB di Indonesia?

Epidemiolog Dicky Budiman soal tuberkulosis. Foto: Dok. Pribadi.

Beberapa faktor yang berperan dalam peningkatan kasus TB di Indonesia antara lain:

  • Kepadatan penduduk: Kota-kota besar seperti Jakarta memiliki populasi padat, meningkatkan risiko penularan.
  • Stigma sosial: Banyak pasien TB yang enggan untuk mendapatkan diagnosis atau pengobatan karena takut dikucilkan.
  • Pandemi COVID-19: Pandemi ini telah menyebabkan gangguan dalam layanan kesehatan, termasuk program deteksi dan pengobatan TB.
  • Meningkatnya resistensi obat: Kasus MDR-TB di Indonesia menjadi tantangan besar dalam pengobatan dan memerlukan penanganan khusus.
  • Kemiskinan adalah faktor yang turut berkontribusi pada sulitnya mengendalikan penyakit TB.

Bagaimana Cara Mengobati dan Mencegah TB?

Pengobatan TB melibatkan kombinasi antibiotik yang harus dikonsumsi secara teratur selama enam hingga sembilan bulan.

Pengobatan ini harus diselesaikan hingga tuntas untuk mencegah resistensi obat. Kasus TB yang tidak diobati atau tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk MDR-TB, yang memerlukan pengobatan lebih lama dan lebih kompleks.

Pencegahan TB meliputi:

  • Vaksinasi Bacillus Calmette-Guérin (BCG) untuk anak-anak guna mencegah bentuk TB yang berat.
  • Edukasi kesehatan masyarakat tentang pentingnya etika batuk dan kebersihan pernapasan.
  • Skrining rutin pada kelompok berisiko tinggi, seperti petugas kesehatan dan orang yang tinggal di rumah dengan penderita TB.
Infografis Gejala, Antisipasi, Mitigasi Bakteri Mycoplasma Pneumonia (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya