Intip Harga Saham ADRO Usai Umumkan Lepas Bisnis Batu Bara Termal

Harga saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) berada di level tertinggi Rp 4.050 dan level terendah Rp 3.800 per saham pada

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Sep 2024, 13:37 WIB
Operasi tambang batu bara PT Adaro Indonesia (Foto: laman PT Adaro Energy Indonesia Tbk/ADRO)

Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) melonjak pada penutupan perdagangan sesi pertama, Kamis (12/9/2024). Penguatan harga saham ADRO terjadi setelah Perseroan umumkan lepas bisnis batu bara termal.

Mengutip data RTI, pada penutupan perdagangan sesi pertama, harga saham ADRO melonjak 12,50 persen ke posisi Rp 3.960 per saham. Harga saham ADRO dibuka naik 400 poin ke posisi Rp 3.920 per saham. Harga saham ADRO berada di level tertinggi Rp 4.050 dan level terendah Rp 3.800 per saham. Total frekuensi perdagangan 40.320 kali dengan volume perdagangan 3.773.541 saham. Nilai transaksi Rp 1,5 triliun.

Sepanjang satu minggu terakhir, harga saham ADRO melesat 11,55 persen. Secara year to date (Ytd), harga saham ADRO melambung 66,39 persen.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gupta menuturkan, kenaikan harga saham ADRO seiring pelaku pasar respons terkait spin off bisnis thermal coal dan rencana pembagian dividen dari Adaro.

Ia menambahkan, kalau mengacu batu bara itu masih relatif dalam keadaan belum terlihat ada permintaan. “Penguatan harga saham ADRO terkait dengan spin off thermal coal serta ada rencana pembagian dividen,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.

IHSG Cetak Rekor

Di sisi lain, penguatan harga saham emiten batu bara milik pengusaha Boy Thohir ini terjadi saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencetak rekor baru pada sesi pertama Kamis, 12 September 2024.

IHSG terbang 0,65 persen ke posisi 7.811,48. Pada sesi pertama, IHSG berada di level tertinggi 7.833,27 dan level terendah 7.782,49. Sebanyak 308 saham menguat sehingga angkat IHSG. 249 saham melemah dan 226 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 791.450 kali dengan volume perdagangan 32,7 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 8,3 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.409.

Di pasar negosiasi, saham GOTO ditransaksikan mencapai Rp 831,2 miliar. Harga saham GOTO melemah 96,43 persen di pasar negosiasi ke posisi Rp 2 per saham. Harga saham GOTO ditransaksikan 131 kali dengan volume perdagangan 1.630.804.000 saham. Di pasar negosiasi, harga saham GOTO berada di level tertinggi Rp 59 dan level terendah Rp 2 per saham.

 


Genjot Pendapatan, Adaro Energy Lepas Bisnis Batu Bara Termal

Ilustrasi PT Adaro Energy Tbk (Foto: Dok PT Adaro Energy Tbk)

Sebelumnya, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) berencana menjual sebanyak-banyaknya seluruh saham PT Adaro Andalan Indonesia (AAI) yang dimiliki oleh perseroan. AAI merupakan suatu perseroan terbatas yang 99,99 persen sahamnya dimiliki secara langsung oleh Adaro Energy Indonesia.

Nilai rencana transaksi akan mempertimbangkan hasil penilaian saham dari penilai independen, yaitu sebesar USD 2,45 juta, atau setara dengan 31,8% dari total ekuitas perseroan. Rencana transaksi dilakukan melalui mekanisme penawaran umum atas saham AAI sesuai peraturan perundangan-undangan pasar modal yang berlaku, termasuk POJK 76/2017.

Perseroan berencana menyelenggarakan RUPSLB secara tatap muka dan daring (hybrid) pada 18 Oktober 2024 untuk meminta restu pemegang saham mengenai rencana transaksi ini.

Rencana transaksi tersebut sejalan dengan strategi ekspansi perseroan dan diversifikasi pada pilar non pertambangan batu bara.

Hal ini akan menciptakan portofolio bisnis yang lebih seimbang dan perlindungan yang lebih baik bagi Perseroan di seluruh fase siklus bisnis serta menjadi kontributor penting terhadap penciptaan nilai jangka panjang.

Perseroan berkomitmen mendukung penuh komitmen Pemerintah Republik Indonesia untuk menurunkan emisi gas rumah kaca, termasuk upaya untuk mencapai net-zero emission pada tahun 2060 atau lebih awal dengan berbagai upaya.

 

 


Pendapatan Bisnis Non-batu Bara Termal

Ilustrasi Laporan Keuangan atau Laba Rugi. Foto: Freepik/ pch.vector

Perseroan juga berkomitmen untuk memiliki sekitar 50% total pendapatan dari bisnis non-batu bara termal pada tahun 2030. Target ini akan dicapai dengan mengembangkan bisnis di bidang- bidang yang mendukung ekosistem hijau Indonesia.

"Untuk mendukung komitmen tersebut, Perseroan berencana untuk memisahkan bisnis pilar pertambangan dan juga beberapa bisnis pendukung dibawah AAI dengan pilar bisnis Adaro Minerals dan Adaro Green demi mempertahankan sinergi yang solid dari integrasi bisnis-bisnis yang termasuk dalam sektor-sektor industri dengan keterkaitan yang lebih erat," ungkap Corporate Secretary PT Adaro Energy Indonesia Tbk, Mahardika Putranto dalam keterbukaan informasi Bursa, Kamis, 12 September 2024.

 


Kembangkan Bisnis

Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Langkah ini juga dipandang efektif untuk memaksimalkan kinerja AAI dan pilar-pilar bisnis non batu bara termal tersebut karena memungkinkan setiap perusahaan untuk berfokus pada pengembangan keunggulan inti masing-masing.

Rencana Transaksi Perseroan diharapkan akan membantu AAI dan pilar bisnis non batu bara termal untuk meningkatkan fokus pengembangan dan kinerja.

Pemisahan ini juga akan membantu bisnis hijau Perseroan untuk mendapatkan akses terhadap sumber pembiayaan yang lebih banyak, biaya pendanaan yang lebih kompetitif, memberikan akses yang lebih baik pada proyek-proyek ramah lingkungan dengan partner bisnis potensial peringkat atas, serta memberikan opsi investasi yang lebih banyak pada investor publik untuk berinvestasi sesuai dengan minat dan pandangannya.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya