Guru Besar FKUI Bicara soal Perundungan di Pendidikan Kedokteran: Aturan dan Sanksi Harus Diterapkan

Bakal sia-sia bila sudah ada aturan dan sanksi terkait perundungan tapi tidak diterapkan.

oleh Tim Health diperbarui 13 Sep 2024, 08:53 WIB
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Budi Iman Santoso mengatakan perlu ada aturan yang ketat untuk menghapus perundungan atau bullying di dunia pendidikan kedokteran. Foto: Freepik.

Liputan6.com, Jakarta Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Budi Iman Santoso mengatakan perlu ada aturan yang ketat untuk menghapus perundungan atau bullying di dunia pendidikan kedokteran.

Menurutnya bakal sia-sia bila sudah ada aturan dan sanksi tapi tidak diterapkan.

"Kalau hanya aturan tapi enggak diberi sanksi, enggak diterapkan, ya, percuma. Namun sebelum itu, tentu saja harus ada sosialisasi dan pembinaan dulu,” katanya saat ditemui usai memberikan kuliah umum di FKUI Salemba, Jakarta Pusat, Kamis, 12 September 2024.

Ketika ia menjadi Kepala Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI yang dengan tegas menghapus perundungan.

“Dulu di Departemen Obsgin FKUI sudah tidak ada lagi perundungan pada saat saya menjadi kepala departemen," katanya mengutip Antara.

Ketika dirinya menjadi Kepala Obsgin FKUI, ia membalik aturan bahwa bukan junior yang menanggung kebutuhan senior.  Melainkan senior yang menanggung kebutuhan junior.

"Kalau saya jaga, datang ada PPDS saya, saya selalu bawa pisang lima kotak,” katanya.

Pengalamannya Saat Jadi Mahasiswa PPDS

Budi Iman Santoso mengatakan saat menjadi mahasiswa PPDS dan sedang belajar tentang partus atau persalinan di bagian sesar, seniornya pernah meminta es krim jika kemampuannya belum sesuai.

“Saya teringat saat zaman kuliah dulu, jika mau belajar sesar harus menyediakan satu liter es krim untuk senior. Ketika selesai partus, saya biasanya akan bertanya kepada senior ‘sudah bisa belum?’ Lalu dijawab (oleh seniornya) ‘belum bisa’, maka saya harus membelikan senior itu es krim sesuai yang dia minta, itu terus berlaku hingga senior menjawab kalau saya sudah bisa,” tuturnya.

Saat itu, ia tak menganggap perlakuan dari seniornya sebagai tindakan perundungan. Namun, ia tetap berpikir positif dan berusaha sekuat tenaga hingga bisa melakukan tindakan partus dan sesar hingga benar.

 


Senior di PPDS Perlu Transfer Ilmu ke Junior

Budi Iman Santoso mengatakan sebagai senior, sudah semestinya seorang dokter memberikan transfer pengetahuan kepada para junior mengingat profesi tersebut menyangkut nyawa banyak orang.

“Dalam otak saya itu, selalu dari awal saya tanamkan bahwa guru-guru saya, senior-senior itu lebih baik dari saya, maka dia wajib memberikan satu kemampuan atau kompetensi, ada transfer of knowledge atau skill gitu, ya, dan saya tidak akan meniru kalau ada yang jelek, manusia mana ada yang sempurna,” paparnya

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya