Mendag Zulkifli Hasan Komitmen Dukung Pertumbuhan Industri Kakao Berkelanjutan

Mendag Zulkifli Hasan menegaskan bekerja sama dengan pemangku kepentingan guna mendukung pertumbuhan industri sektor kakao berkelanjutan.

oleh Agustina Melani diperbarui 13 Sep 2024, 09:30 WIB
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengapresiasi para pemangku kepentingan industri kakao, khususnya petani dan pelaku usaha yang telah berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan industri sektor kakao. (Foto: Liputan6.com/Tira Santia)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengapresiasi para pemangku kepentingan industri kakao, khususnya petani dan pelaku usaha yang telah berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan industri sektor kakao.

Mendag Zulkifli Hasan berkomitmen untuk bekerja sama dengan pemangku kepentingan guna mendukung pertumbuhan industri sektor kakao berkelanjutan. Hal ini disampaikan Mendag Zulkifli Hasan saat membuka pameran kakao internasional “Cocoa Village” di Singapura, pada Kamis, 12 September 2024.

Pameran ini menjadi bagian dari kegiatan Cocoa Association of Asia-International Cocoa Conference Exhibition (CAA-ICCE) 2024 yang diselenggarakan pada 12-13 September 2024 di Raffles City Convention Center, Singapura.

"Diharapkan pameran ini turut meningkatkan kesejahteraan petani kakao dan menjadi platform kolaborasi global dalam mengatasi berbagai tantangan di sektor kakao,” ujar Mendag Zulkifli Hasan.

Mendag Zulkifli Hasan mengungkapkan, turunnya produksi kakao global karena hama, penyakit, perubahan cuaca, dan tanaman kakao tua yang tidak produktif lagi menjadi salah satu alasan meningkatnya harga kakao dunia secara drastis. Selain itu, implementasi European Union Deforestation-free Products Regulation (EUDR) pada akhir 2024 akan menjadi tantangan tersendiri bagi sektor kakao.

"Kiranya kolaborasi seluruh pemangku kepentingan di sektor kakao dapat ditingkatkan untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut,” imbuh Mendag Zulkifli Hasan.

Setelah membuka pameran, Mendag Zulkifli Hasan berdiskusi dengan petani kakao Indonesia yang berpartisipasi dalam CAA-ICCE 2024. Dalam diskusi tersebut, petani berharap agar pemerintah dapat mendukung peningkatan produktivitas dan produksi biji kakao Indonesia untuk mendorong kesejahteraan petani kakao di Indonesia.


Produk Kakao

Desa Nglanggeran memiliki potensi di sektor perkebunan dengan komoditas utamanya yaitu kakao dan durian. (Foto: Liputan6.com/Pipit IR)

Turut hadir pada peresmian Cocoa Village, antara lain, Chairman CAA Elie Fouché, Deputy Chief of Mission (DCM) Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura Sulistijo Djati Ismojo, Direktur Eksekutif International Cocoa Organization, Michele Arrion, Ketua Umum Dewan Kakao Indonesia (Dekaindo) Soetanto Abdoellah Soeparto, serta Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Arief Susanto

Mendampingi Mendag Zulkifli Hasan, yaitu Staf Khusus Menteri Perdagangan Bidang Perjanjian Perdagangan Internasional Bara Khrisna Hasibuan, Direktur Perundingan Antar Kawasan dan Organisasi Internasional Reza Pahlevi Chairul, Kepala Biro Hubungan Masyarakat Muhammad Rivai Abbas, dan Atase Perdagangan Singapura Billy Anugrah Cocoa Village merupakan pameran yang menampilkan berbagai produk kakao dengan menekankan keseimbangan antara keberlanjutan dan ekonomi bagi produsen dan petani kakao.

Pameran Cocoa Village diikuti petani Indonesia yang didukung Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura. Selain itu, pameran menghadirkan stan dari perusahaan internasional seperti Maersk, WR Carpenter, Barry Callebaut, ProColombia, Ofi, Pilot Ghana, Agridence, Access World, StoneX, Grand Palace Puratos, Koltiva dan Givaudan


Pengolahan Kakao jadi Peluang Meski Hilirisasi Pertanian Masih Banyak Masalah

Desa Nglanggeran memiliki potensi di sektor perkebunan dengan komoditas utamanya yaitu kakao dan durian. (Foto: Liputan6.com/Pipit IR)

Sebelumnya, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki melihat potensi dari pengolahan kakao menjadi produk jadi yang dijual luas. Menurutnya, hilirisasi kakao ini bisa mengerek pendapatan UMKM dan Koperasi.

Hal ini disampaikan Menteri Teten saat meresmikan pabrik milik PT Rosso Bianco, di Bogor, Jawa Barat. Pemilik brand Pipiltin Cocoa ini bakal memproduksi cokelat untuk pasar domestik maupun ekspor.

"Saya kira ini bentuk nyata ekonomi baru karena ada produk baru. Kita punya potensi besar dari sini (kakao) karena sebelumnya kita hanya jual bahan baku mentahnya tapi karena hilirisasi yang dilakukan Pipiltin maka bisa menciptakan produk baru," kata Teten dalam keterangannya, Jumat (26/7/2024).

Dia menjelaskan, saat ini perlu pembenahan rantai pasok dari hulu ke hilir. Utamanya memetakan permasalahan yang dihadapi agar kelak bisa memunculkan sumber pertumbuhan ekonomi baru.

Dia mengantongi data banyak produk pertanian dan perkebunan menghadapi hambatan dalam pengembangannya karena ekosistem yang belum sempurna. Sebagai contoh, produk perkebunan dan pertanian kerap mengalami fluktuasi harga saat panen raya sehingga petani merugi. Kemudian banyaknya tengkulak yang memainkan harga sesuka hati.

Di sisi lain produk pertanian dan perkebunan cukup sulit mempertahankan kualitas dan kuantitas atas hasil produksinya. Hal ini terjadi karena mayoritas petani hanya memiliki lahan garapan yang sempit sehingga semua itu perlu diagregasi dan disatukan dalam wadah koperasi (holding koperasi).

"Oleh karena itu petani perlu diagregasi supaya punya skala ekonomi sehingga proses penanaman efisien kemudian produktivitas bisa dinaikkan. Maka dengan model korporatisasi petani melalui koperasi menjadi solusi koperasi agar organisasinya kuat," kata Menteri Teten.

 

 


Harga Bijih Cokelat Naik

Mengintip Proses Pembuatan Premium Menggunakan Biji Kakao dari Empat Daerah di Indonesia di Pipiltin Cocoa, Kawasan Barito, Jakarta Selatan pada Kamis, 13 September 2018 (Liputan6.com/Hermann Zakharia)

Diakui Menteri Teten, saat ini biji kakao sebagai bahan utama cokelat sedang menghadapi tantangan serius akibat penurunan pasokan dari Afrika. Kekurangan pasokan biji kakao dunia ini mendorong kenaikan harga biji cokelat global.

Di sisi lain, industri fine flavour cocoa sedang berkembang di Indonesia dan dunia, dengan mayoritas pelaku industri adalah UMKM. Dalam mengantisipasinya, dia meminta koperasi petani kakao perlu melakukan konsolidasi.

Misalnya dengan membentuk holding antar koperasi yang memiliki fokus bisnis yang sama. Dengan cara ini maka persoalan fluktuasi harga yang tinggi dapat teratasi.

Di sisi lain strategi ini juga akan mempermudah untuk mendapatkan dukungan pembiayaan dari lembaga pembiayaan baik bank, Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) KUMKM, Security Crowd Funding hingga dari Bursa Efek Indonesia (BEI).

"Untuk mendukung hilirisasi dan mendukung UMKM naik kelas kita kembangkan model melalui koperasi multi pihak untuk mengkonsolidasi dan mengagregasi seluruh sirkular ekonomi sehingga lebih efisien dan saling menguntungkan dan sustain," kata Menteri Teten.

Menteri Teten berkomitmen untuk turut serta terlibat aktif dalam memajukan hilirisasi komoditas kakao melalui berbagai program strategis. Upaya yang dilakukan KemenKopUKM di antaranya adalah memfasilitasi sertifikasi produk dan kemudahan akses pembiayaan hingga perluasan pasar.

"Mari kita ciptakan model bisnis yang ideal untuk kakao agar petani kita sejahtera dan rantai nilai semakin kuat. Kami siap berkolaborasi bersama-sama dan kami sudah melakukan exercise di beberapa tempat," kata Menteri Teten Masduki.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya