Benarkah Ruh Rasulullah Hadir saat Mahalul Qiyam Pembacaan Maulid? Ini Kata Buya Yahya

Ada keterangan yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW hadir saat mahalul qiyam, baik secara ruh maupun jasadnya. Benarkah demikian? Simak kata Buya Yahya.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 15 Sep 2024, 00:30 WIB
Pengasuh LPD Al Bahjah, KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya. (Foto: staialbahjah.ac.id)

Liputan6.com, Jakarta - Sepanjang Rabiul Awal umat Islam di berbagai daerah mengadakan acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Meski hari kelahiran nabi jatuh pada 12 Rabiul Awal, tapi perayaannya tidak selalu digelar pada tanggal tersebut.

Dalam peringatan hari kelahiran Rasulullah SAW sudah menjadi kebiasaan dibacakannya kisah-kisah nabi dalam kitab maulid. Ada beberapa kitab maulid yang populer, seperti Maulid Diba’, Barzanji, ‘Azab, dan Simtudduror.

Umumnya, dalam pembacaan maulid terdapat mahalul qiyam. Mahalul qiyam adalah bagian dari rangkaian pembacaan maulid yang dilakukan dengan berdiri sambil membaca sholawat.

Ada keterangan yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW hadir saat mahalul qiyam, baik secara ruh maupun jasadnya. 

Keterangan ini pernah disampaikan KH Muslih Abdurrahman Al-Maroqy dan Abuya As-Sayyid Muhammad bin Alawy bin Abbas Al-Maliky dikutip ulang oleh Pengasuh Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen KH Muhammad Hanif Muslih via NU Online.

Benarkah Rasulullah SAW hadir saat mahalul qiyam pembacaan maulid? Simak penjelasan ulama kharismatik KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya berikut ini.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:


Penjelasan Buya Yahya

Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya. (Tangkap layar YouTube Al Bahjah TV)

Buya Yahya menjelaskan, Imam Malik menyebutkan jika ruh orang meninggal tidak terikat dengan materi. Artinya ruh orang meninggal dunia bisa menyaksikan apa saja dan di mana saja yang terjadi di alam semesta.

“Termasuk ruhnya Sayyidil Mursalin Habibuna Sayyidina Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam (SAW),” katanya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Jumat (13/9/2024).

Akan tetapi, menurut Buya Yahya, untuk mengatakan Rasulullah SAW masuk majelis yang dibacakan kitab maulid termasuk su'ul adab dengan nabi. 

“Memangnya majelismu sudah jamin majelis bener, dan nabi mungkin datang? Mungkin nabi datang dan itu termasuk bab karomah. Tapi kalau kita pastikan di majelis kita didatangi nabi shalallahu alaihi wassalam kok hebat bener, ente ini siapa didatangi nabi,” tuturnya.

Buya Yahya khawatir seperti melecehkan jika mengklaim Rasulullah SAW telah datang ke suatu majelis yang dibacakan kitab maulid nabi. Menurutnya, alangkah baiknya membenarkan terlebih dahulu adab, bacaan sholawat, hati hadir dengan nabi, dan sebagainya.

“Kalau sudah mengklaim majelis kita ini langsung didatangi oleh nabi shalallahu alaihi wassalam, seolah-olah mengklaim sudah sampai kepada Allah dan kita sudah sangat dekat dengan nabi shalallahu alaihi wassalam,” sambungnya.


TIdak Mustahil Rasulullah SAW Hadir

Buya Yahya (TikTok)

Kendati demikian, tidak mustahil bila memang Rasulullah SAW datang ke suatu majelis yang dibacakan maulid nabi. Hal ini seperti sebuah kisah ketika ada pembacaan Maulid Nabi SAW ada sosok yang yang tidak diketahui datang.

“Mungkin baunya harum dengan baju putih dan wajah tampan. Setelah itu hilang. Mungkin sekali itu adalah nabi shalallahu alaihi wassalam atau termasuk pencinta-pencinta nabi dari para solihin aulia,” kata Buya Yahya.

“Dan nabi bisa datang termasuk bab karomah. Ada orang yang bisa bertemu dengan nabi shalallahu alaihi wassalam (suatu) kemuliaan,” tambah pengasuh LPD Al Bahjah ini.

Buya Yahya melanjutkan, dalam kitab Tadzkirun Nas, Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas tidak memastikan bahwa akan datang Rasulullah SAW ketika dibacakan kitab maulid nabi.

“Cuma beliau berkata, kalau seandainya Nabi Muhammad akan datang di saat dibacakan kitab maulid, niscaya akan datang di saat orang membaca kitab ad-Diba’i. Kenapa harus kitab ad-Diba’i? Karena kitab ini paling lama ditulis tentang sanjungan nabi shalallahu alaihi wassalam,” terangnya. 

“Jadi beliau tidak memastikan, karena tidak mengajari orang untuk memastikan (nabi) datang datang,” Buya Yahya menambahkan.

Wallahu a’lam.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya