Liputan6.com, Jakarta - Dalam dunia investasi, tidak selalu strategi menghasilkan cuan. Ada beberapa kondisi yang menyebabkan portofolio investasi turun, seperti 'nyangkut' di saham tertentu.
Biasanya, investor yang mengalami saham nyangkut ini karena ikut -ikutan membeli saham gorengan, atau saham yang tiba-tiba naik signifikan.
Advertisement
Head of Investment Information Mirae Asset, Martha Christina tidak merekomendasikan investor khususnya pemula untuk membeli saham gorengan. Sebab, investasi sebaiknya dilakukan dalam horizon waktu yang lama dan memilih saham yang memiliki prospek positif untuk jangka panjang.
Untuk itu, Martha mengatakan investor perlu mempelajari strategi memilih saham agar tak terjebak saham gorengan. Pertama, investor bisa mencermati sektornya, mana yang memiliki prospek bagus untuk jangka panjang. Kemudian pilih saham dengan kinerja paling baik di sektor tersebut.
"Jadi selalu melihat sektornya. Pilih saham nomor 1 atau nomor 2 di sektornya, artinya pemain besar. Jadi kalau misalnya ngangkut itu ya balik lagi, ini sektornya masih bisa prospek atau enggak, lihat juga laporan keuangannya, kinerjanya seperti apa," kata Martha, dikutip Sabtu (14/9/2024).
Selain itu, bisa juga dicermati pergerakan saham lain yang masih satu sektor. Jika pergerakannya cenderung sama, artinya sektor tersebut memang sedang kurang bagus. Namun jika prospek jangka panjangnya masih ada pertumbuhan, Martha mengatakan investor bisa melakukan strategi average down atau beli secara bertahap saat harga turun.
Martha menjelaskan, ciri-ciri saham gorengan yang paling kentara adalah fluktuasi tinggi. Bersamaan dengan itu, frekuensi perdagangannya juga tinggi. Harga turun atau naik signifikan dalam waktu singkat, sementara tak ada berita atau kabar berkaitan dengan perusahaan.
Harus Disiplin
Untuk menghindari saham gorengan, Martha mengatakan investor harus disiplin. "Jadi ketika misalnya kita berinvestasi, harus tetap dipantau sahamnya. Karena industri atau dunia sekarang itu tidak seperti dulu. Perusahaan sekarang industrinya bergerak sangat dinamis. Dalam 1-2 tahun kita tidak tahu industri mana yang tiba-tiba booming, kemudian tiba-tiba jatuh. Jadi ada baiknya selalu dipantau untuk investor," jelas Martha.
Kemudian, Martha juga menyarankan investor untuk pasang stop loss. Jadi kalau pilihan investasi sudah turun lebih dari 20%, ada baiknya dievaluasi ulang. "Jadi supaya membatasi kerugian kita di, paling tidak ya di 20%, karena kalau satu saham turun sudah lebih dari 20%, kita patut mempertanyakan ini ada apa," kata dia.
Advertisement
Kinerja IHSG pada 9-13 September 2024
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencetak rekor pada awal September 2024. IHSG dan kapitalisasi pasar saham bahkan kompak cetak rekor pada Jumat, 6 September 2024.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (7/9/2024), IHSG menyentuh level tertinggi 7.721,84 dari rekor sebelumnya di posisi 7.694,53 pada Selasa, 2 September 2024. Kapitalisasi pasar cetak rekor tertinggi di Rp 13.217 triliun mengalahkan rekor sebelumnya sebesar Rp 13.127 triliun pada Selasa, 2 September 2024.
Pada pekan ini, tepatnya 2-6 September 2024, IHSG menguat 0,67 persen ke posisi 7.721,84 dari posisi pekan lalu di 7.670,73. Kapitalisasi pasar bursa melonjak 0,78 persen menjadi Rp 13.217 triliun dari Rp 13.114 triliun pada pekan lalu.
Peningkatan tertinggi terjadi pada rata-rata volume transaksi harian bursa dengan melambung 13,27 persen menjadi 21,98 miliar saham dari 19,40 miliar saham pada pekan lalu.
Di sisi lain, rata-rata frekuensi transaksi harian bursa merosot 6,44 persen menjadi 1,12 juta kali transaksi dari 1,2 juta kali transaksi pekan sebelumnya. Rata-rata nilai transaksi harian bursa anjlok 70,18 persen menjadi Rp 10,69 triliun dari Rp 35,86 triliun pada pekan lalu.
Pada Jumat, 6 September 2024, investor asing membukukan aksi beli saham Rp 1,03 triliun. Investor asing mencatat aksi beli saham Rp 3,26 triliun selama sepekan. Sepanjang 2024, investor asing borong saham Rp 30,99 triliun.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, selama sepekan, IHSG melonjak 0,67 persen. “Secara teknikal pergerakan IHSG pun masih berada pada fase uptrennya dan masih didominasi oleh volume pembelian,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Dari sisi sentimen, Herditya mengatakan, pergerakan IHSG banyak dipengaruhi faktor global. Pertama, harapan pemangkasan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) yang akan terjadi pada September 2024. “Diperkirakan pemangkasan suku bunga 25 basis poin,” kata dia.
Sentimen IHSG Lainnya
Kedua, data inflasi Indonesia yang cenderung melandai 2,12 persen Year on Year (YoY) dan cadangan devisa meningkat menjadi USD 150 miliar dari sebelumnya USD 145 miliar.
Ketiga, Herditya menuturkan, data manufaktur China dan Amerika Serikat (AS) yang cenderung meningkat serta data pekerjaan AS yang dapat dikatakan membaik. Keempat, ada penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Untuk pekan depan, Herditya prediksi, penguatan IHSG akan cenderung terbatas. IHSG akan berada di level support 7.541 dan level resistance 7.757.
Adapun sentimen IHSG antara lain investor akan menanti rilis data inflasi China dan AS yang akan cenderung melandai. Kedua, pergerakan nilai tukar rupiah dan harga komoditas dunia.
Advertisement