Bitcoin Masih Tertekan di Tengah Reli Harga Emas

Bitcoin baru-baru ini bergerak beriringan dengan saham teknologi yang khawatir akan resesi ekonomi Amerika Serikat.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 15 Sep 2024, 13:00 WIB
Harga emas naik ke rekor tertinggi baru mencapai USD 2.564 per ons pada Jumat, 13 September 2024. Sehingga kenaikan secara quarter to date menjadi 10 persen. Hal ini berlawanan dengan harga bitcoin. (Foto By AI).

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik ke rekor tertinggi baru mencapai USD 2.564 per ons pada Jumat, 13 September 2024. Sehingga kenaikan secara quarter to date menjadi 10 persen.

Di sisi lain, harga Bitcoin (BTC) yang kerap disebut sebagai emas digital tetap tertekan mendekati level USD 58.000. Merujuk data CoinDesk, capaian ini menggambarkan kerugian kuartalan sebesar 7 persen.  Kinerja emas bahkan terlihat lebih mengesankan jika merujuk indeks acuan Wall Street (S&P 500) yang hanya mengalami kenaikan tipis 2 persen pada kuartal ini. Bitcoin baru-baru ini bergerak beriringan dengan saham teknologi yang tengah cemas akan resesi ekonomi Amerika Serikat. 

Sebagian besar pengamat berpendapat faktor-faktor khusus bertanggung jawab atas divergensi BTC-emas yang tengah berlangsung. Reli logam kuning menunjukkan kondisi ekonomi makro yang menguntungkan bagi mata uang kripto di masa mendatang.

Menurut Kepala Investasi dan pendiri ByteTree Charlie Morris, lonjakan harga emas dikaitkan dengan kebijakan bank sentral AS The Fed. Sebuah keistimewaan yang masih kurang dimiliki bitcoin.

"Daya tarik obligasi pemerintah dalam cadangan berkurang, sementara emas telah meningkat. Banyak bank sentral mengakumulasi emas, yang dulunya dihargai dari sekuritas yang dilindungi inflasi oleh Departemen Keuangan AS. Namun sekarang dipengaruhi oleh faktor global seperti defisit pemerintah struktural," kata Morris dikutip dari laman CoinDesk.

"Kekuatan emas mencerminkan peningkatan pasokan uang (fiat) saat ini dan masa depan di antara hal-hal lainnya, dan bitcoin akan menguat ketika ekonomi membaik atau ketika ada sinyal pemberian stimulus," dia menambahkan.

Perubahan tahun ke tahun dalam pertumbuhan gabungan pasokan uang fiat AS, Uni Eropa, Inggris, dan Jepang berbuah positif pada Agustus 2024. Bakal terus tumbuh lantaran pihak bank sentral memulai pelonggaran likuiditas baru. 

 


Investor Bakal Alihkan Dana ke Aset Berisiko

Ilustrasi bitcoin (Foto: Kanchanara/Unsplash)

Bank Sentral Eropa telah memangkas suku bunga pada pekan ini, sementara The Fed kemungkinan akan melakukan hal yang sama pekan depan. Memulai siklus pelonggaran, yang berarti investor di Negeri Paman Sam akan segera mendengar lonceng stimulus.

Kepala Penelitian Eropa di Bitwise André Dragosch berpendapat, reli emas kemungkinan mengindikasikan penurunan tajam dalam imbal hasil obligasi pemerintah AS yang disesuaikan dengan inflasi di masa mendatang. 

Itu disinyalir bakal membuat investor mengalihkan dananya ke investasi yang lebih berisiko seperti bitcoin dan saham teknologi, seperti yang diamati pada 2020 silam.

"Harga emas telah sepenuhnya terlepas dari imbal hasil riil AS. Ini menyiratkan dua hal, emas terlalu mahal, atau emas sudah mengantisipasi penurunan besar dalam imbal hasil riil AS," kata Dragosch. 

"Penurunan besar dalam imbal hasil riil AS setara dengan pelonggaran tajam dalam kebijakan moneter, yang belum diperhitungkan secara lebih luas di pasar keuangan kecuali dalam emas. Itu lah sebabnya bitcoin dan aset lainnya mungkin mengikuti kenaikan emas," tuturnya.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


Singapura Larang Penggunaan Kripto di Kasino

Ilustrasi Bitcoin (Liputan6.com/Sangaji)

Sebelumnya, dalam langkah legislatif baru-baru ini, Parlemen Singapura telah mengubah Undang-Undang (UU) Pengawasan Kasino untuk melarang penggunaan mata uang kripto di kasino. 

Dilansir dari Coinmarketcap, Jumat (13/9/2024), perubahan signifikan ini ditujukan untuk mengatasi kekhawatiran atas pencucian uang dan aktivitas kriminal dalam sektor perjudian. 

Amandemen tersebut memperkuat kewenangan regulasi Otoritas Regulasi Perjudian (GRA) dan memperkenalkan kontrol yang lebih ketat untuk melindungi dari pengaruh kriminal dan melindungi kelompok rentan.

Amandemen baru terhadap Undang-Undang Pengawasan Kasino mencerminkan komitmen Singapura untuk mengekang aktivitas ilegal dan meningkatkan pengawasan regulasi dalam industri kasino-nya.

Undang-undang tersebut sekarang secara eksplisit melarang penggunaan mata uang kripto untuk transaksi dalam kasino. Langkah ini dirancang untuk mengatasi kekhawatiran yang berkembang mata uang digital dapat dieksploitasi untuk pencucian uang dan aktivitas terlarang lainnya. 

Kemudian, amandemen tersebut memberikan GRA kewenangan yang lebih besar untuk mengawasi dan mengatur berbagai bentuk perjudian, termasuk kasino, taruhan, dan lotere. 

Perluasan pengawasan ini bertujuan untuk memastikan kepatuhan yang lebih ketat terhadap regulasi anti pencucian uang dan mencegah aktivitas kriminal.

Perubahan legislatif ini juga mencakup peningkatan sanksi atas pelanggaran dan peningkatan perlindungan untuk melindungi dari kerugian sosial terkait perjudian. Langkah-langkah ini dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan transparan dalam sektor perjudian Singapura.

 


Singapura Raih Posisi Teratas untuk Adopsi Kripto

Ilustrasi bitcoin (Foto: Unsplash/Aleksi Raisa)

Sebelumnya, penelitian terbaru yang diterbitkan oleh Henley & Partner Investment Consultancy menunjukkan Singapura menduduki posisi teratas sebagai pemimpin dunia dalam hal adopsi mata uang kripto. Penelitian “Henley Crypto Adoption Index” ini juga melaporkan Hong Kong dan U.A.E. mengikuti jejak tersebut, mengamankan posisi kedua dan ketiga.

Penelitian dilakukan antara Juli dan Agustus 2024, menilai sekitar 24 negara berdasarkan beberapa kriteria. Termasuk adopsi publik, adopsi infrastruktur, inovasi dan teknologi, lingkungan regulasi, faktor ekonomi, dan keramahan pajak. Singapura menjadi yang terbaik, dengan skor 45,6 dari 60 poin.

Peringkat Singapura tidak mengejutkan mengingat lingkungan ekonomi negara yang berkembang dengan baik dan penggunaan mata uang kripto yang diatur dengan jelas. Selain itu, Undang-Undang Layanan Pembayaran dan Otoritas Moneter Singapura (MAS), yang mengawasi layanan pembayaran digital, telah menciptakan lingkungan yang mendorong adopsi Bitcoin.

Proyek regulasi terkini seperti Project Orchid dan Project Guardian juga telah meningkatkan penggunaan teknologi blockchain dalam sistem perbankan. Misalnya, bank DBS telah mengadopsi token perbendaharaan bertenaga blockchain untuk hibah pemerintah di negara tersebut.


Hong Kong Menempati Posisi Dua

Ilustrasi bitcoin (Foto: Unsplash/Thought Catalog)

Melansir The Crypto Times, Sabtu (31/8/2024), Hong Kong menempati posisi kedua, dengan skor 41,2 poin, hanya beberapa poin di belakang Singapura. Demikian pula, negara tersebut juga telah menjadi surga bagi adopsi mata uang kripto, mengingat ekonominya yang kuat dan lingkungan pajak yang baik.

Negara tersebut baru-baru ini mengumumkan pada Foresight 2024 Annual Summit pada 12 Agustus bahwa mereka berencana untuk meningkatkan regulasi aset digitalnya selama 18 bulan ke depan. Dengan ini, Hong Kong akan semakin memposisikan dirinya sebagai pusat mata uang kripto, sehingga meningkatkan adopsinya di kawasan tersebut.

Uni Emirat Arab (UEA) menyusul di belakang Hong Kong dengan skor 41,8. Pemerintah telah menjadi pendukung besar mata uang kripto dan perusahaan rintisan yang sedang berkembang.

Baru-baru ini, pada 16 Agustus, pengadilan Dubai menyetujui penggunaan mata uang kripto sebagai bentuk pembayaran gaji. Keputusan ini mendapat sentimen positif karena mendorong lebih banyak bisnis untuk mempertimbangkan kripto untuk transaksi di dalam negeri.

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya