Venezuela Tangkap 6 Warga Asing Diduga Terlibat dalam Rencana Pembunuhan Nicolas Maduro

Keenam warga negara asing yang diduga akan membunuh Nicolas Maduro terdiri dari tiga orang Amerika Serikat, dua warga Spanyol dan satu dari Ceko.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 15 Sep 2024, 13:08 WIB
Presiden Venezuela Nicolas Maduro dan istrinya Cilia Flores (AFP Photo/Federico Parra)

Liputan6.com, Caracas - Tiga warga Amerika Serikat, dua warga Spanyol dan seorang warga Ceko ditangkap pada Sabtu (14/9/2024) setelah pejabat Venezuela menuduh mereka datang ke negara tersebut untuk membunuh Presiden Nicolas Maduro.

Penangkapan itu diumumkan di televisi pemerintah oleh Diosdado Cabello, menteri dalam negeri Venezuela.

Cabello mengatakan, warga negara asing itu adalah bagian dari rencana yang dipimpin CIA untuk menggulingkan pemerintah Venezuela dan membunuh beberapa anggota pimpinannya.

Dalam program televisi itu, Cabello menunjukkan gambar senapan yang katanya disita dari beberapa perencana rencana yang dituduhkan, dikutip dari Japan Today, Minggu (15/9).

Warga negara Amerika Serikat itu termasuk seorang anggota Angkatan Laut, menurut Cabello. Kedutaan Besar Spanyol di Venezuela tidak membalas permintaan komentar.

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat pada Sabtu (14/9) malam mengonfirmasi penahanan seorang anggota militer AS.

"Setiap klaim keterlibatan AS dalam rencana untuk menggulingkan Maduro secara kategoris salah. Amerika Serikat terus mendukung solusi demokratis untuk krisis politik di Venezuela," kata pihak AS.

Pengumuman penangkapan itu muncul hanya dua hari setelah Departemen Keuangan AS menjatuhkan sanksi kepada 16 sekutu Maduro yang dituduh oleh pemerintah AS menghalangi pemungutan suara selama pemilihan presiden Venezuela yang disengketakan pada 28 Juli, dan melakukan pelanggaran hak asasi manusia.

 


Respons Pihak Spanyol

Pemimpin oposisi Venezuela Edmundo Gonzalez mendarat di Madrid pada Minggu (9/9/2024) sore untuk mencari suaka (AFP).

Awal minggu ini, parlemen Spanyol mengakui kandidat oposisi Edmundo Gonzalez sebagai pemenang pemilihan, yang membuat marah sekutu Maduro yang meminta pemerintah Venezuela untuk menangguhkan hubungan komersial dan diplomatik dengan Spanyol.

Ketegangan antara pemerintah Venezuela dan AS juga meningkat setelah pemilihan, yang hasilnya memicu protes di Venezuela di mana ratusan aktivis oposisi ditangkap.

Dewan Pemilihan Venezuela, yang sangat dekat dengan pemerintahan Maduro, mengatakan bahwa Maduro memenangkan pemilihan dengan 52% suara, tetapi tidak memberikan rincian hasil secara rinci.

Namun, aktivis oposisi mengejutkan pemerintah dengan mengumpulkan lembar penghitungan suara dari 80% mesin pemungutan suara di negara itu.

Lembar penghitungan suara yang dikumpulkan oleh oposisi dipublikasikan secara daring, dan menunjukkan bahwa Gonzalez memenangkan pemilihan dengan suara dua kali lebih banyak daripada Maduro.

 


Kecaman Internasional

Presiden Venezuela Nicolas Maduro (AP/Ariana Cubillas)

Meskipun ada kecaman internasional atas kurangnya transparansi pemilihan tersebut, Mahkamah Agung Venezuela, yang telah lama mendukung Maduro, mengonfirmasi kemenangannya pada bulan Agustus.

Jaksa Agung Venezuela kemudian mengajukan tuntutan konspirasi terhadap Gonzalez, yang melarikan diri ke Spanyol minggu lalu setelah menjadi jelas bahwa ia akan ditangkap.

Maduro telah menolak permintaan dari beberapa negara, termasuk pemerintah sayap kiri Kolombia dan Brasil, untuk memberikan lembar penghitungan suara yang membuktikan bahwa ia memenangkan pemilihan.

Maduro, yang telah berkuasa sejak 2013, telah lama mengklaim bahwa AS berusaha menggulingkannya melalui sanksi dan operasi rahasia.

Infografis Krisis Venezuela di Negeri Minyak. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya