Sejarah Pintu Masuk Penumpang Pesawat Ada di Sisi Kiri, Ternyata Berkaitan dengan Kebiasaan Naik Perahu

Ada tradisi naik perahu atau kapal yang diadopsi saat manusia beralih menggunakan pesawat untuk bepergian ke mana-mana.

oleh Maheza Nurmiagita diperbarui 24 Sep 2024, 07:30 WIB
Ilustrasi Kabin Pesawat. (Dok. Pixabay/ty_yang)

Liputan6.com, Jakarta - Pernahkan Anda berpikir mengapa kita naik pesawat dari sisi sebelah kiri? Seorang TikToker bernama Dougie Sharpe berbagi alasan historis mengapa kita menaikinya di sisi tersebut.

"Alasan kita selalu bongkar muat pesawat dari sisi kiri pesawat adalah peninggalan saat umat manusia berpindah-pindah dengan perahu," jelasnya dalam video TikTok, dikutip dari NY Post, Senin, 23 September 2024.

Sharpe mengatakan bahwa sejak zaman dahulu, sisi kiri perahu adalah sisi samping tempat memuat dan menurunkan penumpang. "Hal ini mempermudah logistik dan memungkinkan kapal melakukan perjalanan ke seluruh dunia dari pelabuhan ke pelabuhan dan selalu memiliki peralatan yang tepat di sisi yang benar ke mana pun mereka pergi," jelasnya.

Muncullah kesepakatan tidak tertulis bahwa sisi kiri digunakan untuk bongkar muat kapal. Konsistensi itu memudahkan banyak orang dalam membangun pelabuhan. Itu pula yang menjelaskan mengapa sisi kiri kapal dalam bahasa Inggris disebut 'port side', sedangkan sisi kanan disebut 'starboard'.

"Ketika umat manusia beralih dari perahu menjadi pesawat terbang, para insinyur hanya memegang konsep tersebut dan merancang setiap bandara dan pesawat agar penumpang selalu memuat dan menurunkan pesawat dari sisi kiri," ucapnya.

Penjelasan Sharpe tak berbeda dari penjelasan redaktur pelaksana The Aviation Historian Michael Oakley. "Ini adalah salah satu dari banyak praktik penerbangan yang melampaui tradisi penerbangan itu sendiri hingga ke tradisi kapal," kata Oakley kepada AFAR Media pada Januari 2024.


Sederet Alasan Pintu Masuk Penumpang Pesawat Berada di Sisi Kiri

Ilustrasi pesawat terbang. (Pixabay/qimono)

Oakley juga menjabarkan keterkaitan sejarah kapal dengan perkembangan industri pesawat terbang. Salah satunya soal sebagian besar terminologi penerbangan berasal dari pengetahuan maritim (kemudi, kokpit, kabin, sekat, simpul, dll.). Demikian pula, cara-cara penerbangan dalam melakukan sesuatu banyak dipengaruhi oleh pelayaran.

"Sama seperti perahu dan kapal yang memiliki sisi kiri—sisi kapal yang biasanya berdekatan dengan dermaga ketika berada di pelabuhan—pesawat juga sama. Secara wajar, masyarakat memutuskan untuk terus naik di sisi pelabuhan (atau kiri)," katanya.

Terlepas dari sejarahnya, ada sederet alasan kenapa pintu penumpang pesawat selalu berada di sisi kiri. Dilansir dari akun Instagram @pesawatr80, 24 Juli 2020, penempatan pintu pesawat di sebelah kiri dilakukan untuk memisahkan aktivitas para penumpang dengan kru di luar pesawat.

Selain mengangkut penumpang, pesawat juga diisi barang-barang milik penumpang yang tidak masuk ke dalam kabin. Agar pekerjaan para kru tidak terganggu, maka pintu pesawat dibuat di sisi kiri, sementara untuk bagasi berada di sisi sebelah kanan.

Bukan hanya di Indonesia, penggunaan sisi kiri sebagai pintu keluar masuk juga dilakukan pada maskapai penerbangan internasional lainnya. Pabrik-pabrik pembuatan pesawat pun saat merancang pesawat menggunakan standar tersebut.


Lebih Aman di Sisi Kiri

Kursi arah jendela dalam pesawat terbang. (Sumber Pixabay)

"Bandara dulu disiapkan agar pesawat bisa menerima taxi (proses jalan di darat menuju runway) di depan terminal dan berhenti untuk mengeluarkan penumpang. Tujuannya, agar pilot bisa mempertimbangkan jarak ruang sayap dari gedung terminal dan memasang pintu pesawat di depan pintu terminal," terang seorang mantan pilot Angkatan Udara Amerika Serikat di Quora, seperti dilansir dari laman Travel and Leisure.

Ada penjelasan lain kenapa pilot duduk di bagian sisi kiri, sedangkan co-pilot di sisi kanannya. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pilot mengontrol kedekatan sayap pesawat dengan terminal bandara.

Alasan lainnya penggunaan sisi kiri pesawat terbang sebagai pintu keluar masuk, karena bagian kanan terdapat tangki bahan bakar. "Pemisahan penumpang dari kegiatan servis darat mengurangi risiko cedera akibat kendaraan yang bergerak," terang akun Instagram @pesawatr80 dalam unggahannya pada 14 Juli 2020.

Hal serupa dijelaskan pihak Otoritas Penerbangan Sipil Inggris. Menurut mereka, akses masuk pesawat selalu dibuat di sisi kiri karena ada pergerakan kendaraan di sisi kanan. Selain itu juga karena ada pengisian bahan bakar maskapai komersial meski tidak semua pengisian dilakukan di sisi kanan.


Bolehkah Ibu Hamil Bepergian dengan Naik Pesawat?

Ilustrasi naik pesawat. (Foto oleh Jeffry Surianto: https://www.pexels.com/id-id/foto/pesawat-terbang-perjalanan-kursi-interior-10496852/)

Bepergian dengan pesawat jadi pilihan banyak orang karena relatif simpel dan tidak memakan waktu banyak, terutama jika jaraknya terlalu jauh. Namun, tidak semua orang bisa menaikinya, seperti ibu hamil. Mengutip kanal Health Liputan6.com, menurut dokter spesialis kandungan di AS, Kristen Ekman MD, ada beberapa ciri ibu hamil yang tidak disarankan untuk melakukan perjalanan jauh menggunakan pesawat, di antaranya:

1. Usia Kehamilan Terlalu Tua

Menurut Ekman, semakin dekat dengan tanggal jatuh tempo, semakin besar 'pantangan' bagi bumi untuk terbang dan harus tinggal di rumah. "Sebagian besar maskapai penerbangan membatasi penumpang hamil untuk menaiki pesawat pada bulan terakhir kehamilan," katanya seperti dikutip dari Cleveland Clinic pada Rabu, 11 September 2024.

2. Usia Kehamilan Terlalu Muda

Menurut Ekman, di trimester pertama kehamilan, biasanya ibu merasakan mual di pagi hari dan ketidaknyamanan karena tubuh sedang menyesuaikan diri dengan kehamilan.

"Bagi banyak orang, trimester pertama didominasi oleh mual di pagi hari dan ketidaknyamanan saat tubuh Anda menyesuaikan diri dengan kehamilan. Trimester ketiga umumnya lebih tidak nyaman, ada baiknya Anda berada dekat dengan penyedia layanan kesehatan saat tanggal jatuh tempo Anda semakin dekat," ujar Ekman.

3. Memiliki Kondisi Medis Tertentu

Ibu hamil dengan kondisi medis tertentu, seperti anemia, diabetes gestasional, dan tekanan darah tinggi, tidak disarankan bepergian dengan pesawat. Jika terpaksa harus melakukan perjalanan jauh, ibu hamil harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis kandungan untuk mengetahui risikonya.

Infografis Sederet Aturan Koper Pintar Masuk Kabin Pesawat. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya