Liputan6.com, Jakarta - Istilah jahiliyah mungkin tidak asing kita dengar. Kata jahiliyah berasal dari bahasa Arab yang berarti bodoh.
Sedangkan yang dimaksud dengan zaman jahiliyah adalah gambaran keadaan bangsa Arab sebelum datang atau diutusnya Nabi Muhammad SAW.
Baca Juga
Advertisement
Meski kata jahil bermakna ‘bodoh’, namun masyarakat jahiliyah sejatinya bukanlah masyarakat tertinggal. Maksud zaman kebodohan tersebut adalah masa kemunduran umat yang sangat jauh dari agama.
Oleh karena itu, Islam datang untuk menghapus sistem dan pemikiran jahiliyah. Akan tetapi, tampaknya sifat-sifat jahiliyah tersebut muncul lagi di zaman modern saat ini dimana banyak orang yang tidak menyadarinya.
Saksikan Video Pilihan ini:
Sifat-sifat Jahiliyah
Melansir dari laman muhammadiyah.or.id, berdasarkan penjelasan ilmuwan Studi Islam Toshihiko Izutsu dan Mustafa A’zami, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti menyebut bahwa masyarakat jahiliyah bukanlah masyarakat bodoh sesuai pengertian ilmu pengetahuan.
Jahiliyah Tidak Sama dengan “Bodoh”
"Sebagian besar masyarakat Arab pada masa itu pandai bersastra bahkan menulis karya-karya yang bernilai puisi tinggi,” ungkap Mu’ti.
Jahiliyah sendiri menurutnya adalah sifat yang merujuk pada kebodohan manusia dalam memaknai Tuhan dan kemanusiaan.
Jahiliyah adalah Membanggakan Diri secara Berlebihan
Abdul Mu’ti lantas menyebut bahwa ada beberapa macam penjelasan terkait jahiliyah di dalam Alquran, misalnya istiah jahiliyah dalam Surah Al-Ahzab ayat ke-33.
“Membanggakan kemuliaan dirinya dengan mengaitkan silsilah nenek moyangnya sehingga muncul tribalisme dan ashobiyah yang berlebihan dan membuat orang itu menjadi tidak menghormati orang yang lain karena silsilah keluarga bukan karena amal perbuatannya,” jelas Mu’ti.
Jahiliyah adalah Gemar Kekuatan Fisik
Dalam forum Pengajian Maulid Nabi Universitas Muhammadiyah Kudus, Selasa (19/10) Abdul Mu’ti lantas menjelaskan bahwa contoh lain tentang pengertian jahiliyah ada dalam Surah Al-Maidah ayat ke-50.
“Hukum jahiliyah itu adalah orang menjadi kuat lebih-lebih karena kemampuan fisiknya, kemampuan bertempur dan menyelesaikan masalah dengan kekuatan fisiknya, bukan karena cara-cara yang sebaik-baiknya yang memang kemudian diubah dalam ajaran agama Islam,” imbuhnya.
Advertisement
Nabi Muhammad Mengajarkan Sifat Memanusiakan Manusia
Kehadiran Islam menurut Mu’ti berhasil mengubah pemahaman masyarakat Arab yang bersifat jahiliyah menjadi pemahaman yang beradab karena memanusiakan manusia. Masyarakat kota Madinah, di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad menurutnya telah menjadi masyarakat ilmiah (knowledge society).
“Masyarakat ilmiah inilah yang diletakkan dasar-dasarnya oleh Nabi Muhammad. Masyarakat yang senantiasa dalam kehidupannya itu mengambil sikap-sikap berdasarkan ilmu sehingga pembeda antara orang berilmu dan orang jahiliyah itu ada pada kemampuannya menggnakan akal dan kemampuannya dalam bertindak secara bijaksana,” jelasnya.
“Di sinilah kita bisa melihat bahwa Islam itu menggeser bahkan dalam beberapa hal menggusur tradisi-tradisi jahiliyah itu menjadi tradisi yang ilmiah dan membangun sebuah peradaban baru di mana manusia itu menjadi mulia bukan karena keturunan siapa, tapi karena dia adalah orang yang beriman dan berilmu,” pungkasnya.