Liputan6.com, Jakarta - Imam Al-Bukhari merupakan tokoh muslim dalam bidang hadis. Ia bahkan mendapat julukan Amirul Mukminin fil Hadis atau pemimpin orang-orang mukmin dalam ilmu hadis.
Salah satu karya Imam Bukhari yang paling terkenal dalam bidang hadis adalah kitab Shahih Al-Bukhari. Kitab ini menjadi rujukan muslim dalam menggali hukum Islam setelah Al-Qur’an.
Terkait dengan masa hidup ahli hadis Imam Bukhari, ulama kharismatik Ustadz Adi Hidayat alias UAH pernah mengisahkan dalam salah satu ceramahnya yang diunggah di YouTube Audio Dakwah.
Baca Juga
Advertisement
Dikisahkan bahwa setelah Imam Bukhari ditinggal ayahnya di usia dua tahun, ia kemudian dibesarkan oleh ibunya.
Di umur empat tahun, Imam Bukhari divonis buta permanen. Matanya tidak bisa melihat secara medis. Ibunya yang saat itu sebagai single parent tidak pernah putus asa dalam mengurus anaknya meski mengalami kebutaan.
Ketika suaminya masih ada, mereka pernah bertekad dalam keadaan apapun anaknya harus menggapai cita-cita tertinggi dan bermanfaat bagi agama dan umat. Maka sepeninggal ayahnya, ibunya meneruskan cita-cita itu, dikuatkan dengan doa dan ikhtiar.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Belajar Menghafal Al-Qur’an
Imam Bukhari kemudian dimasukkan ke salah satu madrasah di daerahnya untuk belajar menghafal Al-Qur'an. Sang ibu tak henti mendoakan putranya selama menimba ilmu agama.
Suatu hari saat kajian, guru Imam Bukhari membaca surat Qaf dari awal sampai akhir. Kemudian menguji semua muridnya.
"Siapa yang sudah hafal?" tanya gurunya.
Di antara sekian banyaknya murid, tiba-tiba anak kecil yang tidak melihat ini mengangkat tangan dengan lugunya. Dengan bahasa paling jujur dari hatinya seraya berkata, "Saya sudah hafal di dalam jiwa saya".
Ya, Imam Bukhari pada saat itu adalah murid paling junior. Namun, kecerdasan di balik keterbatasannya mampu melewati ujian dari gurunya.
Gurunya kagum pada anak kecil itu. Dengan rasa penasaran kemudian memanggilnya ke depan. Lalu Imam Bukhari berjalan menghadap gurunya.
Setelah diperintahkan oleh gurunya, Imam Bukhari membaca surah Qaf dari awal sampai akhir. Masya Allah, bacakan bukan sekadar hafal, namun tajwidnya sama persis dengan yang dibacakan gurunya, walaupun hanya sekali mendengar.
Advertisement
Perintah Guru Menghafal Hadis
Gurunya paham bahwa Al-Qur'an memang ada jaminan dari Allah SWT agar mudah dihafalkan, sedangkan hadis tidak ada jaminan untuk mudah menghafalnya. Maka, Imam Bukhari diperintahkan untuk menghafal hadis karena melihat bakatnya yang tinggi.
"Ananda dari sekarang, kamu belajar hadis," perintah gurunya.
Begitu pulang kerumahnya, Imam Bukhari kecil langsung menghampiri ibunya lalu menceritakan kejadian tersebut. Ibunya senang dan bangga, lalu dipeluk anaknya dengan haru.
"Bu, saya sekarang mau belajar hadis," katanya.
Ibunya melihat anak ini masih dini punya keterbatasan dalam penglihatan. Kata ibunya, "Nak supaya gak capek, Al-Qur'an dulu baru hadis.”
Karena ia yakin dengan perintah gurunya, maka Imam Bukhari tetap bersikeras untuk belajar hadis.
"Tidak, saya ingin belajar hadis," katanya mengakhiri percakapan dengan sang ibu, kemudian pergi menuju kamarnya.
Kekuatan Doa Ibu
Ibunya dari kejauhan melihat anaknya berjalan sambil meraba menuju ke dalam kamar. Ibunya langsung menggelarkan sajadah lalu berdoa kepada Allah SWT.
"Ya Allah Yang Maha Melihat tanpa batas, yang tidak punya batas dalam kuasa-Mu, semua mengatakan anakku tidak melihat. Engkau Yang Maha Melihat dan Engkau tidak punya batas dalam ketetapan-Mu, mohon kembalikan penglihatan anakku," doa ibunya.
Ketika ibunya berdoa, Imam Bukhari ternyata sedang mengulang surah Qaf di kamarnya. Ketika sampai di ayat 22, tiba-tiba terperanjat karena dia merasa ada yang baru di matanya. Dia bisa melihat di sekitarnya, maka ia berlari menghampiri ibunya.
"Ibu… aku bisa melihat!" seru Imam Bukhari.
Ibunya yang lelah berdoa sampai tertidur tiba-tiba dibangunkan oleh anaknya dengan pelukan yang erat. Ibunya tidak yakin anaknya bisa melihat.
"Mungkin ananda melihat dengan hatinya ya, bukan dengan mata," kata ibunya tidak percaya.
“Tidak, saya bisa melihat dengan mata saya," ujar Imam Bukhari meyakinkan.
Maka berpelukan keduanya, mengalir air matanya, dan sejak itulah Al-Bukhari kecil mulai meniti karier dari kesuksesannya.
Wallahu a’lam.
Advertisement