ESA Temukan Wajah Tersenyum di Permukaan Mars

Struktur ini berhasil diabadikan menggunakan kamera ExoMars Trace Gas Orbiter (TGO) milik ESA. Endapan seperti ini biasanya tak bisa dibedakan dari permukaan Mars.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 17 Sep 2024, 03:00 WIB
Ilustrasi Planet Mars (Aynur Zakirov/Pixabay).

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga antariksa Eropa atau European Space Agency (ESA) telah menemukan struktur wajah tersenyum di permukaan Planet Mars. Mereka menilai pola ini menandakan adanya kehidupan di sana.

Struktur ini berhasil diabadikan menggunakan kamera ExoMars Trace Gas Orbiter (TGO) milik ESA. Endapan seperti ini biasanya tak bisa dibedakan dari permukaan Mars.

Namun bila dilihat menggunakan kamera inframerah, seperti yang ada di ExoMars Orbiter, garam-garam tersebut akan tampak berwarna merah muda atau ungu. Mereka menjelaskan, endapan tersebut merupakan sisa-sisa danau yang mengering miliaran tahun lalu, dan menunjukkan wilayah tersebut layak huni.

Dikutip dari laman resmi ESA pada Senin (16/09/2024), struktur berwarna keunguan ini membentuk wajah tersenyum. Wajah tersenyum terbentuk dari cincin endapan garam klorida purba dengan sepasang mata kawah meteor.

Para peneliti ESA memperkirakan pola ini terbentuk dari endapan garam klorida yang mengelilingi kawah. Secara keseluruhan, tim mengidentifikasi 965 endapan berbeda yang tersebar di seluruh permukaan Mars, dengan ukuran lebar mulai dari 300 hingga 3.000 meter.

Belum jelas seberapa besar struktur wajah tersenyum tersebut. Ilmuwan ESA menyebut, keberadaan endapan garam karena kelarutan air menjadi penanda bahwa Planet Mars berair pada masa lalu.

Ada kemungkinan endapan garam tersebut terbentuk dari kolam air atau air garam dangkal yang menguap akibat sinar matahari.

 


Mars Pernah Memiliki Air

Dikutip dari laman Space ada Senin (16/09/2024), para astronom yakin bahwa Mars dulu adalah planet berair, dengan danau, sungai, dan lautan dangkal mirip bumi. Namun, sekitar 2 miliar hingga 3 miliar tahun lalu, air di sana mengering akibat perubahan iklim yang ekstrem.

Hal ini kemungkinan disebabkan oleh hilangnya medan magnet Mars, sehingga membuat angin matahari mengikis sebagian atmosfer Mars dan menyebabkan sebagian besar air membeku atau menguap ke luar angkasa. Endapan garam tertinggal saat air menghilang dari danau Mars.

Di beberapa lokasi, garam yang tersisa adalah satu-satunya bukti bahwa ada air di sana. Saat danau Mars mulai menyusut dan menghilang, air yang tersisa menjadi sangat asin.

Fenomena ini memungkinkan danau di Mars tetap cair meski suhu mencapai minus 40 derajat Celcius. Genangan air asin terakhir ini bisa menjadi surga bagi ekstremofil mikroba yang selamat dari transformasi Mars, menyebabkan sisa-sisa mereka terkumpul di endapan saat air akhirnya mengering.

Jika ini benar terjadi, garam bisa bertindak seperti pengawet, yang berpotensi menjadi bukti bentuk kehidupan yang telah punah dan tersimpan selama miliaran tahun. Penemuan kali ini juga mengisyaratkan bahwa Mars memiliki lebih banyak air daripada yang dibayangkan sebelumnya.

Sebelumnya, para astronom mengumumkan penemuan 15.000 ton es air di puncak gunung berapi tertinggi Mars pada Juni 2024. Pada Agustus 2024, ilmuwan kembali mengungkap adanya lautan tersembunyi yang sangat besar di bawah permukaan Planet Merah.

(Tifani)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya