FEB UI Siapkan SDM Unggul Berkualitas Global, Fokus pada Lima Hal Ini

Teguh mengatakan, proses akreditasi adalah bagian dalam membangun reputasi. Untuk bertransformasi menjadi lebih baik di antaranya pihaknya menempuh akreditasi internasional.

oleh Tim News diperbarui 16 Sep 2024, 13:04 WIB
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Teguh Dartanto di nilai jadi sosok dibalik transformasi FEB UI hasilkan SDM berkualitas.

Liputan6.com, Jakarta Transformasi dinilai menjadi salah satu upaya utama agar dunia kampus dapat selalu berbenah menghasilkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas dan berprestasi untuk kemajuan negeri.

Hal tersebut disadari betul oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI). FEB UI bisa disebut  punya peran tersendiri dalam catatan sejarah pembangunan bangsa ini. Adalah Teguh Dartanto sosok di balik transformasi FEB UI, Dekan FEB UI yang membawa perkembangan kampus itu ke arah lebih baik pada era ini.

Menurut Teguh, untuk bertransformasi menjadi lebih baik di antaranya pihaknya menempuh akreditasi internasional.

Seperti diketahui, pada 2022 FEB UI memperbarui akreditasi Internasional Association of MBAs (AMBA) untuk program studi Magister Manajemen (MM FEB UI).  Selanjutnya, FEB UI memperoleh akreditasi internasional Association to Advance Collegiate School of Business (AACSB), yang merupakan salah satu penilaian paling bergengsi di dunia untuk sekolah bisnis.

Hal ini menjadikan FEB UI sebagai satu-satunya sekolah bisnis di Indonesia yang memiliki ‘Double Crown’ yaitu tingkat tertinggi pengakuan internasional atas pendidikan tinggi sekolah bisnis (AACSB dan AMBA). Saat ini, FEB UI berupaya menggapai the last crown of EQUIS accreditation. Harapannya, FEB UI bisa menjadi bagian dari 1% sekolah bisnis di dunia yang memiliki triple crown accreditation.

“Kami merasakan bahwa akhirnya dengan transformasi melalui akreditasi itu memaksa untuk meningkatkan kualitas. Akreditasi membantu transformasi secara struktural di dalam pengelolaan pendidikan yang kami jalani. Pengelolaan pendidikan terstandardisasi dan dengan standar itu bisa memiliki prestis. Tanpa adanya tekanan dari luar transformasi itu biasanya sulit dijalankan. Dengan seperti itu ranking FEB UI melonjak,” ujar Teguh.

Sebab, kata dia, proses akreditasi adalah bagian dalam membangun reputasi. Adapun reputasi perlu direkognisi oleh pihak luar yang memiliki kredibilitas. Oleh karena itu badan akreditasi tersebut adalah yang akan memberikan rekognisi bahwa proses bisnis FEB UI sudah terstandardisasi.

Adapun pada QS WUR 2024, FEB UI mengalami peningkatan peringkat secara signifikan pada ranking bidang Business and Management Studies dari 201-250 (2023) ke 151-200 (2024) dan Economics and Econometrics dari 251-300 (2023) ke 151-200 (2024).

Sementara, bidang Accounting and Finance masih menempati posisi yang sama unggulnya, yaitu 101-150.

Teguh menegaskan, melalui transformasi dan mengejar akreditasi, ranking itu akan mengikuti. Melalui transformasi, kata dia, peningkatan kualitas pendidikan terjadi secara berkelanjutan dan peringkat yang diperoleh tidak instan.

“Saya rasa pemerintah perlu mendorong transformasi universitas itu sendiri untuk bisa mengikuti standar global karena itu penting. Dengan mengikuti akreditasi internasional sebagai standarnya. Transformasi itu memang berat karena mengubah kebiasaan, tradisi, hingga mindset,” kata Teguh.

Kemudian, transformasi yang tak kalah menantang dalam peningkatan kualitas yang berkelanjutan ditempuh FEB UI adalah di internal organisasi yang salah satunya mencakup SDM. Transformasi ini memiliki tantangan tersendiri karena mendorong shifting dari paradigma perguruan tinggi yang selama ini dianut, yaitu teaching university menjadi research university dan akan menjadi entrepreneur university.

“Itu membutuhkan shifting dari paradigma atau pemikiran dari pada dosen. Dosen sekarang harus S3, setelah S3 dia harus punya publikasi, paradigma ini yang kami dorong ke dosen-dosen. Perubahan ini mendorong transformasi internal. Beban shifting paradigm-nya itu perlu waktu untuk transformasi,” ujarnya.

Melalui transformasi pula FEB UI ingin mengubah pandangan bahwa universitas sering kali dianggap seperti ‘menara gading’. FEB UI diharapkan selalu melahirkan SDM yang unggul di bidang ekonomi dan bisnis dengan karakter inclusive, relevant dan reputable. Dengan demikiian SDM lulusan maupun akademisi FEB UI mampu mengawal berbagai tantangan ekonomi dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

“Transformasi menjadi upaya sekolah bisnis ini bisa relevan dan berdampak terhadap industri, pengembangan kebijakan dan mampu menyentuh permasalahan sosial yang dihadapi masyarakat maupun pemerintah. Dengan karakter inclusive, relevant dan reputable, para lulusan maupun akademisi yang dihasilkan akan siap menghasilkan solusi yang relevan terhadap berbagai permasalahan, serta menjunjung tinggi nilai-nilai inklusif yang sangat menghargai keberagaman dan kemajemukan selain juga senantiasa menjaga integritas dan kredibilitas,” imbuhnya.


Bangun SDM Berkualitas

Dekan FEB UI Teguh Dartanto

Dalam proses transformasi tersebut, untuk membangun SDM berkualitas berstandardisasi global FEB UI fokus pada lima skill yang merupakan hal-hal mendasar dari keterampilan manusia. Pertama, adalah skill untuk menyelesaikan permasalahan dengan critical thinking dan creativity. Kedua, skill SDM untuk lebih resilience agar tahan banting, sehingga dibutuhkan persistensi, adaptability dan juga semangat untuk tidak takut gagal dan berani mencoba.

Ketiga adalah skill untuk mampu bekerja sama dengan orang lain dari latar belakang yang beragam. Keempat adalah skill untuk mengerti dan memperbaiki keadaan menjadi lebih ideal. Dan kelima, skill untuk memberikan pengaruh sosial.

“Pendidikan di Indonesia harus fokus terhadap hal-hal mendasar dari keterampilan manusia tersebut. Artinya SDM yang memiliki kontribusi dengan social impact yang diperlukan adalah inisiatif dan leadership. Lima skill itu menjadi fokus dalam menyiapkan SDM ke depan dari FEB UI untuk menghadapi segala macam perubahan yang ada secara global,” ujarnya menegaskan.

Adapun secara jangka pendek, pihaknya berupaya mendorong dua hal utama. Pertama bagaimana mengubah cara pandang dan pola pikir untuk lebih mampu berkolaborasi. Kedua, skill mengenai evidence based di mana SDM harus bisa membaca fakta dan data dan mengaitkannya agar tidak mudah terpengaruh oleh informasi-informasi yang kurang positif.

Selain itu, Teguh pun mendorong peningkatan inklusifitas di dunia pendidikan tinggi karena merupakan salah satu katalis penting memajukan dan mewujudkan aspirasi pendidikan berkualitas untuk semua. Di mana, FEB UI menyusun rencana strategis yang akan menjadi salah satu dasar peningkatan pendidikan inklusif. Melalui rencana strategis itu pula FEB UI ingin menciptakan pemimpin masa depan yang memiliki global awareness dan juga beretika.

Contohnya, penerapan inklusifitas di FEB UI diwujudkan dalam beberapa program penerimaan mahasiswa dan kegiatan lainnya di lingkungan kampus. Adapun saat ini FEB UI akan menambah fasilitas yang mengakomodir kebutuhan mahasiswa difabel. Pihaknya pun berupaya mengakomodir mahasiswa dari daerah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar). Yakni memfasilitasi beberapa jalur penerimaan bagi calon mahasiswa termasuk dari daerah 3T.

“Sejak beberapa tahun terakhir, fasilitasnya memang sudah disiapkan. Kami ingin mengakomodir aksesibilitas bagi mahasiswa difabel. Kami juga, sebelumnya sudah menerima beberapa mahasiswa difabel. Kami fasilitasi mulai dari penerimaan hingga yang bersangkutan bisa lulus tepat waktu. Juga banyak dari mahasiswa kami yang harus masuk FEB UI dengan berbagai macam perjuangan dan begitu dia masuk, dia membutuhkan berbagai macam dukungan, itu kami bantu. Salah satunya adalah dengan Student Wellness Center dan juga tentunya peran penting dari pembimbing,” lanjutnya.

 


Solusi Atasi Masalah UKT untuk yang Kurang Mampu

Salah satu sudut bangunan Kampus Universitas Indonesia (UI) di Depok, Jawa Barat. (Foto: Humas UI)

Teguh juga tak memungkiri, dalam membangun SDM berkualitas di dunia pendidikan tinggi, biaya seperti Uang Kuliah Tunggal (UKT) menjadi salah satu masalah yang terbiasa dihadapi. Terkait hal itu FEB UI punya solusi, di mana pendidikan harus dibangun secara bergotong royong sehingga tak ada mahasiswa berhenti kuliah karena masalah biaya.

FEB UI berupaya mengalihkan beban biaya dengan mencari sumber pendanaan lain untuk mengompensasi penurunan UKT, dan mensubsidi mahasiswa yang dikenakan biaya pendidikan rendah. Seperti melalui kelas khusus internasional dan kelas pasca sarjana. FEB UI juga bekerja sama dengan stakeholder terkait seperti perusahaan-perusahaan besar melalui program corporate social responsibility (CSR).

Ada pula orang tua mahasiswa yang mampu di-charge sesuai dengan kemampuannya untuk membantu saudara yang berpenghasilan rendah. Selain itu, FEB UI pun kerap melibatkan alumni untuk membantu persoalan biaya pendidikan ini. Sehingga kualitas pendidikan tetap terjaga. Hal tersebut adalah spirit FEB UI, di mana pembangunan pendidikan tinggi sifatnya bergotong royong.

“FEB UI ini berkomitmen tidak boleh ada satupun mahasiswa yang tidak bisa meneruskan sekolah karena alasan biaya. Itu adalah komitmen untuk menciptakan, memberikan kesempatan, yang setara dan seluas-luasnya kepada seluruh elemen anak bangsa untuk sekolah di FEB UI. Bahkan ada mahasiswa di sini yang mengikuti program Kartu Indonesia Pintar,” ujarnya menekankan.

 


Lahirkan Semangat Gotong Royong

Semangat gotong royong di dunia pendidikan seperti ini, menurutnya relatif sudah dilupakan banyak orang. FEB UI ingin membangkitkan kembali semangat gotong royong sehingga dapat saling membantu menghadirkan tempat belajar yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada seluruh elemen masyarakat di Indonesia, untuk bisa belajar tanpa menghadapi risiko atau masalah keuangan.

Dia pun berharap semangat gotong royong membangun pendidikan tinggi ini bisa diadopsi dan menjadi solusi dari masalah yang sama di perguruan tinggi lainnya. Setiap universitas, kata dia, harus mau berbicara dengan mahasiswa atau mendengarkan stakeholder.

“Ini adalah prinsip kami yaitu inklusi. Bahwa pendidikan berkualitas itu untuk semua kalangan. Kerja sama dengan stakeholder untuk membantu dan saudara atau adik kita yang memiliki keterbatasan ekonomi agar tetap bisa sekolah, saya rasa sifat orang Indonesia itu selalu berusaha ingin membantu. Hal itu bisa menyelesaikan masalah, tapi memang butuh effort yang luar biasa,” pungkas Teguh optimistis.

Infografis Perbandingan Jumlah Sekolah, Siswa dan Guru di Jakarta. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya