Dampak Fenomena Supermoon 18 September 2024, Ini Penjelasannya

Fenomena ini juga merupakan yang pertama dari tiga supermoon tahun ini. Bulan akan berada pada jarak terdekatnya dengan bumi dan mungkin terlihat sedikit lebih besar dari biasanya.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 17 Sep 2024, 05:00 WIB
Bulan super purnama, muncul di balik gunung di Pegunungan Alpen Swiss, terlihat dari Chexbres, Swiss barat, Rabu (13/7/2022). Bulan Purnama dikenal sebagai Buck Moon dan juga Supermoon. Di kondisi ini Bulan akan terlihat tampak lebih besar dan terang sehingga terasa sangat dekat dari Bumi. (Fabrice COFFRINI / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena supermoon akan terlihat pada 18 September 2024. Supermoon adalah bulan purnama yang terjadi paling dekat dengan ekuinoks September setiap tahun.

Fenomena ini juga merupakan yang pertama dari tiga supermoon tahun ini. Bulan akan berada pada jarak terdekatnya dengan bumi dan mungkin terlihat sedikit lebih besar dari biasanya.

Dikutip dari laman Space pada Senin (16/09/2024), supermoon adalah istilah yang merujuk pada fenomena ketika bulan purnama (full moon) terjadi saat bulan berada pada titik terdekatnya dengan bumi, yaitu perigee. Pada saat itu, bulan tampak lebih besar dan lebih terang di langit dibandingkan saat bulan berada pada jarak rata-rata dari bumi.

Salah satu dampak paling signifikan dari supermoon adalah pada pasang surut laut. Ketika bulan berada pada perigee, gaya gravitasinya lebih kuat karena jaraknya yang lebih dekat dengan bumi.

Hal ini menyebabkan pasang surut laut menjadi lebih ekstrem, yang dikenal dengan istilah "perigean spring tide." Pasang surut yang lebih ekstrem ini dapat menyebabkan peningkatan ketinggian air laut selama fase bulan purnama.

Selama supermoon, pasang penuh dapat mencapai ketinggian yang lebih tinggi dari biasanya. Hal ini berarti air laut naik lebih tinggi di sepanjang pantai, yang dapat mengakibatkan genangan air di area yang biasanya tidak terkena dampak pada pasang surut normal.

Meskipun gaya gravitasi bulan sedikit lebih kuat selama supermoon, dampaknya pada bumi secara keseluruhan tidak signifikan. Perubahan dalam gaya tarik gravitasi bulan selama supermoon sangat kecil jika dibandingkan dengan gaya gravitasi yang sudah ada secara umum.

Oleh karena itu, dampak pada aktivitas geologis seperti gempa bumi atau aktivitas vulkanik sangat minim.

 


Gerhana Bulan Parsial

Supermoon yang akan terjadi pada 18 September 2024 akan semakin istimewa dengan fenomena astronomi gerhana bulan sebagian akan terjadi pada 17 September 2024. Gerhana bulan parsial akan terlihat dari sebagian besar Amerika Utara, seluruh Amerika Selatan, Eropa, Afrika kecuali bagian paling timur, bagian barat Asia dan Rusia, dan sebagian Antartika.

Gerhana bulan 17 hingga 18 September merupakan gerhana bulan sebagian (parsial) karena hanya bagian atas bulan yang akan terbenam ke bagian tergelap dari bayangan bumi, dikenal sebagai umbra. Berbeda dari gerhana bulan total yang sepenuhnya menutupi bulan dan membuatnya tampak merah, pada gerhana bulan sebagian hanya sebagian permukaan bulan yang akan terlihat gelap.

Fenomena astronomi ini menciptakan efek seperti gigitan pada bulan. Namun, gerhana bulan parsial akan memberikan pemandangan kontras yang menarik pada kawah dan fitur lain di permukaan Bulan.

Selain bagian kecil yang gelap di bagian atas cakram bulan, sebagian besar cakram bulan yang tampak akan berada di penumbra Bumi. Sementara itu, bagian yang lebih terang dari bayangan planet yang tidak sepenuhnya menghalangi cahaya matahari.

Hal ini akan membuat sebagian besar bulan tampak berwarna cokelat kemerahan dan sedikit 'berbintik'.Waktu terjadinya gerhana Bulan sebagian akan bergantung pada lokasi. Sebagian pengamat akan melihat gerhana tersebut lebih jelas daripada yang lain.

Sayangnya, Indonesia tidak menjadi salah satu wilayah yang bisa menikmati fenomena langit ini. Gerhana bulan sebagian akan dimulai pada pukul 20.41 Eastern Daylight Time (EDT) pada 17 September 2024 atau pukul 01.41 Greenwich Mean Time (GMT) pada 18 September 2024.

Puncak gerhana yang ditandai penampakan menyerupai 'gigitan' di Bulan akan terlihat paling jelas pada pukul 10.44 malam EDT, atau 03.44 GMT pada 18 September.

Dikutip dari laman Britannica pada Senin (16/09/2024), gerhana bulan terjadi saat bumi melintas di antara matahari dan bulan, sehingga bayangannya jatuh pada satelit alami kita. Gerhana ini juga menjadi pengingat sederhana tentang bentuk bumi yang bulat bagi kita yang berada di darat, karena umbra membentuk lengkungan pada cakram bulan yang tampak.

(Tifani)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya