Tradisi Maulid Nabi di Gorontalo, Warisan Budaya yang Tetap Terjaga

Itulah mengapa, setiap perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW Gorontalo memiliki tradisi unik. Tradisi ini sudah dilakukan turun-temurun dalam oleh warga tanah serambi madinah.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 17 Sep 2024, 00:00 WIB
Tolangga merupakan sebuah wadah besar berbentuk kubah masjid, menara hingga perahu. FOTO: coolturnesia.com (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)

Liputan6.com, Gorontalo - Gorontalo, sebuah provinsi di Indonesia yang kental dengan nuansa Islami di Pulau Sulawesi. Musabab, Gorontalo merupakan daerah dengan penduduk mayoritas muslim.

Itulah mengapa, setiap perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW Gorontalo memiliki tradisi unik. Tradisi ini sudah dilakukan turun-temurun dalam oleh warga tanah serambi Madinah.

Perayaan ini dikenal dengan sebutan Walima dan menjadi momen yang dinanti-nanti setiap tahunnya.

Tradisi ini tidak hanya sekadar memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad, tetapi juga sebagai wujud syukur dan kebersamaan dalam masyarakat.

Salah satu ciri khas perayaan Maulid Nabi di Gorontalo adalah pembuatan Tolangga dan Toyopo. Tolangga adalah rangkaian kayu yang dibentuk menyerupai perahu atau menara.

Sedangkan, Toyopo adalah keranjang yang terbuat dari anyaman daun kelapa. Keduanya berfungsi sebagai wadah untuk meletakkan berbagai jenis makanan dan barang yang akan dibagikan kepada masyarakat.

Dalam setiap Tolangga, biasanya diisi dengan aneka makanan tradisional khas Gorontalo, seperti kue kolombengi, cucur, apangi, serta lauk pauk seperti ayam, ikan, dan nasi kuning.

Namun, seiring perkembangan zaman, isi Tolangga mulai bervariasi. Kini, masyarakat juga memasukkan mi instan, minyak goreng, minuman soda, bahkan pasta gigi dan buah-buahan.

"Adat ini dilakukan masyarakat Gorontalo sebagai wujud nyata kecintaan pada Nabi Muhammad, serta rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rezeki," kata Rostin Tanip salah satu pemuka agama di Gorontalo.

Menurut Rostin, dulunya perayaan Maulid sendiri diadakan di rumah masing-masing penduduk. Namun, seiring berjalannya waktu, kini perayaan maulid dilaksanakan di masjid secara bersama.

"Saya masih ingat, dulu itu perayaan ini dilaksanakan di rumah penduduk. Tetapi sekarang dilakukan di masjid dengan tujuan mempererat tali silaturahmi antar warga," tuturya.

"Jadi memang ini bukan sekadar syukuran, tetapi mempererat silaturahmi juga antar umat," ia menandaskan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya