Tatkala Nabi Muhammad Cemburu Mukjizat Nabi Sulaiman Allah SWT Menjawab Begini, Dikisahkan Gus Baha

Gus Baha berkisah, Nabi Muhammad SAW pernah merasakan cemburu ketika melihat mukjizat yang diberikan kepada nabi-nabi lain, seperti Nabi Sulaiman yang diberi kemampuan untuk terbang dengan angin.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Sep 2024, 14:30 WIB
Gus Baha (TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha mengisahkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah merasa cemburu terhadap para nabi lain yang mendapatkan mukjizat luar biasa dari Allah SWT.

Dalam cemburunya, Nabi Muhammad SAW merasa kurang diberi keistimewaan yang sama. Namun, Allah SWT menjawab perasaan tersebut dengan mengingatkan Nabi SAW bahwa setiap nabi diberikan mukjizat sesuai dengan kemampuan dan konteks umatnya masing-masing.

Dalam video yang diunggah di kanal YouTube @SUDARNOPRANOTO, Gus Baha menjelaskan sebuah cerita menarik tentang rasa cemburu yang dirasakan oleh Nabi Muhammad SAW dan bagaimana Allah memberikan jawaban atas perasaan tersebut.

Gus Baha membuka penjelasannya dengan menceritakan bagaimana Nabi Muhammad SAW pernah merasa cemburu terhadap mukjizat yang diberikan kepada nabi-nabi lain.

“Nabi Muhammad pernah merasakan cemburu ketika melihat mukjizat yang diberikan kepada nabi-nabi lain, seperti Nabi Sulaiman AS yang diberi kemampuan untuk terbang dengan angin. Nabi Sulaiman bisa bepergian kemana saja menggunakan angin, tanpa perlu jet atau alat transportasi lainnya,” ujar Gus Baha.

Dia menjelaskan bahwa perasaan cemburu ini muncul karena Nabi Muhammad SAW merasa bahwa mukjizat yang dimiliki nabi-nabi lain sangat luar biasa.

“Nabi Muhammad merasa beda dan bertanya, ‘Ya Allah, kenapa saya tidak diberi mukjizat yang seperti itu? Kenapa saya tidak diberikan sesuatu yang spektakuler seperti angin atau mukjizat-mukjizat lainnya?’” tambah Gus Baha.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Ini Jawaban Allah SWT

Mukjizat Nabi Sulaiman (sumber : beritaku.id)

Menurut Gus Baha, Nabi Muhammad SAW pernah bertanya langsung kepada Allah tentang perasaan ini. “Nabi Muhammad pernah mengajukan pertanyaan kepada Allah, merasa kurang puas dengan apa yang diberikan kepada beliau dibandingkan dengan nabi-nabi lainnya,” jelasnya.

Gus Baha melanjutkan bahwa jawaban Allah kepada Nabi Muhammad SAW sangat mendalam. “Allah menjawab, ‘Muhammad, kamu kecil yatim, dan dirawat oleh pamannya. Kamu dulu tidak mengerti Al-Quran, tidak tahu apa-apa, dan hidup dalam kemiskinan. Sekarang kamu kaya, memiliki segalanya. Nikmat-nikmat yang kamu rasakan sekarang adalah bentuk karunia yang lebih besar dan lebih berharga daripada mukjizat-mukjizat fisik yang diberikan kepada nabi-nabi lain,’” kata Gus Baha.

Dia mengungkapkan bahwa Allah menjelaskan bahwa nikmat yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW, seperti keberkahan dalam hidupnya dan pertumbuhan spiritual, adalah bentuk karunia yang lebih besar.

“Allah menunjukkan bahwa nikmat seperti kekayaan, rumah, dan status yang diterima Nabi Muhammad adalah bentuk berkah yang lebih berarti dibandingkan mukjizat fisik,” jelas Gus Baha.

Gus Baha menekankan bahwa perasaan cemburu yang dialami Nabi Muhammad SAW sebenarnya adalah pengingat tentang nikmat-nikmat yang diberikan Allah kepadanya.


Gus Baha Sebut Pentingnya Bersyukur

Ilustrasi bersyukur. (Image by jcomp on Freepik)

“Walaupun Nabi Muhammad merasa cemburu pada awalnya, Allah mengajarkan bahwa nikmat yang lebih besar adalah sesuatu yang lebih dari sekadar mukjizat fisik. Nikmat spiritual dan kehidupan yang diberkahi adalah hadiah yang lebih berharga,” tambahnya.

Menurut Gus Baha, kisah ini mengajarkan kita untuk lebih bersyukur atas nikmat yang kita terima. “Kita seharusnya lebih bersyukur atas apa yang kita miliki saat ini, meskipun mungkin kita tidak memiliki mukjizat fisik atau keajaiban seperti nabi-nabi lainnya,” katanya.

Dia juga menyoroti pentingnya memahami bahwa karunia dan nikmat Allah dalam bentuk yang berbeda-beda dapat lebih bermanfaat. “Nikmat yang diberikan dalam bentuk materi atau spiritual memiliki kelebihan masing-masing. Yang terpenting adalah bagaimana kita bersyukur dan memanfaatkannya dengan baik,” ujar Gus Baha.

Gus Baha menutup penjelasannya dengan harapan agar umat Islam bisa mengambil pelajaran dari kisah ini.

“Semoga kita bisa memahami dan menghargai nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita, dan tidak merasa kurang atau iri terhadap apa yang dimiliki orang lain. Setiap nikmat memiliki nilai dan manfaatnya sendiri,” tutupnya.

Dengan penjelasan ini, Gus Baha ingin menegaskan bahwa memahami dan menghargai nikmat Allah adalah cara terbaik untuk merasa puas dan bersyukur dalam kehidupan kita sehari-hari.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya