Serangan Udara Israel ke Kamp Pengungsi dan Rumah di Gaza Tewaskan 16 Orang, Termasuk Anak-anak

Dengan kesepakatan gencatan senjata yang masih belum terwujud, korban sipil terus berjatuhan di Jalur Gaza.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 17 Sep 2024, 07:13 WIB
Selain kerusakan pada bangunan, serangan Israel di sekolah tersebut menewaskan sejumlah orang. (Eyad BABA/AFP)

Liputan6.com, Gaza - Serangan udara Israel pada hari Senin (16/9/2024), meratakan sebuah rumah di kamp pengungsi Nuseirat yang dibangun di Gaza tengah, menewaskan sedikitnya 10 orang di sana, termasuk empat wanita dan dua anak-anak.

Rumah Sakit Awda, yang menerima jenazah, mengonfirmasi jumlah korban dan juga mengatakan 13 orang terluka. Catatan rumah sakit menunjukkan bahwa korban tewas termasuk seorang ibu, anaknya, dan lima saudara kandung sang ibu.

Sementara itu, serangan lain terhadap sebuah rumah di Kota Gaza menewaskan enam orang, termasuk seorang wanita dan dua anak-anak, menurut Pertahanan Sipil, responden pertama yang beroperasi di bawah otoritas Jalur Gaza yang dijalankan Hamas. Demikian seperti dilansir kantor berita AP, Selasa (17/9).

Israel berulang kali mengaku mereka hanya menargetkan militan dan menuduh Hamas serta kelompok bersenjata lainnya membahayakan warga sipil dengan beroperasi di daerah permukiman. Militer Israel jarang mengomentari serangan individu, yang sering kali menewaskan wanita dan anak-anak.

Otoritas Kesehatan Jalur Gaza menyebutkan lebih dari 41.000 warga Palestina tewas di wilayah itu sejak serangan Israel pada 7 Oktober 2023, di mana lebih dari separuh dari mereka yang tewas adalah perempuan dan anak-anak. Perang terbaru yang dipicu serangan yang dipimpin Hamas terhadap Israel pada hari yang sama, telah menyebabkan kerusakan besar di Jalur Gaza dan mengungsikan sekitar 90 persen dari populasi wilayah kantong itu yang berjumlah 2,3 juta jiwa.


Peringatan AS terhadap Netanyahu

Tentara Israel mengendarai kendaraan pribadi lapis baja dekat perbatasan dengan Lebanon, Rabu (11/10/2023). Tank-tank Israel dikerahkan ke perbatasan Lebanon di tengah kekhawatiran meluasnya konflik menyusul penembakan yang menewaskan tiga militan Hizbullah.(AP Photo/Ariel Schalit)

Dalam perkembangan lainnya, seorang pejabat Amerika Serikat (AS) menuturkan bahwa penasihat senior Gedung Putih Amos Hochstein menekankan kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan pejabat Israel lainnya bahwa mengintensifkan konflik dengan Hizbullah di perbatasan Israel-Lebanon tidak akan membantu mencapai tujuan dan hanya membuat warga Israel terpaksa mengungsi kembali.

Pejabat tersebut, yang berbicara dengan syarat anonim, mengungkapkan bahwa Hochstein menegaskan kepada Netanyahu selama pembicaraan pada hari Senin bahwa pemimpin Israel tersebut berisiko memicu konflik regional yang luas dan berlarut-larut jika dia bergerak maju dengan perang skala penuh di Lebanon.

Hochstein juga menggarisbawahi kepada pejabat Israel bahwa pemerintahan Biden tetap berkomitmen menemukan solusi diplomatik atas ketegangan di perbatasan utara Israel.

Adapun Netanyahu dilaporkan memberi tahu Hochstein bahwa tidak mungkin memulangkan warga Israel yang mengungsi tanpa perubahan mendasar dalam situasi keamanan di utara.

Netanyahu disebut pula mengatakan Israel menghargai dan menghormati dukungan AS, namun akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk menjaga keamanannya dan memulangkan penduduknya di utara ke rumah mereka dengan aman.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya