Liputan6.com, Gorontalo - Setiap perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Gorontalo, ada satu sajian yang tidak pernah absen menghiasi jamuan, yakni kue Kolombengi.
Kue tradisional ini telah menjadi simbol budaya yang mengakar kuat dalam tradisi masyarakat Gorontalo. Kolombengi bukan sekadar olahan panganan biasa.
Baca Juga
Advertisement
Saat Maulid tiba, kue ini disajikan dalam wadah kerucut yang disebut tolangga. Kue-kue yang tergantung di tolangga kemudian diarak oleh warga menuju masjid, menghadirkan suasana meriah yang penuh makna.
Kue Ekonomis Menguntungkan
Selain dikenal karena rasanya yang khas, kue Kolombengi juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Terutama bagi para pembuatnya.
Salah satu pembuat kue Kolombengi, Yusni, mengaku bahwa perayaan Maulid menjadi berkah tersendiri baginya.
"Saat Maulid, pesanan datang banyak. Saya bisa memproduksi ratusan hingga ribuan biji Kolombengi," kata Yusni.
Bahkan, lanjut Yusni, ia pernah membuat lebih dari 500 biji Kolombengi dalam sehari, dan semuanya langsung habis dibeli.
"Saat ini saja masih banyak yang memesan," ujarnya.
Secara umum, bahan dasar Kolombengi terbilang sederhana. Kue ini terbuat dari campuran tepung terigu, telur ayam, gula, dan sedikit air.
Adonan tersebut kemudian dikocok bersama vanili, soda kue, dan pewarna makanan—meskipun warna kuning alami tanpa pewarna sering dipilih untuk menjaga keaslian rasa.
Adonan yang sudah jadi lalu dituangkan ke dalam cetakan kue berbentuk unik, sebelum akhirnya dipanggang selama 15 menit hingga mengering. Hasilnya adalah kue yang tahan lama dan mudah disimpan.
Simak juga video pilihan berikut:
Filosofi Kue Kolombengi
Kue Kolombengi memiliki makna filosofis yang dalam bagi masyarakat Gorontalo. Menurut Aisa Tune, seorang budayawan lokal, Kolombengi telah menjadi bagian dari tradisi perayaan Maulid Nabi sejak zaman dulu.
"Kolombengi melambangkan eratnya silaturahmi di antara warga Gorontalo. Setiap Maulid Nabi, kami disatukan oleh kue ini, seperti halnya daerah kami yang dikenal sebagai Serambi Madinah," kata Aisa.
Ia menambahkan bahwa bagi masyarakat Gorontalo, merayakan Maulid Nabi tanpa mencicipi Kolombengi seolah belum lengkap. "Kalau belum makan Kolombengi, bisa dibilang dia belum benar-benar merasakan suasana Maulid di Gorontalo," pungkasnya.Kue yang Menjaga Tradisi
Kehadiran kue Kolombengi dalam setiap perayaan Maulid Nabi tak hanya sekadar makanan pelengkap. Lebih dari itu, ia menjadi simbol keberlangsungan tradisi, ikatan sosial, dan kebersamaan yang terus dipertahankan oleh masyarakat Gorontalo.
Tak heran, setiap kali Maulid tiba, aroma Kolombengi yang harum dan manis selalu mengiringi kebahagiaan warga Gorontalo, menyambut hari besar dengan sukacita dan penuh rasa syukur.
Advertisement