Samsung, Xiaomi, dan Vivo Dituding Lakukan Praktik Anti Persaingan

Tiga vendor smartphone yakni Samsung, Xiaomi, Vivo dituding melakukan praktik anti persaingan.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 17 Sep 2024, 20:00 WIB
Kantor Xiaomi di Maofanglu Road, Beijing. Tempat Vice President International Xiaomi Hugo Barra beraktivitas. Liputan6.com/Agustin Setyo Wardani

Liputan6.com, Jakarta - Penjualan smartphone mulai tinggi lagi setelah sebelumnya dikabarkan mengalami penurunan. Namun, masalahnya kini praktik anti persaingan dari perusahaan-perusahaan jadi sorotan. 

Bahkan, brand besar seperti Samsung dan Xiaomi kini disebut-sebut tengah diselidiki. Masalahnya perusahaan-perusahaan ini bermitra dengan situs e-commerce seperti Amazon dan Flipkart untuk menjual model smartphone tertentu, secara ekslusif di e-commerce tersebut. 

Mengutip Gizchina, Selasa (17/9/2024), masalah penjualan secara ekslusif di e-commerce tertentu ini menimbulkan banyaknya pertanyaan tentang kompetisi yang tidak adil di India

Sekadar informasi, di India, nama-nama vendor besar seperti Samsung, Xiaomi, dan Vivo kini diinvestigasi karena dianggap melanggar aturan soal kompetisi. 

Dengan jualan eksklusif di platform online tertentu, konsumen hanya bisa membeli model-model spesifik pada satu platform dan ini membatasi pilihan serta dinilai bisa melanggar kompetisi yang sehat. 

Misalnya, merek seperti Samsung, Motorola, Realme, OnePlus, dan Xiaomi telah bekerja dengan Amazon meluncurkan ponsel tertentu yang hanya bisa dibeli melalui situs mereka. 


Menguntungkan Perusahaan

Seorang pekerja mencari barang pesanan milik pelanggan di pusat gudang toko online Amazon usai resmi dibuka di Singapura, Kamis (27/7). Perusahaan yang berdiri sejak 1995 itu kini telah hadir di kawasan Asia Tenggara. (AP Photo/Joseph Nair)

Begitu dengan Flipkart bekerja sama Lenovo dan Vivo untuk penjualan eksklusif. Sementara, strategi ini dianggap menguntungkan perusahaan dan itu menciptakan keuntungan yang tidak adil. Hal ini pun dinilai bisa membuat lebih sulit bagi pengecer dan merek lain untuk bersaing. 

Sebelumnya, investigasi India menyebut, ada dua laporan. Pertama laporannya sepanjang 1.072 halaman yang berfokus pada kemitraan Amazon dengan lima pembesut smartphone. 

Laporan kedua terdapat 1.696 halaman, berisi penawaran Flipkart dengan enam mereka lain. Laporan ini memperlihatkan bahwa kemitraan ekslusif ini bisa mengurangi persaingan dan ini bertentangan dengan hukum India. 

 


Batasi Pilihan Konsumen

Sebagai bagian dari penyelidikan, perusahaan diminta untuk memberikan catatan keuangan dari tahun terakhir, termasuk tahun berjalan 2024. 

Ini menunjukkan betapa seriusnya pihak berwenang atas kasus ini. Jika perusahaan dinyatakan bersalah dan melanggar undang-undang persaingan, mereka bisa menghadapi denda besar dan kuat, serta dipaksa untuk mengubah praktik bisnis mereka. 

Dengan menawarkan ponsel hanya pada platform tertentu, perusahaan mungkin membatasi pilihan konsumen dan menciptakan pasar yang tidak adil. Otoritas India kini memeriksa dengan cermat praktik mereka untuk melihat apakah mereka melanggar aturan apa pun. 

Selain itu juga memengaruhi bagaimana merek-merek ini beroperasi tidak hanya di India, tetapi juga di global. Pasar lain mungkin mengikuti jejak India dalam menyelidiki penawaran eksklusif yang bisa membentuk kembali industri smartphone.

Infografis 4 Rekomendasi Chatbot AI Terbaik. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya