Produksi Pupuk Indonesia Masih Bergantung Gas Alam, Ada Solusi?

Ketersediaan pupuk di Indonesia menjadi salah satu pendorong yang penting untuk ketahanan pangan dan mendukung hilirisasi energi. Namun, terdapat beberapa tantangan untuk mewujudkan hal tersebut.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 17 Sep 2024, 16:00 WIB
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Rahmad Pribadi meresmikan pengoperasian gudang curah urea berkapasitas 20.000 ton di Kawasan PT Petrokimia Gresik. (dok: PIHC)

Liputan6.com, Jakarta Ketersediaan pupuk di Indonesia menjadi salah satu pendorong yang penting untuk ketahanan pangan dan mendukung hilirisasi energi. Namun, terdapat beberapa tantangan untuk mewujudkan hal tersebut.

Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero), Rahmad Pribadi mengatakan, dalam proses produksi urea, pupuk menghasilkan amonia.

"Amonia menjadi sumber energi yang penting karena tidak mengandung karbon atau transition fuel," ujar Rahmad, dalam paparan di St. Regis Jakarta, Selasa (17/9/2024).

Di sisi lain, produksi pupuk dalam negeri Indonesia masih bergantung pada sumber energi gas alam.

Rahmad mencatat, 32% produktivitas pertanian di Indonesia masih bergantung pada pupuk berbasis gas alam. Namun juga diketahui, gas alam bukan merupakan sumber energi tak terbarukan yang masih menghasilkan karbon.

"Tantangannya bukan pada pasar, pasarnya besar sekali. tapi pada sumbernya, bahan bakunya. Bahan baku gas alam itu nonrenewable, akan habis di titik tertentu,” jelas dia.

“Maka tantangan terbesar kami memastikan jaringan pasoknya," sambung Rahmad.

Karena adanya kondisi itu, Pupuk Indonesia tengah menyusun inovasi dengan merubah gas alam sebagai main feedstock ke sumber yang berbasis energi baru terbarukan (EBT) atau renewable resources.

Rahmad pun optimistis masih ada peluang untuk Indonesia mengamankan kebutuhan bahan baku gas alamnya untuk produksi pupuk dalam beberapa waktu ke depan. Hal itu didukung dengan potensi temuan-temuan baru gas alam berjumlah besar di dalam negeri.


Pupuk Indonesia Sebar Bantuan Buat Kelompok Tani, Catat Syaratnya!

PT. Pupuk Indonesia (Persero) saat melakukan pengecekan gudang pupuk di Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi (Liputan6.com/Istimewa).

Sebelumnya, PT Pupuk Indonesia (Persero) tak sembarangan mengalokasikan pupuk dan bantuan lainnya kepada kelompok tani. Ada sejumlah aspek yang harus dipenuhi untuk menyalurkannya.

Diketahui, BUMN tersebut ditunjuk pemerintah untuk menyalurkan pupuk subsidi dan pupuk non-subsidi di seluruh wilayah Indonesia. Targetnya menyasar para kelompok tani yang memiliki data yang jelas.

"Jadi tidak sembarangan untuk mendapatkan bantuan. Nah, kami juga harus ada pertanggungjawabannya, kan? Sehingga jelas datanya," kata Direktur Pemasaran Pupuk Indonesia, Tri Wahyudi Saleh, di Jakarta, Jumat (13/9/2024).

Kejelasan data itu menjadi penting agar penyaluran yang dilakukan tepat sasaran. Salah satu sasaran yang menarik adalah kelompok petani modern di kawasan perkotaan atau kerap disebut urban farming.

Tri menegaskan, kelompok ini turut menjadi perhatian, disamping pertanian konvensional di daerah-daerah.

"Yang penting adalah urban farming. Artinya di beberapa perkotaan di semua wilayah. Kalau di desa-desa sudah banyak itu ya. Tapi kami juga tidak melepaskan itu juga. Artinya pembinaan Pupuk Indonesia kepada semua unsur petani yang ada di seluruh Indonesia," bebernya.

Pada langkah awal, setidaknya ada 31 kelompok tani moderen urban farming di DKI Jakarta yang mendapat alokasi bantuan dari Pupuk Indonesia. Bantuan itu berupa 6 ton pupuk urea dan 6 ton pupuk NPK, serta sejumlah bibit untuk ditanam.

Sasaran urban farming tadi, Tri turut menggandeng Kejaksaan Tinggi dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dia juga tak menutup kemungkinan urban farming serupa di perkotaan lain mendapat bantuan serupa.

"Kita tidak akan berhenti di sini. Artinya petani-petani kita yang ada di perkotaan ini kita coba untuk edukasi. Lahannya ada di beberapa daerah. Pemerintah daerah juga punya lahan yang kosong. Sehingga kita bisa memanfaatkan," tegasnya.

 


Arahan Erick Thohir

Pekerja melakukan bongkar muat pupuk bersubsidi di Gudang Pupuk Lini III Sumur Pecung, Kota Serang, Banten (Liputan6.com/HO)

Lebih lanjut, Tri menyampaikan ada program lain yang juga jadi perhatian Menteri BUMN Erick Thohir. Itu merujuk pada program Makmur, sebagai satu ekosistem pertanian.

Saat ini, realisasi program Makmur sudah hamlir mencapai 500 ribu hektare. Program ini menjamin penanaman yang dilakukan petani hingga kepastian penjualan hasil panennya.

"Ya, kami punya program makmur yang sudah di-endorse oleh Pak Menteri BUMN, Pak Erick Thohir. Kami sudah hampir 500 ribu hektare, kami kolaborasi juga dengan Bulog. Jadi itu adalah ekosistem pertanian. Di Makmur itu ada produsen BUMN-nya, ada produsen benihnya. Kemudian pupuknya dari kami, ada asurasinya apabila terjadi gagal panen," bebernya.

Dia menargetkan program Makmur ini bisa mencapai 1 juta hektare pada 2025, tahun depan. "Hampir 500 ribu hektare. Itu kita kerjakan terus. Bahkan kami tahun depan sampai 1 juta hektare," pungkasnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya