Liputan6.com, Jakarta Miliarder pendiri Microsoft sekaligus filantropis Bill Gates mengatakan bahwa pemerintah terkaya harus meningkatkan dukungan mereka untuk negara-negara Afrika.
Hal ini disampaikan Bill Gates lantaran selama ini berbagai dana pembangunan yang semakin banyak digunakan untuk respons kemanusiaan terhadap perang di Ukraina serta dukungan untuk para pengungsi di seluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir.
Advertisement
"Uang yang diberikan ke Afrika berkurang pada saat mereka membutuhkannya," kata dia dikutip dari Washinton Times pada selasa (27/9/2024)
"Baik untuk pelunasan utang, vaksinasi, atau untuk mengurangi kekurangan gizi," tambah Gates kepada The Associated Press dalam sebuah wawancara.
Gates berbicara dalam konteks laporan tahunan Goalkeeper dari Bill & Melinda Gates Foundation. Dalam laporan tersebut mencerminkan janji-janji negara untuk mencapai tujuan pembangunan yang mereka tetapkan pada 2015 dan menghitung kemajuan untuk sebagian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang mencerminkan prioritas yayasan tersebut, yang merupakan salah satu penyandang dana kesehatan global terbesar di dunia.
Pada April, Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi mengacu pada data awal dari 2023 yang menunjukkan keseluruhan bantuan pembangunan dari negara-negara terkaya telah meningkat setiap tahun sejak 2019 bahkan tidak termasuk dana untuk pengungsi, COVID-19, dan Ukraina.
Namun, porsi yang diberikan kepada negara-negara Afrika turun pada tahun 2022 ke level terendah dalam 20 tahun terakhir yaitu sekitar 25%.
Peran Yayasan Bill Gates
Banyak negara berpendapatan rendah dan menengah di seluruh dunia, termasuk di Afrika, menghabiskan lebih banyak uang untuk membayar utang. Dalam sebuah laporan pada bulan Juni, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan beban pembayaran utang membatasi apa yang dapat dibelanjakan negara-negara untuk layanan pemerintah dasar seperti perawatan kesehatan, pendidikan, dan aksi iklim. Bunga utang publik juga melonjak, karena biaya pinjaman meningkat di banyak bagian dunia tahun lalu, demikian temuan laporan tersebut.
Ketika ditanya apakah ia melihat peran yayasannya untuk mengadvokasi keringanan utang, Gates mengingat kembali keputusan pada tahun 2005 ketika para pemimpin dunia menghapus utang sebesar $40 miliar atau sekitar 612 triliun rupiah yang dimiliki oleh 18 negara termiskin di dunia kepada Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional.
"Di dunia yang adil, Anda akan melihat gerakan muncul atas nama negara-negara termiskin ini agar hal itu terjadi lagi," kata Gates.
Meskipun yayasan tersebut telah merilis laporannya seputar tujuan pembangunan global setiap bulan September sejak tahun 2017, namun, tahun ini akan menandai perubahan dari tahun-tahun sebelumnya.
Advertisement