Liputan6.com, Jakarta Dalam kehidupan sosial, kamu mungkin pernah bertemu dengan orang-orang yang kurang memiliki empati. Mereka sering kali mengucapkan kalimat-kalimat yang terdengar tidak menyenangkan atau sulit diterima oleh banyak orang. Memiliki empati terhadap sesama adalah kunci untuk membangun hubungan yang kuat dan berarti.
Dengan empati, kamu bisa memahami dan merasakan apa yang dialami oleh orang lain, sehingga bisa merespons dengan cara yang lebih bijak dan penuh kasih. Empati tidak hanya penting dalam hubungan pertemanan, percintaan, dan keluarga, tetapi juga sangat berharga dalam karier. Oleh karena itu, mengembangkan empati adalah investasi penting untuk kesejahteraan emosional dan sosial kita.
Advertisement
Sayangnya, ada saja orang-orang yang memiliki empati yang minim. Mereka sering kali melontarkan kalimat-kalimat yang menunjukkan seolah-olah mereka 'tidak punya hati'.
Apa saja kalimat tersebut? Berikut ini adalah beberapa contohnya yang telah dirangkum oleh Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu (18/9/2024).
1. "Jangan lebay deh"
Kalimat sederhana yang hanya terdiri dari tiga kata ini bisa sangat melukai. Mereka yang mengucapkannya sering kali kurang memiliki empati karena tidak mampu merasakan apa yang dirasakan orang lain. Mereka menganggap penderitaan orang lain sebagai sesuatu yang sepele.
Ketika melihat seseorang yang sedang sedih, hancur, dan menderita, mereka menilainya sebagai reaksi yang terlalu berlebihan. Mereka mencurigai bahwa orang tersebut hanya mendramatisasi masalah hidupnya, sehingga mereka meremehkan penderitaan orang lain.
Advertisement
2. "Ya maaf kalau kamu merasa gitu"
Kalimat ini sering diucapkan oleh mereka yang kurang memiliki empati, cenderung meremehkan masalah hidup orang lain. Frasa ini juga kerap digunakan untuk merendahkan mereka yang sedang mengalami kesulitan.
Sering kali, kalimat ini diawali dengan sindiran atau ejekan karena seseorang dianggap berlebihan dalam menunjukkan kerapuhannya. Saat ditegur, mereka hanya bisa mengucapkan maaf tanpa ketulusan.
3. "Bukan masalahku"
Salah satu kalimat yang sering diucapkan oleh mereka yang kurang memiliki empati adalah "Terserah, itu bukan urusanku." Orang-orang ini biasanya minim empati kognitif, yaitu kemampuan untuk memahami sudut pandang orang lain.
Mereka yang mengeluarkan pernyataan semacam ini cenderung sangat egois, hanya fokus pada kebutuhan dan kepentingan diri sendiri tanpa memikirkan perasaan orang lain. Bahkan saat orang lain sedang mengalami kesulitan, mereka tetap bersikap cuek dan tidak peduli.
Advertisement
4. "Kamu membayar apa kamu lakukan"
Saat seseorang mengalami musibah, individu yang kurang memiliki empati sering kali berkata, "Itu salahmu sendiri. Kamu sedang memetik buah dari perbuatanmu." Orang yang tidak berempati cenderung lebih mementingkan diri sendiri dan jarang membantu orang lain.
Mereka beranggapan bahwa semua pengalaman buruk seseorang adalah akibat dari tindakan orang tersebut. Meskipun beberapa musibah memang bisa dijelaskan melalui hubungan sebab-akibat, terkadang nasib buruk tidak selalu disebabkan oleh kesalahan pribadi. Orang yang tidak berempati tidak mampu memahami hal ini.
5. "Depresi itu cuman mitos"
Masih ada saja orang-orang yang meremehkan atau bahkan menganggap kesehatan mental sebagai sesuatu yang tidak nyata. Mereka percaya bahwa kesehatan mental hanyalah mitos, berlebihan, atau dibesar-besarkan, dan hanya digunakan sebagai alasan untuk membenarkan emosi yang dianggap lemah dan cengeng. Pola pikir seperti ini menunjukkan kurangnya empati.
Ketika ada seseorang yang mengalami penderitaan emosional, mental, atau psikologis, mereka akan berkata, "Ah, depresi itu cuma mitos." Orang-orang seperti ini cenderung mengabaikan perasaan orang lain dan hanya peduli pada perasaan mereka sendiri.
Advertisement
6. "Kayaknya nggak seburuk itu"
Salah satu sikap yang kerap diperlihatkan oleh individu dengan empati rendah adalah meremehkan perasaan orang lain. Mereka mungkin berkata, "Ah, itu tidak seburuk yang kamu kira." Karena mereka tidak mengalami situasi tersebut secara langsung, mereka kesulitan untuk merasakan empati.
Orang-orang ini tidak mampu merasakan penderitaan orang lain dan cenderung menganggapnya sepele. Namun, ketika mereka sendiri menghadapi situasi yang sulit, mereka biasanya berharap orang lain dapat memahami dan merasakan apa yang mereka alami.