Emiten Grup Djarum Rights Issue Rp 8 Triliun, Untuk Apa?

PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) berencana melakukan penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Pada aksi tersebut, perseroan akan menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya senilai Rp 9 triliun.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 18 Sep 2024, 10:31 WIB
Layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,34% ke level 5.014,08 pada pembukaan perdagangan sesi I, Senin (8/6). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) berencana melakukan penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Pada aksi tersebut, perseroan akan menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya senilai Rp 9 triliun.

Perseroan berencana menggunakan dana hasil rights issue untuk pembayaran pinjaman dan untuk keperluan modal kerja perseroan dan atau PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo), anak perusahaan Perseroan yang 99% sahamnya dimiliki oleh perseroan.

"Rencana PMHMETD yang dilakukan oleh perseroan untuk pembayaran pinjaman dan untuk keperluan modal kerja perseroan dan atau Protelindo merupakan bagian dari upaya perseroan untuk memperkuat struktur permodalan perseroan dalam rangka meningkatkan kinerja dan pertumbuhan bisnis perseroan dan atau Protelindo," ungkap Corporate Secretary PT Sarana Menara Nusantara Tbk, Monalisa Irawan dalam keterbukaan informasi Bursa, Rabu (18/9/2024).

Pelaksanaan penambahan modal dilakukan melalui PMHMETD dan pengajuan pernyataan pendaftaran PMHMETD akan dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari RUPSLB Perseroan. Sesuai ketentuan POJK No. 32/2015 dan dengan memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku lainnya (jika ada), pelaksanaan PMHMETD harus dilakukan paling lambat 12 (dua belas) bulan setelah tanggal persetujuan RUPSLB.

Rencananya, perseroan akan menyelenggarakan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 25 Oktober 2024 untuk meminta restu pemegang saham mengenai rencana aksi ini. Dalam hal pemegang saham perseroan tidak melaksanakan HMETD yang dimiliki olehnya dalam rencana PMHMETD, maka kepemilikan pemegang saham perseroan tersebut akan terdilusi.

Monalisa menegaskan, tidak terdapat dampak material yang merugikan terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan atau kelangsungan usaha perseroan atas pelaksanaan rencana penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu.

 


25 Perusahaan Antre di Pipeline IPO Bursa hingga Akhir Agustus 2024

Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan bursa saham 2017 ditutup pada level 6.355,65 poin. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bursa Efek Indonesia (BEI) mengantongi sejumlah perusahaan antre di pipeline pencatatan umum perdana saham (initial public offering/IPO). Adapun sampai dengan 30 Agustus 2024, terdapat 34 perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO tersebut sebesar Rp 5,15 triliun.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, saat ini terdapat 23 perusahaan yang siap debut di Bursa. Dari sisi asetnya, perusahaan dengan skala menengah masih mendominasi. Sedangkan dari sisi sektornya, paling banyak berasal dari sektor konsumer non-siklikal.

“Hingga saat ini, terdapat 25 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman kepada wartawan, dikutip Selasa (3/9/2024).

Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 5 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 17 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar. Sisanya 1 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar.

Sementara, rincian sektornya adalah sebagai berikut:

• 3 Perusahaan dari sektor basic materials

• 4 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals

• 4 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals

• 4 Perusahaan dari sektor energy

• 1 Perusahaan dari sektor financials

• 1 Perusahaan dari sektor healthcare

• 2 Perusahaan dari sektor industrials

• 2 Perusahaan dari sektor infrastructures

• 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate

• 1 Perusahaan dari sektor technology

• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic

 

 

 

 

 

 

 


Pipeline Obligasi

Ada sebanyak 190 saham menghijau sehingga mendukung penguatan ke level 4.483,45.

Saat ini, Bursa mencatat penerbitan 104 emisi dari 62 penerbit EBUS dengan dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp 88,4 triliun. Hingga 30 Agustus 2024, terdapat 15 emisi dari 11 penerbit EBUS yang sedang berada dalam pipeline obligasi.

Lebih lanjut, berikut klasifikasi sektor penerbitan obligasi:

• 2 Perusahaan dari sektor basic materials

• 1 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals

• 0 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals

• 3 Perusahaan dari sektor energy

• 3 Perusahaan dari sektor financials

• 0 Perusahaan dari sektor healthcare

• 2 Perusahaan dari sektor industrials

• 0 Perusahaan dari sektor infrastructures

• 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate

• 0 Perusahaan dari sektor technology

• 0 Perusahaan dari sektor transportation & logistic

 

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya