Tombak dan Tongkat Pusaka Pangeran Diponegoro Akhirnya Dipamerkan di Museum Vredeburg Yogya, Pertama Kali Usai Dikembalikan Belanda

Tombak dan tongkat pusaka Pangeran Diponegoro dipamerkan perdana di Museum Vredeburg sebagai rangkaian dari Vredeburg Festival ke-10.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 18 Sep 2024, 16:45 WIB
Suasana ruang pamer tongkat dan tombak pusaka milik Pangeran Diponegoro yang dipamerkan dalam pameran perang Jawa sebagai bagian dari Vredeburg Fair ke-10. (dok. Instagram @museum.benteng.vredeburg/https://www.instagram.com/p/C_sJfgfSuPp/?hl=en&img_index=1/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Pameran sejarah di Museum Vredeburg Yogya yang bertajuk Vredeburg Fair ke-10 resmi dibuka pada 4 September 2024. Ini menjadi kesempatan bagi pengunjung melihat langsung dua benda pusaka milik Pangeran Diponegoro yang dikembalikan Belanda ke Indonesia sejak 2015.

Tongkat Kanjeng Kiai Cokro dan Tombak Kanjeng Kiai Rondhan adalah dua pusaka Pangeran Diponegoro yang menjadi saksi bisu dari Perang Jawa yang berlangsung lima tahun, dari 1825 hingga 1830. Pameran itu menjadi momen pameran pertama kedua pusaka di tanah kelahiran sang pangeran Jawa.

Dalam rilis yang diterima Lifestyle Liputan6.com, Selasa, 17 September 2024, koleksi masterpiece itu merupakan simbol dari perjuangan dan spiritualitas Pangeran Diponegoro. Tongkat Kanjeng Kiai Cokro memiliki sejarah panjang, dimulai dari Kesultanan Demak pada abad ke-16, sebelum akhirnya menjadi pusaka Pangeran Diponegoro pada 1815.

Tongkat Kanjeng Kiai Cokro memiliki panjang 1,4 meter dan memiliki simbol cakra di ujung atasnya. Sementara, Tombak Kanjeng Kiai Rondhan merupakan salah satu pusaka kesayangan milik Pangeran Diponegoro dan memiliki keterkaitan erat dengan perjalanan perlawanan Diponegoro, termasuk peristiwa saat tombak ini hilang dalam penyergapan di Pegunungan Gowong pada 1829.

"Dengan mengadakan pameran dengan sejarah penting serta menampilkan pusaka seperti Tongkat Kanjeng Kiai Cokro dan Tombak Kanjeng Kiai Rondhan, kami berharap pengunjung dapat merasakan dan memahami lebih dalam arti dari perjuangan dan keberanian Pangeran Diponegoro," kata Plt. Kepala Indonesian Heritage Agency, Ahmad Mahendra.


Pameran 3 Tokoh Penting di Jawa

Suasana ruang pamer tongkat dan tombak pusaka milik Pangeran Diponegoro yang dipamerkan dalam pameran perang Jawa sebagai bagian dari Vredeburg Fair ke-10. (dok. IHA)

Mahendra menyatakan Vredeburg Fair 2024 merupakan salah satu upaya Indonesian Heritage Agency (IHA) dalam mewujudkan pilar reprogramming guna mewujudkan konsep re-imajinasi museum. Dengan dipamerkannya pusaka Pangeran Diponegoro, pengunjung tidak hanya diajak untuk mengenang masa lalu, tetapi juga untuk meresapi semangat perjuangan yang diwariskan oleh Pangeran Diponegoro yang merupakan seorang pahlawan nasional.

"Tongkat dan tombak ini mewakili lebih dari sekadar objek material, keduanya adalah representasi dari semangat perlawanan terhadap ketidakadilan," sambung Mahendra. 

Koleksi pusaka Pangeran Diponegoro merupakan koleksi pameran khusus periode perang Jawa. Selain itu, Vredeburg Fair 2024 menyajikan koleksi yang mewakili periode revolusi dengan menghadirkan koleksi tentang keberanian rakyat dalam perang gerilya yang dipimpin Panglima Besar Jenderal Sudirman, dan juga koleksi baju dan mobil yang digunakan oSultan Hamengkubuwono X, mewakili periode reformasi di Yogyakarta. 

Penanggung Jawab Unit Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, M. Rosyid Ridlo mengatakan, Vredeburg Fair menyuguhkan sejarah serta materi penguatan karakter bangsa yang menarik dan menyenangkan, melalui beragam acara. Vredeburg Fair 2024 akan berlangsung hingga 29 September 2024. Informasi lebih lanjut silahkan kunjungi akun Instagram @museum.benteng.vredeburg. 


Beredar Foto Anies Baswedan Pegang Tongkat Pangeran Diponegoro

Anies Baswedan mengangat Tongkat Kiai Cokro yang merupakan pusaka Pangeran Diponegoro. (dok. Instagram @aniesbaswedan/https://www.instagram.com/p/BKUNIcSjbAG/)

Sementara itu, foto Anies Baswedan memegang tongkat Pangeran Diponegoro jadi sorotan di media sosial, baru-baru ini, padahal itu merupakan momen lebih dari sembilan tahun lalu. Anies yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), mewakili pemerintah Indonesia menerima langsung pengembalian Tongkat Kiai Cokro.

Tongkat Pusaka Pangeran Diponegoro berbentuk setengah lingkaran ini disimpan selama 183 tahun oleh keluarga Baud di Belanda, yang pada 2015 mengembalikannya secara langsung pada pemerintah Indonesia. Kini, kisah seputar benda peninggalan itu telah menciptakan gelombang spekulasi di media sosial.

Salah satunya menyeruak kepercayaan dari kalangan masyarakat Jawa bahwa orang yang memegang Cakra Pangeran Diponegoro akan jadi pemimpin. Hal tersebut sempat diamini anggota tim delapan Koalisi Perubahan Sudirman Said. "Bahwa ada orang yang percaya, ya kita amini saja," ungkapnya di Kantor Sekretariat Perubahan, Jakarta, Rabu, 21 Juni 2023, dikutip dari merdeka.com, Rabu, 28 Agustus 2024.

Saat itu, sejarawan Rushdy Hoesein menjelaskan bahwa ia belum melihat bukti apakah Pangeran Diponegoro memiliki tongkat atau tidak. "Kalau (tongkat) untuk membantu kondisi fisik dia sih belum pernah lihat saya. Tongkat komando juga enggak pakai dia," ungkapnya pada Jumat, 23 Juni 2023.


Seputar Sejarah Tongkat Pangeran Diponegoro

Lukisan Pangeran Diponegoro dalam pameran khusus periode Perang Jawa di Museum Vredeburg Yogya. (dok. IHA)

Sejarah tongkat pusaka itu pun belum diketahui secara pasti. Dari bukti-bukti yang ada, seperti foto dan lukisan di Museum Diponegoro, tidak pernah muncul Pangeran Diponegoro memiliki tongkat.

Namun, melihat tongkat yang dipegang Anies saat itu, tongkat tersebut bukan tongkat yang dipakai untuk berjalan. Menurut Rushdy, tongkat tersebut semacam alat kelengkapan perang. Pada bagian atas tongkat terdapat semacam ukiran, di bawahnya tidak ada keistimewaan lain, dan bukan tongkat dengan keris di dalamnya.

Rushdy menyebut tongkat Pangeran Diponegoro kemungkinan besar merupakan alat perang. "Iya (tongkat yang dipegang Anies) sebagai peralatan perang, tapi kan orang Jawa menganggap peralatan perang mempunyai kharisma juga," ujar dia.

Sementara itu, sejarawan Peter Carey mengungkap di "Kuasa Ramalan: Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa, 1785-1855," tongkat tersebut bergelar Ratu Adil Jawa "Erucokro." Tongkat itu katanya dibawa sebagai penamping perjalanan spiritual Pangeran Diponegoro, karena bentuk cakranya menyamai senjata Dewa Wisnu dalam mitologi Jawa.

Keluarga Baud sempat bercerita tentang keberadaan Tongkat Pusaka Pangeran Diponegoro selama di Belanda. Tongkat ini diberikan pada leluhur Baud pada 1834. Tongkat Pusaka tersebut diterima sebagai hadiah di sebuah periode bergejolak akibat persaingan politik dan hubungan kekuasaan kolonial, menurut situs web Kemendikbud.

Infografis Wisata Museum di 5 Wilayah DKI Jakarta.  (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya