5 Respons Berbagai Pihak soal Wacana Pertemuan Prabowo dengan Megawati

Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani berpendapat bahwa baik Prabowo maupun Megawati saling menghormati.

oleh Hisyam Adyatma diperbarui 18 Sep 2024, 15:57 WIB
Potret keakraban Menhan Prabowo Subianto dengan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri saat menghadiri upacara HUT ke-77 RI. (Youtube Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta - Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani menuturkan bahwa presiden terpilih Prabowo Subianto akan bertemu Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri. Ia menyebutkan, pertemuan itu akan terjadi sebelum Prabowo dilantik sebagai Presiden RI pada 20 Oktober 2024.

"Insyaallah akan terjadi. Pokoknya Insyaallah akan terjadi sebelum pelantikan," ujar Ahmad Muzani di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin 9 September 2024.

Muzani berpendapat bahwa baik Prabowo maupun Megawati saling menghormati. Bahkan, kata dia, Megawati sempat menyampaikan salam kepada Prabowo dan juga sebaliknya.

Hal tersebut terungkap saat pertemuan pimpinan MPR di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin 9 September 2024.

"Bu Mega tadi menyampaikan salam hormat untuk Pak Prabowo dan Pak Prabowo juga menyampaikan salam hormat untuk Bu Mega," kata Muzani.

Sebelumnya pun, Ketum Partai Gerindra yang juga Presiden terpilih, Prabowo Subianto mengaku menerima salam dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketua DPR RI Puan Maharani.

Hal itu disampaikan Prabowo saat menyapa Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) Abdullah Azwar Anas, dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Gerindra di Indonesia Arena, Jakarta, Sabtu 31 Agustus 2024.

"Menteri PAN-RB Bapak Azwar Anas. Tadi menyampaikan salam dari Ibu Megawati. Benar kan?" Kata Prabowo.

Azwar Anas nampak menganggukkan kepala. Para kader yang mendengar pun nampak bertepuk tangan.

Walaupun ada perbedaan pandangan politik di Pemilihan Presiden atau Pilpres 2024, banyak pihak yang menilai bahwa komunikasi antara kedua elite partai politik tersebut tetap perlu.

Berikut sederet respons terkait wacana pertemuan Presiden terpilih Prabowo dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dihimpun oleh Liputan6.com:


1. Puan Maharani Menilai Pertemuan Megawati-Prabowo Penting untuk Silaturahmi

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bertemu Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri. Keduanya pun sempat berswafoto bersama Ketua DPR Puan Maharani. (Istimewa)

Sebelumnya, Ketua DPR RI Puan Maharani menyatakan, pertemuan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto akan terlaksana sebelum 20 Oktober.

Menurut Puan, akan banyak pembahasan antara Megawati-Prabowo. "Ya banyak lah. Kalau sudah bertemu pasti pembahasannya banyak kan," kata dia.

Puan menyebut, silaturahmi antara elite parpol sangat penting dilakukan. "Silaturahmi penting, akan ada pertemuan, insyaAllah iya. Bahwa akan ada pembicaraan ke situ, kita tunggu saja," pungkasnya.

 


2. Said Abdullah Percaya Pertemuan Megawati-Prabowo untuk Samakan Visi

Ketua DPD PDIP Jatim, Said Abdullah.

Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Said Abdullah menyatakan bahwa pertemuan antara Prabowo dengan Megawati akan sama-sama berusaha menyamakan visinya dalam merawat Indonesia.

"Kita menunggu bagaimana kedua beliau ini menyamakan visinya ke depan merawat Indonesia, memajukan Indonesia, memakmurkan kita semua, rakyat Indonesia," kata Said Abdullah kepada wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (17/9/2024).

Said juga mengungkapkan bahwa hasil pertemuan ini akan menentukan apakah nanti PDIP akan melunak atau berada di luar pemerintahan.

"Kalau itu punya kesamaan, insyaallah kami melihatnya bagi PDI Perjuangan, baik di dalam maupun di luar sama saja," tambahnya.

Walaupun begitu, ia tetap memastikan bahwa PDIP tidak akan marah apabila tidak dikasih jatah menteri pada pemerintahan mendatang.

"Kalau PDI Perjuangan bertemu kemudian dikasih menteri atau sebaliknya, PDI Perjuangan tidak bertemu, tidak dikasih menteri, ngambek. Itu tidak ada ceritanya," tegas Said.

 


3. Ketua DPP PKB Menilai Prabowo Ingin Merangkul Semuanya

Capres-Cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto (kiri) dan Gibran Rakabuming Raka menyampaikan paparan Penguatan Anti Korupsi untuk Penyelenggara Negara Berintegritas (Paku Integritas) di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Rabu (17/1/2024). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Terkait wacana pertemuan Presiden terpilih Prabowo Subianto dengan Megawati, Ketua DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Syaiful Huda mengatakan, jika Prabowo ingin merangkul semua pihak.

"Saya tidak tahu persis ya, tapi kalau dari statement, gestur, dan spiritnya Pak Prabowo ingin merangkul semuanya," kata Huda kepada wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (11/9).

Namun, dirinya mengaku tidak tahu secara pasti merangkul yang dimaksud oleh Prabowo.

"Saya tidak tahu persis, merangkul itu definisinya semua masuk partai atau gimana. Termasuk PDIP atau tidak, itu kewenangan Pak Prabowo," ujarnya.

 


4. Analis Politik Percaya Pertemuan Prabowo dengan Megawati Bisa Membawa Kebaikan untuk Bangsa

Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri (kiri) bersama Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto (kanan) memberi keterangan terkait pertemuan dan makan siang bersama di kediaman Megawati di Jalan Teuku Umar, Jakarta, Rabu (24/7/2019). (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Analis Komunikasi Politik Hendri Satrio (Hensat) menilai, jika pertemuan antara Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus Presiden terpilih Prabowo Subianto dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri terlaksana maka akan membawa kebaikan untuk Indonesia.

"Pertemuan Megawati-Prabowo ini hal yang luar biasa jika terjadi. Keduanya bertemu sebagai pemenang pilpres dan pileg, bisa membawa suatu perbaikan dan kebaikan untuk Indonesia," kata Hensat dilansir Antara, Senin (16/9/2024).

Hendri Satrio menjelaskan kebaikan itu dapat diartikan sebagai pertanda berakhirnya perseteruan antara PDI Perjuangan dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang terjadi selama Pilpres 2024 lalu.

Bukan hanya itu, menurut Hensat, pertemuan Megawati dengan Prabowo juga dapat menjadi simbol bahwa keduanya bisa berkolaborasi dalam pemerintahan 2024-2029 ke depan.

"Jika dalam pertemuan ini keduanya saling mengerti bahwa kolaborasi keduanya diperlukan untuk kemajuan Indonesia, ini akan bagus sekali," kata dia.

Namun demikian, kata Hendri Satrio, hal tersebut belum tentu memastikan PDIP mau masuk ke dalam Koalisi Indonesia Maju. PDIP bisa saja tetap berkolaborasi, namun dari luar lingkaran kekuasaan.


5. Pendiri HAI Menilai Pertemuan antara Prabowo dan Megawati Tidak Bermanfaat

Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto (kanan) memberi hormat pada Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri usai memberi keterangan terkait pertemuan dan makan siang bersama di kediaman Megawati di Jalan Teuku Umar, Jakarta, Rabu (24/7/2019). (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Sementara itu, pendiri Haidar Alwi Institute (HAI), R Haidar Alwi, menilai rencana pertemuan antara Prabowo dengan Megawati tidak bermanfaat secara politik kecuali PDIP bergabung ke dalam pemerintahan Prabowo-Gibran.

"Bahkan mudaratnya lebih besar daripada manfaatnya, karena tidak ada lagi partai politik yang menjadi kontrol kekuasaan jika PDIP bergabung ke dalam pemerintahan Prabowo-Gibran," kata dia.

Menurutnya, kalaupun itu terjadi tentu tidak mudah dan tidak gratis. Ada harga yang harus dibayar misalkan sejumlah kursi menteri untuk PDI Perjuangan.

Terlebih, PDI Perjuangan merupakan partai dengan jumlah kursi terbanyak di DPR dan satu-satunya partai yang belum bergabung ke dalam koalisi pemerintahan Prabowo-Gibran.

"Dengan kondisi demikian, PDIP berada pada posisi tawar yang lebih tinggi. Apalagi PDIP tahu bahwa Prabowo tidak menginginkan adanya oposisi. Karena itu, PDIP pastinya akan jual mahal," jelas R Haidar Alwi.

Ia juga menilai bahwa ada beberapa faktor yang membuat PDI Perjuangan (PDIP) sulit bergabung ke dalam pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

"Pertama, faktor sejarah. Orde lama versus orde baru. Soekarno versus Soeharto. Dan kita tahu, ada Titiek Soeharto bersama Prabowo," ungkap R Haidar Alwi.

Ia meyakini, orde baru merupakan memori kelam yang sangat membekas dalam ingatan Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri. Baik pada masa awalnya ketika Soeharto menduduki tampuk kekuasaan menggantikan Soekarno, maupun pada akhirnya saat Megawati berperan dalam reformasi tumbangnya orde baru.

"Kedua, faktor SBY," lanjut R Haidar Alwi.

Ia melihat, hingga saat ini Megawati belum bisa menerima kekalahannya dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam Pilpres 2004. SBY sendiri kini merupakan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat yang tergabung dalam koalisi pendukung Prabowo-Gibran.

"Ketiga, faktor Jokowi," sambung R Haidar Alwi.

Dalam pengamatannya, PDI Perjuangan mungkin menganggap Jokowi sebagai pengkhianat.

"Bagi Megawati dan PDIP, semua itu mungkin berbau pengkhianatan," pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya