Rupiah Stagnan Usai BI Pangkas Suku Bunga jadi 6%

Posisi Rupiah diperkirakan akan fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp.15.230 - Rp.15.350 pada Kamis besok (19/9).

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 18 Sep 2024, 18:30 WIB
Teller menunjukkan mata uang rupiah di bank, Jakarta, Rabu (22/1/2020). Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan penguatan nilai tukar rupiah yang belakangan terjadi terhadap dolar Amerika Serikat sejalan dengan fundamental ekonomi Indonesia dan mekanisme pasar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Rupiah stagnan setelah Bank Indonesia untuk memangkas suku bunga acuan atau BI Rate bulan September 2024.

Rupiah ditutup stagnan terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) pada Rabu (18/9/2024), walaupun sebelumnya sempat melemah 25 poin di level Rp.15.335 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.335.

"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp.15.230 - Rp.15.350," ungkap Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, Rabu (18/9/2024).

Seperti diketahui, dalam Rapat Dewan Gubernur, BI menetapkan BI rate menjadi 6% dari sebelumnya 6,25%. Sementara suku bunga Deposit Facility juga dipangkas menjadi 5,25%, dan suku bunga Lending Facility menjadi 6,75%.

Ini menandai pemangkasan suku bunga pertama sejak Februari 2021 dan mendahului Bank Sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve yang akan menurunkan suku bunga nanti malam.

Selain itu, BI juga memperkirakan ekonomi Indonesia pada tahun ini mencapai 4,7-5,5% atau pada titik tengah 5,1%.

Seperti diketahui, Komite Pasar Terbuka Federal The Fed akan memberikan keputusan suku bunganya pada akhir pertemuannya pada hari Rabu setelah itu Ketua Jerome Powell akan mengadakan konferensi pers.

"Kontrak berjangka dana The Fed menunjukkan peluang pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin berada di angka 63%, dibandingkan dengan 30% seminggu yang lalu, sementara peluang pemotongan sebesar 25 basis poin berada di angka 37%," papar Ibrahim.

 

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan pribadi seorang pengamat. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor transaksi terkait. 

Sesuai dengan UU PBK No.32 Tahun 1997 yang diperbaharui dengan UU No.10 Tahun 2011 bahwa transaksi di Valas beresiko tinggi dan keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


The Fed Diprediksi Tak Agresif Pangkas Suku Bunga

Pedagang bekerja di New York Stock Exchange saat Ketua Federal Reserve Jerome Powell berbicara setelah mengumumkan kenaikan suku bunga di New York, Amerika Serikat, 2 November 2022. (AP Photo/Seth Wenig)

 

Peluang telah menyempit tajam setelah laporan media menghidupkan kembali prospek pelonggaran yang lebih agresif.

Data ekonomi lainnya pada hari Rabu tampaknya memberikan dukungan bagi Fed untuk tidak terlalu agresif dalam memangkas suku bunga, kata Ibrahim.

"Persediaan bisnis AS, komponen utama dari produk domestik bruto, membukukan kenaikan yang lebih baik dari perkiraan sebesar 0,3% pada bulan Juli sementara produksi pabrik meningkat pada bulan Agustus," jelasnya.

Sementara itu, Bank Sentral Inggris atau Bank of England diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada 5% saat bertemu pada hari Kamis, meskipun pasar telah memperkirakan peluang hampir 36% untuk pemangkasan tambahan.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya