Liputan6.com, Puerto Jordan - Markas militer Kolombia jadi sasaran serangan.
"Setidaknya dua tentara tewas dan 26 lainnya luka-luka dalam serangan bom pada hari Selasa (17/9) di sebuah pangkalan militer di Kolombia," kata Angkatan Darat Kolombia, menyalahkan gerilyawan National Liberation Army (ELN) atau Tentara Pembebasan Nasional sayap kiri yang telah melakukan perundingan damai dengan pemerintah, seperti dikutip dari AFP, Rabu (18/9).
Advertisement
ELN telah mengintensifkan serangan terhadap target militer sejak Agustus, ketika memutuskan untuk tidak memperbarui gencatan senjata yang telah berlaku dengan pasukan angkatan darat sejak 2023 sebagai bagian dari negosiasi yang diadakan secara tidak menentu sejak tahun sebelumnya.
"Dalam praktiknya, ini adalah tindakan yang menutup proses perdamaian dengan darah," kata Presiden Gustavo Petro tentang serangan itu, tanpa memberikan rincian.
Itu terjadi di Kota Puerto Jordan di departemen Arauca timur, di perbatasan dengan Venezuela, tulis angkatan darat di jejaring sosial X.
Kementerian Pertahanan Kolombia mengatakan bahwa dua tentara berpangkat rendah tewas, lima lainnya luka parah dan 21 lainnya cedera, meskipun nyawa yang terakhir tidak dalam bahaya.
Kepala angkatan bersenjata, Jenderal Luis Emilio Cardozo, mengatakan bahwa bahan peledak itu diledakkan di sebuah truk sampah.
Apa itu ELN?
ELN adalah kelompok bersenjata terbesar yang masih aktif di Kolombia sejak pemerintah berdamai dengan kelompok pemberontak Marxis yang jauh lebih besar, Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC), pada tahun 2016.
Kesepakatan dengan FARC bertujuan untuk mengakhiri perang terlama di Amerika, yang telah merenggut lebih dari 200.000 nyawa sejak tahun 1960-an.
Namun, kelompok sempalan FARC dan ELN menolak untuk berdamai.
Petro, presiden sayap kiri pertama Kolombia, berjanji saat terpilih pada tahun 2022 untuk membawa perdamaian total ke negara itu dengan melibatkan berbagai kelompok dalam dialog, termasuk ELN.
Namun pada bulan Agustus, Menteri Pertahanan Ivan Velasquez mengatakan militer akan melanjutkan operasi terhadap ELN setelah gencatan senjata berakhir, karena pemberontak memilih untuk tidak memperbaruinya.
ELN menuduh pemerintah gagal memenuhi persyaratan perjanjian yang ditandatangani selama putaran perundingan perdamaian sebelumnya.
Kelompok tersebut juga menuntut agar pemerintah menghapusnya dari daftar kelompok bersenjata terorganisasi.
Badan intelijen militer Kolombia memperkirakan ELN memiliki sekitar 5.800 anggota.
Advertisement