Liputan6.com, Yogyakarta - Terdapat sebuah mitos di Yogyakarta yang dikaitkan dengan kehadiran pengunjung. Konon, pengunjung dari luar kota yang mendengar suara andong saat malam hari akan betah berlama-lama tinggal di Yogyakarta.
Suara andong tersebut terdengar seperti derak roda dengan derap kaki kuda. Konon, derak andong dan kuda tersebut adalah milik Kanjeng Ratu Kidul yang menyambut pendatang.
Baca Juga
Advertisement
Selain suara andong, mitos lain yang juga beredar di masyarakat Yogyakarta adalah tentang suara drumband dan gamelan. Namun, mitos suara drumband dan gamelan tak selamanya bisa dikaitkan dengan mitos mistis.
Seperti diketahui, Yogyakarta merupakan pusat kebudayaan tradisional. Sehingga, suara gamelan pada malam hari bisa jadi memang berasal dari para seniman yang sedang berlatih. Begitu juga dengan suara drumband yang kemungkinan juga bertepatan dengan jadwal para taruna ataupun warga sekitar sedang berlatih.
Suara Lonceng
Namun berbeda dengan dua sumber suara tersebut, suara derak andong dan kaki kuda yang terkadang juga diiringi dengan suara lonceng sangat kental dengan mitos yang berkaitan dengan pengunjung. Beberapa sumber menyebut, banyak pendatang yang mengalami kejadian berupa mendengar suara andong di malam hari.
Sayangnya, beberapa pendatang tak mengetahui adanya mitos tersebut, sehingga hanya menganggap bahwa suara tersebut memang berasal dari andong yang banyak terdapat di Yogyakarta. Namun, ada beberapa orang pula yang merasa ganjil dengan suara andong yang hadir saat tengah malam.
Terkait benar atau tidaknya mitos tersebut, pada dasarnya mitos menjadi salah satu bentuk kekayaan budaya berupa cerita atau folklor yang terus berkembang dari masa ke masa. Mitos lahir dari berbagai latar belakang dan mengandung arti mendalam yang dapat diungkapkan dengan cara gaib.
Sama halnya dengan suara derak roda, derap kaki kuda, dan lonceng andong di Yogyakarta. Mitos tersebut terus berkembang dan diartikan sebagai bentuk penyambutan Kanjeng Ratu Kidul dalam menyambut pengunjung dari luar kota agar betah tinggal di Yogyakarta. Terpenting, mitos ini tidak membahayakan dan boleh dipercaya maupun tidak.
Penulis: Resla
Advertisement