The Fed Pangkas Suku Bunga, Sri Mulyani Justru Minta Negara Berkembang Waspada

Sri Mulyani melihat tren penurunan suku bunga acuan tengah dilakukan oleh pihak bank sentral negara maju termasuk the Fed. Namun, ia tak menjamin itu jadi sinyal bahwa perekonomian global telah membaik.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 19 Sep 2024, 12:15 WIB
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati merespons kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati merespons kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) yang memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,75-5,00 persen.

Sri Mulyani melihat tren penurunan suku bunga acuan tengah dilakukan oleh pihak bank sentral negara maju. Namun, ia tak menjamin itu jadi sinyal bahwa perekonomian global telah membaik. 

"Bank sentral negara-negara maju telah mulai menurunkan tingkat suku bunga dari situasi higher for longer. Namun langkah ke depan masih menantang," ujar Sri Mulyani dalam Rapat Paripurna DPR RI ke-7 Masa Persidangan I Tahun Sidang 2024-2025, Kamis (19/9/2024).

"Tetap memiliki potensi yang menimbulkan volatilitas di pasar keuangan dan arus modal global, yang menciptakan risiko terutama bagi negara-negara emerging market," dia menegaskan. 

Dalam RAPBN 2025, ia menambahkan, pemerintah tetap waspada terhadap berbagai risiko seperti tensi global, geopolitik, dan bahkan terjadinya perang. Itu ditandai dengan perlambatan ekonomi China selaku mitra dagang terbesar Indonesia, kelesuan ekonomi Eropa serta dinamika, dan arah kebijakan ekonomi politik di Amerika Serikat pasca pemilu. 

"Tajamnya fragmentasi global diwujudkan dalam bentuk perang dagang dan perang investasi yang makin mengancam dan melemahkan ekonomi dunia," kata Sri Mulyani.

Sang Bendahara Negara mengatakan, pertumbuhan ekonomi dunia diproyeksikan tetap lemah sepanjang 2024 dan 2025, yakni berada di kisaran 3,2 persen dan 3,3 persen. Di sisi lain, harga komoditas cenderung bergejolak di tengah lesunya pertumbuhan ekonomi global. 

"Alhamdulillah neraca perdagangan Indonesia tetap surplus dalam 52 bulan berturut-turut. Indeks PMI manufaktur di berbagai negara juga berada dalam jalur kontraksi," imbuhnya.

"Oleh karena itu, APBN 2025 dirancang untuk menjaga stabilitas, inklusivitas serta keberlanjutan. Hal ini untuk mendukung transisi pemerintahan agar berjalan lancar dan efektif," pungkas Sri Mulyani. 


Akhirnya The Fed Pangkas Suku Bunga 50 Basis Poin

Ilustrasi The Fed

Komite Pasar Terbuka Federal Federal Reserve (FOMC) memangkas suku bunga pinjaman utamanya sebesar setengah poin persentase, atau 50 basis poin. Keputusan tersebut menurunkan suku bunga dana federal The Fed ke kisaran antara 4,75%-5%.

Sementara suku bunga tersebut menetapkan biaya pinjaman jangka pendek untuk bank, suku bunga tersebut meluas ke berbagai produk konsumen seperti hipotek, pinjaman mobil, dan kartu kredit.

Matriks ekspektasi masing-masing pejabat The Fed menunjukkan, mereka memperkirakan akan ada penurunan satu poin persentase penuh suku bunga lagi pada akhir tahun 2025 dan setengah poin pada tahun 2026.

“Komite telah memperoleh keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju 2 persen, dan menilai bahwa risiko untuk mencapai sasaran ketenagakerjaan dan inflasi secara kasar seimbang,” kata FOMC usai pertemuan suku bunga, dikutip dari CNBC International, Kamis (19/9/2024).

"Kami berusaha mencapai situasi di mana kami memulihkan stabilitas harga tanpa peningkatan pengangguran yang menyakitkan yang terkadang terjadi bersamaan dengan inflasi ini. Itulah yang kami coba lakukan, dan saya pikir Anda dapat menganggap tindakan hari ini sebagai tanda komitmen kuat kami untuk mencapai tujuan itu," ungkap Ketua The Fed Jerome Powell, dalam konferensi pers setelah keputusan suku bunga.


Ekonomi Solid

FOMC juga mencatat bahwa penambahan lapangan kerja telah melambat dan tingkat pengangguran telah meningkat tetapi tetap rendah.

"Pejabat FOMC menaikkan tingkat pengangguran yang diperkirakan tahun ini menjadi 4,4%, dari proyeksi 4% pada pembaruan terakhir pada bulan Juni, dan menurunkan prospek inflasi menjadi 2,3% dari 2,6% sebelumnya. Mengenai inflasi inti, komite menurunkan proyeksinya menjadi 2,6%, penurunan 0,2 poin persentase dari bulan Juni,” papar komite tersebut.

Keputusan penurunan suku bunga datang meskipun sebagian besar indikator ekonomi tampak cukup solid.

“Ini bukan awal dari serangkaian pemangkasan 50 basis poin. Pasar berpikir sendiri, jika Anda memangkas 50 basis poin, pemangkasan 50 basis poin lainnya memiliki kemungkinan besar. Namun saya pikir (Powell) benar-benar menggagalkan gagasan itu sampai batas tertentu,” kata Tom Porcelli, kepala ekonom AS di PGIM Fixed Income.

Infografis Jurus Pemerintahan Prabowo - Gibran Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya