Liputan6.com, Yerusalem - Jet dan artileri Israel mengenai beberapa target di Lebanon selatan pada malam hari, kata militer Israel pada hari Kamis (20/9/2024), di tengah meningkatnya ketegangan setelah serangan massal terhadap perangkat komunikasi Hizbullah minggu ini.
Menurut laporan Arab News, Kamis (19/9/2024), militer Israel mengatakan serangan udara mengenai target Hizbullah di tujuh titik yakni:
Advertisement
- Chihine
- Tayibe
- Blida
- Meiss El Jabal
- Aitaroun di Lebanon selatan
- Kfarkela di Lebanon selatan
- Daerah Khiam, fasilitas penyimpanan senjata Hizbullah
Media Israel melaporkan bahwa sejumlah warga sipil Israel telah terluka oleh tembakan rudal anti-tank dari Lebanon tetapi tidak ada konfirmasi resmi.
Serangan Israel terbaru mengikuti periode kekhawatiran yang meningkat tajam atas eskalasi konflik di perbatasan dengan Lebanon selatan, tempat pasukan Israel telah bertukar tembakan dengan Hizbullah yang didukung Iran selama berbulan-bulan.
Sebelumnya pada hari Rabu (18/9), Hizbullah menembakkan sekitar 20 proyektil ke Israel, yang sebagian besar dicegat oleh sistem pertahanan udara tanpa menyebabkan cedera, kata militer Israel.
Sekitar 10 rudal ditembakkan ke daerah Gunung Hermon di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, tempat Israel memiliki instalasi pengawasan, spionase, dan pertahanan udara utama.
Pekan ini puluhan orang tewas dan ribuan lainnya luka-luka akibat serangan canggih yang menargetkan perangkat komunikasi yang digunakan oleh anggota Hizbullah. Israel belum mengomentari secara langsung serangan tersebut, yang menurut beberapa sumber keamanan dilakukan oleh badan mata-matanya, Mossad.
Pergeseran Fokus Perang Israel Kini ke Utara
Serangan ini terjadi setelah pada hari Rabu (18/9), Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan perang yang dilancarkan Israel di Gaza sejak Oktober 2023 lalu usai Hamas menyerbu masyarakat di Israel selatan, sedang memasuki fase baru dengan fokus sekarang beralih ke perbatasan utara.
Yoav Gallant mengatakan lebih banyak unit militer dan sumber daya sedang dikirim ke perbatasan. Menurut pejabat Israel, pasukan yang dikerahkan ke perbatasan tersebut termasuk Divisi ke-98, sebuah formasi elit yang mencakup unsur-unsur komando dan pasukan terjun payung yang telah bertempur di Gaza.
Hizbullah melancarkan serangan rudal ke Israel sehari setelah serangan Hamas pada 7 Oktober dan sejak saat itu terjadi baku tembak terus-menerus yang tidak dibiarkan meningkat menjadi perang skala penuh oleh kedua belah pihak.
Namun, puluhan ribu orang telah dievakuasi di kedua sisi perbatasan, dan ada tekanan yang meningkat di Israel agar pemerintah memulangkan para pengungsi tersebut.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji pada hari Rabu (18/9) untuk memulangkan warga Israel yang dievakuasi "dengan aman ke rumah mereka."
Advertisement
Ledakan Walkie Talkie Hizbullah di Lebanon Usai Pager Meledak Massal, 20 Orang Tewas
Setelah ledakan pager yang dialamatkan ke Israel sebagai dalangnya, setidaknya 20 orang tewas dan lebih dari 450 orang terluka akibat gelombang kedua ledakan dari perangkat komunikasi nirkabel di Lebanon, kata kementerian kesehatan negara itu.
Laporan BBC yang dikutip Kamis (19/9/2024) menyebut kali ini walkie talkie yang digunakan oleh kelompok bersenjata Hizbullah meledak di pinggiran selatan ibu kota Beirut, Lembah Bekaa, dan Lebanon selatan - wilayah yang dianggap sebagai benteng pertahanannya. Beberapa ledakan terjadi selama pemakaman bagi sekitar 12 orang yang menurut kementerian tewas ketika pager anggota Hizbullah meledak pada hari Selasa (17/9).
Hizbullah menyalahkan Israel atas ledakan walkie talkieitu. Sementara pihak Israel belum berkomentar.
Serangan itu terjadi saat Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengumumkan "fase baru dalam perang" dan saat divisi tentara Israel dikerahkan kembali ke utara.
Sekretaris Jenderal PBB António Guterres memperingatkan tentang "risiko serius eskalasi dramatis" dan meminta semua pihak untuk "menahan diri secara maksimal".
"Jelas logika di balik meledaknya semua perangkat ini adalah sebagai serangan pendahuluan sebelum operasi militer besar-besaran," kata António Guterres kepada wartawan.
Kekhawatiran akan terjadinya konflik besar-besaran sudah muncul setelah 11 bulan pertempuran lintas batas yang dipicu oleh perang antara Israel dan Hamas di Gaza.
Beberapa jam setelah ledakan walkie talkie hari Rabu (18/9), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji akan memulangkan puluhan ribu orang yang mengungsi dari wilayah utara negara itu "dengan aman ke rumah mereka".