Verona Indah Pictures Incar Modal Rp 218,71 Miliar Lewat IPO, untuk Apa?

Verona Indah Pictures akan menawarkan maksimal 1.121.650.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp 80 per saham dalam rangka IPO.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 19 Sep 2024, 20:41 WIB
PT Verona Indah Pictures Tbk (VERN) akan segera mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) lewat penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Verona Indah Pictures Tbk (VERN) akan segera mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) lewat penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).

Dalam aksi tersebut, perseroan berencana menawarkan sebanyak-banyaknya 1.121.650.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp 80 per saham. Jumlah saham yang ditawarkan itu setara 23,54% persen dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah IPO. Harga penawaran dipatok pada kisaran Rp 190 - Rp 195 per saham.

Dengan demikian, perseroan berpotensi mengantongi dana segar sebanyak-banyaknya Rp 218,71 miliar dari IPO. Perseroan secara bersamaan juga menerbitkan sebanyak-banyaknya 560.825.000 waran seri I yang menyertai saham baru perseroan atau sebanyak 15,39% dari total jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh.

Waran seri I diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif bagi para pemegang saham baru yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham pada Tanggal Penjatahan. Artinya, setiap pemegang 2 saham baru perseroan berhak memperoleh 1 waran seri I.

Di mana setiap 1 waran seri I memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli 1  saham baru perseroan yang dikeluarkan dalam portepel. Waran seri I adalah efek yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk melaksanakan setiap 1 waran seri I yang dimiliki menjadi 1 saham baru perseroan dengan nilai nominal Rp 80.

Waran seri I seluruhnya akan dikeluarkan dari portepel dengan harga pelaksanaan Rp 216, yang dapat dilakukan setelah 6 bulan sejak tanggal waran seri I diterbitkan sampai dengan 6 bulan berikutnya, yang berlaku mulai tanggal 8 April 2025 sampai dengan 8 Oktober 2025. Total hasil pelaksanaan waran seri I adalah sebanyak-banyaknya Rp 121,14 miliar.

Melansir prospektus perseroan dalam laman e-ipo, Kamis (19/9/2024), sebesar 7,33 persen dana IPO akan dialokasikan untuk akuisisi properti berupa tanah dan bangunan.

Sisanya akan digunakan untuk modal kerja perseroan. Meliputi namun tidak terbatas untuk pembiayaan kegiatan produksi dan atau akuisisi film, sinetron ataupun serial digital dan kegiatan pemasarannya, serta untuk pembiayaan kebutuhan operasional perseroan.

 


Dana IPO

Karyawan melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Pada hari ini, IHSG melemah pada penutupan sesi pertama menyusul perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sedangkan dana yang diperoleh Perseroan dari pelaksanaan waran seri I, seluruhnya akan digunakan untuk modal kerja Perseroan yaitu untuk pembiayaan kebutuhan operasional sehari-hari. Antara lain namun tidak terbatas untuk pembiayaan kegiatan produksi serta pemasaran film, sinetron atau serial digital, pembayaran gaji karyawan, dan biaya umum operasional Perseroan.

Mulai tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2025 dan seterusnya, Perseroan akan membagikan dividen tunai secara kas sebanyak-banyaknya 30% dari laba bersih perseroan. Perseroan pada tahun-tahun sebelumnya belum pernah membagikan dividen kepada pemegang saham, kecuali pada 2023 dalam bentuk dividen saham (interim) berdasarkan perhitungan saldo laba per 30 November 2023.

Jadwal IPO

Masa penawaran awal: 18-25 September 2024

Perkiraan tanggal efektif: 30 September 2024

Perkiraan masa penawaran umum: 2-4 Oktober 2024

Perkiraan tanggal penjatahan: 4 Oktober 2024

Perkiraan tanggal distribusi saham dan waran seri I secara elektronik: 7 Oktober 2024

Perkiraan tanggal pencatatan saham dan waran seri I pada BEI: 8 Oktober 2024

Perkiraan awal perdagangan waran seri I: 8 Oktober 2024

Perkiraan akhir perdagangan waran seri I:

- Pasar reguler dan negosiasi: 3 Oktober 2025

- Pasar tunai: 7 Oktober 2025

Perkiraan masa pelaksanaan waran seri I: 8 April - 8 Oktober 2025

Perkiraan akhir masa berlaku waran seri I: 8 Oktober 2025

 

 

 


2024 Segera Berakhir, Mampukah BEI Capai Target 62 IPO?

Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, tren pencatatan saham melalui penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun ini tampak sepi. Hingga paruh pertama tahun ini, Bursa kedatangan 32 emiten baru dari target Bursa sebanyak 62 IPO hingga akhir tahun.

Angka itu tak banyak mengalami perubahan pada kuartal III 2024. Sampai dengan 5 September 2024, terdapat 34 perusahaan tercatat saham baru, dan masih ada 25 perusahaan dalam pipeline. Total dana dihimpun adalah sebesar Rp 5,2 triliun, jumlah tersebut terlihat mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.

Pengamat Pasar Modal Desmond Wira menilai target IPO BEI tahun ini tidak akan tercapai. Selain memperhitungkan sisa waktu yang tak banyak, saat ini tampaknya juga terjadi ketidakpastian ekonomi.

"Tinggal tiga bulan lebih sedikit, target 62 IPO menurut saya tidak akan tercapai. Banyak emiten yang menunda IPO, termasuk beberapa yang sudah masuk pipeline IPO BEI malah mundur," kata Desmond kepada Liputan6.com, Jumat (13/9/2024)

 

 


Faktor Utama Perusahaaan Tunda IPO

Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Beberapa faktor utama perusahaan menunda IPO, yang pertama adalah kondisi ekonomi yang stagnan. menurut Desmond, ekonomi Indonesia kurang cerah tahun ini, mengakibatkan banyak perusahaan menunda IPO. Kedua, adanya ketidakpastian misalnya seperti pemilu yang tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga banyak negara lain termasuk Amerika Serikat. Di dalam negeri sendiri, pesta demokrasi belum usai lantaran masih ada pilkada.

"Jadi ada banyak faktor yang menyebabkan ketidakpastian, misalnya tahun pemilu, lanjut dengan pilkada. Hal ini membuat perusahaan menunda IPO. Juga kondisi eksternal, di mana ekonomi dunia yang kurang kondusif, kondisi geopolitik potensi perang Nato - Rusia. Semua berpengaruh," kata Desmond.

Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer memperkirakan IPO pada paruh kedua tahun ini tidak akan jauh berbeda dengan paruh pertama 2024. Secara keseluruhan, IPO tahun ini memang relatif lebih lesu dibandingkan IPO beberapa tahun belakangan.

"Terlebih lagi dengan adanya seleksi ketat oleh BEI bisa jadi penghimpunan dana lewat IPO tidak begitu banyak dibandingkan tahun lalu," kata Khaer dalam pemberitaan Liputan6.com sebelumnya.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya